Indonesia Perlu Telenta Muda Melek Teknologi, Ekonomi Digital Miliki Prospek Besar

Indonesia Perlu Telenta Muda Melek Teknologi, Ekonomi Digital Miliki Prospek Besar – Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef, Eisha M Rachbini, mengatakan jika pandemi Covid-19 membuat masyarakat tidak mempunyai pilihan dan mau tidak mau beradapatasi dengan perkembangan teknologi.

Kata dia, digitalisasi menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, termasuk digitalisasi di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Diprediksi ekonomi digital akan terus melanjutkan kesuksesannya, meski pandemi perlahan berubah jadi endemi, dan masyarakat kembali beraktivitas diluar ruangan.

“Kedepan ekonomi digital terus memiliki prospek. Pandemi ini sudah merubah tatanan ekonomi, alokasi sumber daya. Dengan populasi kita yang besar, ada pangsa pasar,” terang Eisha dalam keterangannya, Kamis (8/9/2022).

Ia mengungkapkan, ke depan generasi muda dan angkatan kerja produktif jumlahnya akan terus terus meningkat. Mereka adalah anak-anak gen Z Alpha yang memiliki kemampuan luar biasa dan kreatif sejalan dengan terus berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan bahwa untuk menjawab tantangan dan kebutuhan ke depan, Indonesia perlu talenta muda yang melek teknologi.

“Ke depan talenta di bidang digital ini akan semakin dibutuhkan, sehingga saya berharap anak-anak muda sekarang bersemangat untuk menguasai berbagai bidang dalam dunia digital,” tutur Menko Airlangga.

Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, pemerintah juga telah memberikan berbagai dukungan untuk UMKM di tahun 2022 seperti Subsidi Bunga KUR, Penjaminan Kredit Modal Kerja, PPh Final tarif 0% UMKM, dan perpanjangan restrukturisasi kredit.

Dalam laporan Digital Economy SEA, digital ekonomi Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN dengan potensi nilai sebesar 146 miliar dolar di tahun 2025. UMKM juga menjadi tulang punggung perekonomian di indonesia karena mampu berkontribusi terhadap PDB mencapai 61% dan menyerap tenaga kerja hingga mencapai 97%.

Menurut Eisha, di tengah gegap gempita digitalisasi saat ini masih banyak UMKM yang tidak bisa menggunakan teknologi. Untuk itu diperlukan sinergi pemerintah maupun swasta melakukan literasi digital.

“Saya rasa meningkatkan literasi digital masyarakat indonesia terus diupayakan baik dari pihak pemerintah, maupun swasta. Misalnya pemerintah, pemangku kebijakannya kominfo, punya literasi digital.id. pihak swasta pun spt e-commerce juga memiliki program-program yang ditujukan kepada counterpart-nya,” jelas Eisha.

Agar tidak terjadi ketimpangan yang besar, lanjutnya, stakeholder perlu mengikutsertakan pelaku UMKM yang saat ini dalam kondisi literasi digitalnya rendah. Pasalnya memiliki keterbatasan baik dari sisi infrastruktur digital maupun skill terhadap teknologi, berikut akses terhadap teknologi digital rendah karena tidak ada modal.

Sementara itu, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan perkembangan digitalisasi UMKM banyak didorong oleh demand dan supply di luar kebijakan pemerintah, walaupun pemerintah juga turut serta.

Berdasarkan hasil survei CORE, sebanyak 70% pelaku UMKM mengalami kenaikan pendapatan rata-rata 30% dengan tergabung dalam ekosistem digital.

“Artinya itu selama pandemi, memang kalau dilihat dari penjualan dibandingkan dengan belum pandemi tetap turun, tapi setidaknya dengan masuk dalam platform e-commerce dan e-payment, dia bisa terbantu tidak turun tajam, tidak sampai bangkrut. Manfaatnya di situ,” ungkap Faisal.

Ditambahkan, pemerintah patut mengoptimalkan pendampingan menyeluruh untuk bisa mengakselerasi digitalisasi UMKM. Hal itu perlu dilakukan untuk mendorong akselerasi adopsi teknologi digital agar UMKM tetap produktif dan dapat beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen.

“Jadi ini harus utuh. Karena hanya dengan pendampingan yang terintegrasi dan utuh dari hulu sampai hilir, awal hingga akhir, ini yang bisa membuat pelaku usaha kecil dan mikro bisa betul-betul cepat berkembang dan bisa memanfaatkan platform digital untuk kemajuan usaha mereka,” tambahnya.

Dikatakan, tanpa adanya bimbingan utuh, pelaku usaha kecil-mikro memang bisa terbantu dengan bergabung dengan sistem pembayaran digital, tetapi tidak terlalu maksimal. Belum lagi pada mereka yang masih gagap digital. Pemerintah juga patut untuk telaten dalam pendampingan UMKM.

Scroll to Top