Mengenal Jenis Dan Fungsi 3 Hormon Stres – Strees merupakan salah satu hal yang biasa terjadi pada manusia dari berbagai jenis hal yang di hadapain nya dalam hidup seperti pertengkaran dengan pasangan maupun juga pekerjaan yang menumpuk serta berbagai hal yang lainnya juga.
Stres memicu respons biologis dengan melepaskan berbagai hormon. Apa saja hormon yang dilepaskan tubuh ketika stres? Apa fungsi masing-masing hormon stres tersebut? Berikut salah satu dari beberapa bagaimana cara Mengenal Jenis Dan Fungsi 3 Hormon Stres sebagai berikut :
Hormon yang dilepaskan tubuh saat stres
Berdasarkan situs Harvard Health Publishing, ketika stres bagian otak yang bertugas dalam pemrosesan emosional (amigdala) akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengaktifkan sistem saraf simpatik yang berfungsi seperti pedal gas di dalam mobil. Saraf ini memicu respons fight-or-flight, memberi tubuh ledakan energi sehingga dapat merespons ancaman yang dirasakan.
Sebelum saraf simpatik aktif, sinyal yang dikirim hipotalamus dikirim pula ke kelenjar adrenal. Pada proses ini tubuh akan melepaskan hormon epinefrin (hormon adrenalin). Saat lonjakan hormon ini mereda, hipotelamus kemudian merangsang pelepasan hormon kortisol.
Proses yang rumit ini, memang tidak Anda sadari. Akan tetapi, pelepasan hormon saat stres ini bisa menimbulkan berbagai efek pada tubuh. Lebih jelasnya, mari bahas satu per satu zat kimia yang diproduksi oleh tubuh ketika stres, efeknya, sekaligus fungsinya bagi Anda.
1. Hormon adrenalin
Ketika Anda menghadapi stres, jantung akan berpacu lebih cepat, tangan mulai berkeringat, dan Anda mulai berpikir untuk mencari tempat yang aman sebagai pelarian. Semua perubahan ini berasal dari hormon adrenalin yang diproduksi oleh kelenjar adrenal bagian medula dan beberapa neuron sistem saraf pusat.
Saat stres, adrenalin dengan cepat dilepaskan ke dalam darah, mengirimkan impuls ke organ untuk menciptakan respons melawan atau lari. Reaksi ini menyebabkan saluran udara melebar untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan otot.
Hormon yang dikenal dengan sebutan epinefrin ini memicu pembuluh darah berkontraksi untuk mengarahkan kembali darah ke kelompok otot utama, termasuk jantung dan paru-paru. Kemampuan tubuh untuk merasakan sakit juga berkurang akibat adrenalin, itulah sebabnya Anda dapat tetap berlari atau melawan bahaya bahkan ketika terluka.
Tidak hanya itu, hormon yang dilepaskan tubuh ketika stres ini menyebabkan peningkatan kekuatan dan kinerja yang nyata, serta kesadaran yang meningkat, di saat-saat penuh tekanan. Setelah stres mereda, efek adrenalin ini akan tetap bertahan hingga satu jam setelahnya.
Meski dibutuhkan, kadar hormon adrenalin tidak boleh berlebihan atau terlepas padahal tubuh tidak memerlukannya. Jika terjadi, kondisi ini akan menyebabkan pusing, gangguan penglihatan, gelisah, dan mudah tersinggung. Dalam jangka panjang, produksi hormon yang berlebihan ini juga bisa membuat seseorang mengalami insomnia dan merusak kesehatan jantung.
2. Hormon kortisol
Kortisol sering disebut “hormon stres” karena hubungan eratnya dengan respons stres. Produksi hormon ini dikendalikan oleh hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal, kelenjar kombinasi yang sering disebut sebagai sumbu HPA (hipotalamus pituitary adrenal).
Sebagian besar sel tubuh memiliki reseptor kortisol, sehingga wajar jika hormon ini memengaruhi banyak fungsi yang berbeda dalam tubuh. Kortisol dapat membantu mengontrol kadar gula darah, mengatur metabolisme, membantu mengurangi peradangan, dan membantu pembentukan memori.
Memahami Fakta Mengenai Hormon Kortisol
Ada beberapa fakta tentang hormon kortisol yang menunjukkan fungsi dan bahaya apabila kadarnya tidak normal. Berikut ini adalah beberapa faktanya:
Hormon kortisol menyediakan energi
Fungsi utama hormon kortisol adalah menyediakan energi yang melimpah bagi tubuh, terutama ketika sedang berada di bawah ancaman, tekanan, atau stres. Dalam menjalani fungsi ini, tubuh akan menggunakan gula atau glukosa dan lemak untuk menghasilkan energi.
Walaupun demikian, hormon kortisol dan beberapa hormon lainnya juga bisa meningkatkan kadar gula dara pada penderita diabetes. Kondisi ini bisa saja termasuk fenomena fajar atau efek Somogyi.
Produksi hormon kortisol dipicu oleh alarm tubuh
Saat merasa terancam, bagian otak akan menyalakan alarm tubuh dan memicu kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal untuk mengeluarkan hormon adrenalin bersamaan dengan hormon kortisol.
Hormon adrenalin akan meningkatkan detak jantung, sedangkan hormon kortisol akan meningkatkan gula dalam aliran darah sehingga otak dapat bekerja lebih efektif dan tubuh bisa menghasilkan lebih banyak energi.
Kadar tertinggi hormon kortisol pada pagi hari
Pada kondisi normal, kadar hormon kortisol tertinggi mencapai puncaknya pada pukul 8 pagi dan akan semakin menurun di jam berikutnya. Tingkat hormon kortisol paling rendah adalah saat menjelang tidur. Namun, hal sebaliknya bisa terjadi pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur pada pagi hari sebagai rutinitas sehari-hari.
Kadar kortisol berlebih memicu kenaikan berat badan
Kondisi medis atau penyakit tertentu bisa mengganggu produksi hormon kortisol, sehingga jumlahnya bisa berlebihan atau justru berkurang. Pada kondisi di mana kadar hormon kortisol berlebih, tubuh akan menyimpan banyak lemak. Hal demikian bisa memicu peningkatan berat badan dan obesitas. Apabila dibiarkan, obesitas bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi, serangan jantung, dan stroke.
Kadar kortisol bisa dipicu oleh penyakit tertentu
Hormon kortisol sebenarnya memiliki dampak baik dan tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi apabila kadarnya berlebihan atau kekurangan, berbagai keluhan dapat muncul dan bisa saja menjadi tanda adanya penyakit tertentu.
Kadar hormon kortisol berlebih, misalnya terjadi pada sindrom Cushing. Penyakit ini dapat menimbulkan tanda dan gejala yang bervariasi, yaitu berupa penambahan berat badan, tekanan darah tinggi, kadar gula darah meningkat, dan depresi.
Sementara itu, kadar hormon kortisol yang kurang dapat menimbulkan gejala berupa kelelahan ekstrem, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, serta tekanan darah dan gula darah menurun. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita penyakit Addison. Pada tubuh wanita, kadar hormon stres yang berlebihan bisa menimbulkan gangguan menstruasi berupa telat haid.
Apabila Anda memiliki kondisi di atas, dokter biasanya akan menyarankan untuk melihat tingkat hormon kortisol dalam tubuh melalui tes darah. Biasanya, tes ini dilakukan di pagi hari ketika kadar kortisol sedang tinggi-tingginya. Pada wanita, kortisol juga mendukung perkembangan janin selama kehamilan. Semua fungsi ini membuat kortisol berperan penting dalam melindungi kesehatan secara keseluruhan.
Namun, produksinya yang berlebihan bisa jadi bumerang bagi kesehatan tubuh, terutama ketika Anda stres terus-menerus. Kelebihan hormon ini bisa menimbulkan berat badan berlebih, jerawat, menstruasi berantakan pada wanita, dan masalah kulit lainnya.
3. Norepinefrin
Bersamaan dengan hormon adrenalin, norepinerfrin juga dilepaskan tubuh ketika stres. Pelepasan hormon dilakukan oleh tubuh untuk meningkatkan detak jantung dan pemompaan darah dari jantung. Fungsi ini juga meningkatkan tekanan darah, membantu memecah lemak, dan meningkatkan kadar gula darah untuk memberikan lebih banyak energi bagi tubuh.
Di otak, norepinefrin berperan dalam siklus tidur-bangun, membantu Anda bangun, meningkatkan perhatian dan fokus dalam melakukan tugas, dan dalam penyimpanan memori, serta berperan penting dalam pengelolaan emosi. Dalam situasi stres, norepinefrin meningkat sebagai bagian dari respons melawan atau lari untuk memobilisasi otak dan tubuh untuk bertindak.
Masalah dengan tingkat norepinefrin berhubungan dengan depresi, gangguan kecemasan, gangguan stres pasca-trauma dan penyalahgunaan zat. Kadar hormon norepinefrin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perasaan euforia (sangat bahagia), tetapi juga terkait dengan serangan panik, tekanan darah tinggi, dan hiperaktif.