UGM Kembangkan Teknologi Baru Deteksi Panas Bumi, Begini Cara Kerjanya – Daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan surga energi panas bumi. Banyak pihak yang gencar mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) ditempat itu. Berbagai uji coba teknologi baru dilakukan disana dalam rangka pengembangan keilmuan energi panas bumi di Indonesia.
Tim Peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bekerja sama dengan PT. Geo Dipa Energi dan Geo Flow Imaging Ltd dari Selandia Baru melakukkan pengembangan teknologi uji coba teknik baru deteksi sumber panas bumi di kawasan Ciwidey. Lokasi itu disebut menjadi yang pertama dalam proyek kerja sama tersebut.
“Ada teknologi baru yang dikembangkan oleh tim UGM, dari Selandia Baru, dan tenaga asli dari America dan Inggris.
Konsep baru ini mampu memetakan posisi sumber sumur panas bumi yang lebih detail dan akurat,” kata Dekan FMIPA UGM Kuwat Triyana dikutip dari Liputan6 pada Senin (6/3).
Cara Kerja Teknologi Baru
Salah satu peneliti UGM, Wiwit Suryanto, menjelaskan bahwa teknologi itu memanfaatkan sumber berbahan bakar jet untuk menghasilkan energi dengan kecepatan tinggi. Tapi kecepatannya masih di bawah kecepatan suara yang merambat melalui medium bumi untuk direkam oleh seismometer array di permukaan.
“Kita meletakkan propelan di bawah tanah dan sinyalnya direkam di permukaan. Ibarat seperti rontgen, propelan tadi menghasilkan getaran yang membantu tingkat akurasi sebelum pengeboran,” kata Wiwit.
Ia menjelaskan, apabila uji coba itu berhasil, teknologi tersebut akan digunakan di seluruh dunia. Bahkan di Selandia Baru konsep utuh dari teknologi itu sudah selesai, namun belum dilakukan uji lapangan.
Tetap Optimis
Wiwit mengakui bahwa uji coba teknik baru pengeboran panas bumi ini tetap berisiko mengalami kegagalan. Namun ia begitu optimis penerapan uji coba lapangan ini tetap berhasil karena dari konsep hingga permodelannya sudah terbukti berhasil dilakukan.
“Jika ini berhasil nantinya perusahaan eksplorasi tidak lagi harus melakukan pengeboran di banyak titik karena sudah mengetahui titik yang betul-betul lebih akurat,” kata Wiwit.
Peluang Sangat Terbuka
Terpisah, CEO Geo Flow Imaging, Ltd Graeme Saunders menyambut baik keterlibatan tim peneliti UGM dalam pengujian teknologi baru ini. Ia berharap nantinya kampus tersebut bisa menjadi yang terdepan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi eksplorasi sumber energi panas bumi.
Sementara itu Direktur Pengembangan Bisnis dan Eksplorasi PT Geo Dipa, Yudistian Yunis, mengatakan bahwa pihaknya membuka peluang bagi para akademisi untuk melakukan penelitian terkait sistem eksplorasi energi panas bumi.
“Kita ingin nantinya semakin banyak peneliti dan mahasiswa melakukan riset soal panas bumi yang kita lakukan dan kita terbuka dalam menyampaikan data seluas-luasnya untuk kepentingan akademik,”
Tim Peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM tengah mengembangkan teknologi yang mampu mendeteksi titik sumber panas bumi secara lebih akurat. Teknik baru ini diklaim untuk pertama kali diuji di lapangan kawasan panas bumi di Ciwidey Jawa Barat bekerja sama dengan PT. Geo Dipa Energi selaku penyedia lokasi dan keterlibatan tim ahli dari perusahaan Geo Flow Imaging Ltd dari Selandia Baru.
Hal itu mengemuka dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama dalam bentuk kajian Peningkatan Keandalan Perencanaan Panas Bumi melalui Kegiatan Proof of Concept antara FMIPA UGM, PT Geo Dipa Energi dan Geo Flow Imaging, Ltd, di ruang sidang Dekanat, Kampus FMIPA UGM, Kamis (2/3).
Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., mengatakan kerja sama ini bertujuan untuk mendukung kegiatan eksplorasi sumber energi panas bumi dengan menggunakan sistem yang dikembangkan dari tim ahli dari UGM bekerja sama dengan tim dari Selandia Baru. “Ada teknologi baru yang dikembangkan oleh tim UGM, dari Selandia Baru dan tenaga ahli dari Amerika dan Inggris. Konsep baru ini mampu memetakan posisi sumber sumur panas bumi yang lebih detail dan akurat,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu penelitinya, Dr.rer.nat. Wiwit Suryanto, M.Si., yang menuturkan teknologi yang mereka kembangkan dinamakan geoflow Imaging dengan memanfaatkan sumber berbahan bakar jet untuk menghasilkan energi dengan kecepatan tinggi, namun masih di bawah kecepatan suara yang merambat melalui medium bumi untuk direkam oleh ratusan seismometer array di permukaan. “Kita meletakkan propelan di bawah tanah dan sinyalnya direkam di permukaan. Ibarat seperti rontgen, propelan tadi menghasilkan getaran yang membantu tingkat akurasi sebelum pengeboran,” ujarnya.
Menurut Wiwit apabila uji coba ini berhasil dan terbukti efektif menentukan titik pengeboran sumber panas bumi yang lebih akurat maka teknologi bisa diadopsi di seluruh dunia dalam model pengeboran eksplorasi panas bumi. “Jika ini terbukti maka bisa dipakai untuk eksplorasi panas bumi di seluruh dunia dan ini kita baru baru pertama kali akan melakukan. Di Selandia Baru konsepnya sudah selesai, teori bahkan model dan simulasi sudah dilakukan, namun belum dilakukan uji di lapangan,” jelasnya.
Meski demikian, Wiwit menerangkan uji coba teknik baru pengeboran sumber panas bumi ini memang tetap berisiko mengalami kegagalan. Namun, dari konsep hingga pemodelan sudah terbukti berhasil dilakukan, ia optimis realisasi pengujian di lapangan dipastikan akan berhasil. “Jika ini berhasil nantinya perusahaan eksplorasi tidak lagi harus banyak melakukan titik pengeboran karena sudah mengetahui titik yang betul-betul lebih akurat,” jelasnya.
CEO Geo Flow Imaging, Ltd, Graeme Saunders. menyambut baik keterlibatan tim peneliti UGM dalam pengujian teknologi baru ini di lapangan. Ia mengharapkan nantinya UGM menjadi kampus yang terdepan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi eksplorasi sumber energi panas bumi. “Saya berharap nantinya Indonesia bisa menjadi negara terdepan dalam pengembangan geothermal dan FMIPA UGM memiliki kontribusi besar,” katanya
Sementara Direktur Pengembangan Bisnis dan Eksplorasi PT Geo Dipa, Yudistian Yunis, mengatakan pihaknya membuka peluang bagi para akademisi untuk melakukan riset dalam hal sistem eksplorasi energi panas bumi. “Kita ingin nantinya semakin banyak peneliti dan mahasiswa melakukan riset soal panas bumi yang kita lakukan dan kita terbuka dalam menyampaikan data seluas-luasnya untuk kepentingan akademik,” ujarnya