Teknologi untuk Gempa Indonesia – Indonesia berada di zona rawan terjadi gempa bumi karena posisinya berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik, Indonesia terletak di jalur gempa terakhir di dunia yaitu lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik alias ring of fire yang kerap kali terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi, yang mencakup area sepanjang 40.000 km, karena hal ini Indonesia mempunyai 127 gunung berapi aktif yang menimbulkan aktivitas vulkanik berpotensi menimbulkan gempa.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza mengatakan bahwa bencana ini mesti membuat kita berkaca akan pentingnya teknologi yang mampu mengurang dampak kebencaan seperti ini.
BPPT memiliki produk inovasi unggulan teknologi antisipasi gempa yaitu Si Jagat dan Sikuat.
Risiko Gempa bumi Gedung Bertingkat, sedangkan SiKuat adalah Sistem Inforemasi Kesehatan Struktur Gedung Bertingkat.
SiJagat digunakan untuk mengukur keandalan sebuah gedung terhadap ancaman gempa bumi, dan memberikan solusi berupa rekomendasi teknis.
Sedangkan SiKuat merupakan sistem monitoring kesehatan gedung yang dilakukan dengan memasang perangkat yang segera menginformasikan kondisi gedung setelah gempa terjadi,Kegunaannya setelah terjadi gempa, untuk mengetahui apakah gedung masih aman atau tidak untuk ditempati.
Selain itu BPPT memiliki sistem cable base tsunameter (CBT) yaitu sistem kabel yang ditanam di dasar laut kemudian di pasangi sensor untuk mendeteksi tsunami, Pada 2019 CBT telah dipasang di dua lokasi, yakni di Pulau Sertung di sekitar Gunung Anak Krakatau dan Pulau Sipora di Perairan Menta wai. Juli lalu, dilakukan perbaikan CBT di Pulau Siberut, Mentawai, Sumatra Barat.
BPPT pun bekerjasama dengan berbagai pihak guna pengembangan teknologi kegempaan ini. Salah satu mitra BPPT yang telah menjalin kerja sama adalah Darta Corporation (Darta Group). Kerja sama ini dituangkan dalam penandatanganan MoU oleh CEO and Founder Darta Corporation, Tunggul Darwis Manalu dan
Kepala BPPT, Unggul Priyanto pada 18 September 2018.
Selama empat tahun terakhir, Team R & D Darta Group telah mengembangkan teknologi Polimer yang dikenal dengan merek Polimer Indonesia Teknologi (POLINTEK). POLINTEK merupakan hasil karya anak bangsa melalui Darta Group yang telah dipatenkan menjadi milik Darta. Di antara produk POLINTEK ada yang berhubungan dengan penguatan bangunan agar lebih tahan gempa.
Opini saya tentang teknologi gempa adalah hal yang positif agar menekan kerugian yang di akibatkan gempa tektonik maupun gempa vulkanik, selain itu kesadaran masyarakat bila terjadi gempa lakukan evakuasi secepat mungkin, maka dari itu simulasi gempa di butuhkan.
Gempa bumi terdapat banyak jenis, salah satunya gempa bumi tektonik. Penyebab terjadinya gempa bumi tektonik adalah karena adanya pergerakan dari lempeng-lempeng tektonik.
Dikutip dari buku Ensklopedia Bencana 2: Gempa Bumi karya Rani Siti Fitriani (6: 2017) tiap tahunnya terjadi kurang lebih 11 juta kali gempa bumi dan hanya 34.000 yang getarannya kuat sehingga bisa dirasakan.
2 Penyebab Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik adalah salah satu bencana tak dapat diprediksi. Hal ini karena penyebabnya di luar kendali manusia. Bencana ini terjadi tergantung dengan kondisi lempeng ke kerak bumi. Berikut penjelasan penyebab gempa bumi tektonik.
1. Pergeseran Lempeng Bumi
Peristiwa gempa bumi tektonik adalah saat ada suatu tenaga yang timbul mendadak. Tenaga yang dikeluarkan dari pelepasan tersebut akhirnya membuat pergeseran pada lempeng-lempeng bumi dan gelombangnya menimbulkan gempa.
Makin besar tekanan dari pelepasan tersebut, maka kian besar pula gempa yang bisa dirasakan. Jika sampai parah, maka gempa bumi bisa menimbulkan bencana lain yang lebih dasyat.
2. Adanya Arus Konveksi
Penyebab terjadinya gempa bumi tektonik adalah karena adanya suatu lempeng, lempeng tersebut bisa berupa kerak samudra, kerak benua ataupun gabungan dari keduanya. Gempa bumi akan terjadi karena munculnya sebuah arus konveksi.
Arus konveksi yang dimaksud adalah perpindahan suatu energi panas dan itu terjadi pada lapisan astenosfer. Arus ini akan memicu interaksi antar lempeng-lempeng serta membuatnya berbenturan.
Kemudian lempeng-lempeng itu saling menjauh dan bergeser. Hingga akhirnya terjadi getaran yang kita namakan gempa bumi.
Dampak Gempa Bumi Tektonik
Gempa Bumi tektonik akan menimbulkan dampak apabila memiliki daya guncang yang besar. Ada beberapa hal yang bisa terjadi begitu terjadi gempa bumi tektonik, di antaranya yakni:
1. Tsunami
Tsunami adalah efek gempa bumi paling mematikan bila terjadi. Bencana satu ini bisa terjadi karena gelombang gempa bumi yang tercipta dalam gelombang besar. Akibatnya banyak bangunan yang akan tersapu air beserta korban jiwa yang terenggut.
2. Tanah Longsor
Gempa bumi tektonik juga bisa menyebabkan pergerakan pada bukit maupun gunung. Ketika kontur tanah rapuh tanpa ada tanaman yang menahan maka longsor akan mudah terjadi.
3. Banyak Bangunan yang Runtuh
Guncangan tentunya bisa menyebabkan bangunan yang ada di atas permukaan bumi retak maupun hancur. Hal ini bisa dikarenakan gelombang gempa yang terlalu besar atau kekokohan bangunan yang kurang kuat.
Demikian itulah tadi beberapa informasi mengenai gempa tektonik beserta dampaknya. Penyebab terjadinya gempa bumi tektonik adalah suatu hal yang tak bisa dikendalikan. Itu adalah bencana yang sangat mengancam keselamatan manusia. (SLM)