Review Film Bayi Ajaib, Cerita Jadul dengan Teknologi Canggih! – Falcon Black bagian dari rumah produksi Falcon Pictures, merilis film terbarunya, Bayi Ajaib. Remake dari film horor tahun 1982 ini dibintangi oleh Vino G. Bastian, Adipati Dolken, Desy Ratnasari, hingga Teuku Rifnu.
Namun, untuk film Bayi Ajaib ini, Rako Prijanto sang sutradara memilih latar waktu lebih jadul, yakni sekitar tahun 1900-an. Kira kira seperti apa eksekusi film Bayi Ajaib? Simak reviewnya di bawah ini.
1. Sinopsis film Bayi Ajaib
Film Bayi Ajaib mengisahkan tentang Kosim (Vino G. Bastian) dan Sumi (Sara Fajira) yang tengah menyambut kelahiran anak pertama mereka. Namun siapa sangka, bayi mereka bukan sembarangan bayi.
Bayi mereka terlahir dengan kapala pria tua, yang adalah roh Albert Dominique (Willem Bevers). Hal tersebut adalah hasil persembahan setan yang dilakukan oleh Dorman (Adipati Dolken).
Bayi ajaib berkepala tua ini diberi nama Didi (Rayhan Cornellis). Saat tumbuh di usia anak anak, Didi semakin beringas dan sering membunuh orang. Mampukah Kosim dan Sumi mengeluarkan roh jahat didalam tubuh anaknya? Lalu apakah Dorman mendapatkan karma dari perbuatannya?
2. Bayi Ajaib menghidupkan suasana tahun 1900-an
Properti yang digunakan dalam film garapan Rako Prijanto ini berhasil menghidupkan suasana tahun 1900-an. Ada sepeda jaman dulu hingga motor yang hanya diproduksi di tahun 1900.
Rako dan tim mati-matian menciptakan nuansa masa lampau di film horornya ini. Bahkan terlihat banyak membangun set. Beberapanya di antara ada sumur, rumah anyaman bambu, hingga mata uang.
Semua properti yang digunakan menunjukkan totalitas, demi mewujudkan nuansa tahun 1900-an. Berasa dari nonton film jadul, tapi teknologinya lebih canggih.
3. Sinematografi dan special effect yang canggih
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Bayi Ajaib menggunakan berbagai teknologi yang canggih dan modern. Hal ini terlihat dari hasil sinematografi yang enak dipandang mata. Falcon Black juga jor-joran dalam menggunakan teknologi dummy robotic untuk pemeran bayinya. Gak kalah dengan film-film luar.
4. Film horor tanpa banyak jumpscare
Bagi kamu yang takut film horor tapi pengen nonton, Bayi Ajaib cocok jadi pertimbangan, nih. Pasalnya, Bayi Ajaib menjadi salah satu film horor yang tak terlalu banyak jumpscare. Makeup setannya juga tak terlalu seram. Bagi sebagian orang mungkin tak terlalu menakutkan.
Meski demikian, Bayi Ajaib mempunyai cerita yang cukup dark tentang menyembah setan dan ritual-ritual yang bikin merinding. Semoga gak terjadi di kehidupan nyata, deh.
5. Ending yang membanggongkan, kok bisa gitu?
Ada kejutan yang menarik di ending Bayi Ajaib. Tentunya adegan ini bikin penonton kaget dan berpikir kok bisa seperti itu.
Nah, kan, jadi penasaran dengan film Bayi Ajaib. So, jangan lupa tonton remake film horor dari tahun 1982 yang dibuat dengan teknologi yang modern. Tayang di bioskop mulai 19 Januari 2023!
Film Bayi Ajaib adalah satu dari sedikit film horor lawas Indonesia yang mendapat perhatian khusus bagi masyarakat luas. Tayang perdana tahun 1982, film ini meneror penontonnya melintasi zaman lewat adegan-adegan yang bikin bulu kuduk berdiri.
Disebut melintasi zaman karena setelah filmnya tayang di biokop, pada medio 90an hingga awal 2000an film ini kerap tayang di televisi nasional dan tetap terasa mencekam.
Sekarang, kita dihadirkan kembali dengan versi modernnya. Namun, timbul pertanyaan besar. Sama seperti film remake lainnya, apakah semua elemen di dalamnya mampu sesukses versi orisinalnya?
Nah kini versi remake film Bayi Ajaib telah tayang di bioskop seluruh Indonesia sejak 19 Januari lalu.
Sinopsis film Bayi Ajaib (2023)
Dorman adalah seorang dukun yang ingin cepat kaya. Demi memuluskan aksinya, ia memanggil arwah kakeknya untuk membantunya mendapat harta yang berlimpah. Albert Dominique kakek Dorman bersedia memberi kekayaan bagi Dorman asal cucunya itu memberikan tubuh untuk dirasuki.
Dorman memilih Didi, anak Kosim salah satu calon Kepala Desa untuk disusupi arwah Albert Dominique. Benar saja setelah Didi mulai besar, ia menjelma menjadi anak setan yang penuh amarah dan mencelakai banyak orang. Lantas bagaimana Kosim menyembuhkan anak semata wayangnya ini supaya menjadi normal seperti anak kebanyakan?
Munculkan kembali adegan memorable
Membuat ulang film lawas memang punya tantanganya sendiri. Terutama untuk para kreator agar mampu membawa esensi film versi orisinal ke modern. Soalnya, mau tak mau mereka harus membuat ulang adegan-adegan memorable agar penonton lama teringat kembali. Di satu sisi ia juga harus memuaskan ekspektasi penonton yang baru mengenal filmnya.
Rako Prijanto yang duduk di bangku sutradara terlihat berusaha memadupadankan hal itu. Mengembalikan memori penonton lawasnya sekaligus menciptakan memori baru dengan memberi kesan ngeri kepada audiens saat ini.
Seperti yang sudah KINCIR ulas pada artikel sebelumnya (bisa dibaca di sini) ada sejumlah adegan memorable yang dibuat ulang. Kalau boleh sedikit membocorkan, semua adegan lawas yang KINCIR tulis benar-benar dibuat ulang dengan versi yang lebih baik dari film awalnya. Tentu ini jadi waktu mengenang bagi penonton lama mengingat film Bayi Ajaib tahun 1982.
Di sisi lain, adegan-adegan lawas tersebut akan tetap terasa mengerikan bagi para penonton baru karena dieksekusi dengan lebih matang dari film lawasnya. Bahkan ada beberapa adegan ulangan yang ditampilkan jauh lebih sadis dari film terdahulunnya. Hanya saja sepertinya adegan-adegan tersebut enggak terlalu menimbulkan kesan yang menempel di benak penonton baru.
Lebih realistis tapi cerita kurang mistis
Meski menyeramkan, secara penceritaan film Bayi Ajaib tahun 1982 emang enggak terlalu baik. Oleh karena itu, cerita film Bayi Ajaib 2023 mencoba untuk memperbaiki jalan cerita film lawasnya supaya lebih realistis dengan cerita yang mengalun. Tapi apakah berhasil?
Sejujurnya film ini jauh lebih realistis dari segi penceritaan selain itu alur ceritanya juga lebih baik dari versi lawasnya. Hanya saja lebih baik di sini bukan berarti rapih. Karena memang secara pencertaan kisah film Bayi Ajaib versi terbaru ini enggak terlalu mengesankan.
Film ini dibuka dengan cerita yang terburu-buru. Penonton dipaksa untuk langsung mengenal siapa Kosim dan Istrinya juga siapa Dorman dan misinya. Dalam 15 menit pertama konflik utama sudah ditampilkan padahal latar belakang karakternya belum dijabarkan dengan tuntas. Bahkan sampai akhir filmnya pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang dilakukan Kosim sehingga bisa kaya mendadak enggak tuntas dijabarkan.
Karakter Albert Dominique sang iblis utama juga hanya diceritakan lewat momen flashback yang durasinya kurang lebih satu atau dua menit saja. Penonton jadi enggak kenal seberapa kejam hantu Portugis ini ketika masih hidup.
Selain itu ceritanya juga enggak terasa berkembang, intensitas ketegangannya juga enggak terlalu melonjak di menit-menit akhir yang seharusnya jadi waktu paling menakutkan dalam sebuah film horor. Terlebih ada beberapa adegan menakut-nakuti yang formulanya diulang. Formula itu adalah formula kendaraan yang bermasalah di tengah jalan.
Jadi dalam film ini ada tiga karakter berbeda yang dihantui dengan cara tersebut. Berkendara malam hari tiba-tiba motornya mogok atau rantai sepedanya copot. Lalu kemudian diganggu setan dan akhirnya mati. Cukup disayangkan kerangka cerita film yang seram ini jadi terasa mentok.
Ditopang oleh akting aktor yang mumpuni
Untungnya film ini mempekerjakan aktor dan aktris yang memang punya kualitas akting jempolan. Apa yang ditampilkan oleh Vino G Bastian, Adipati Dolken, Sara Fajira sampai Teuku Rifnu Wikana membuat karkater-karkater ini hidup. Bahkan kredit khusus mesti diberikan pada aktor cilik Rayhan Cornellis yang memerankan karkater Didi.
Seperti yang KINCIR singgung dalam artikel sebelumnya, sosok Didi harus dimainkan dengan meyakinkan. Rayhan ternyata menjawab tantangan itu dengan penampilannya yang cemerlang.
Produksi yang presisi
Rako Prijanto juga terlihat niat dari segi produksi, kita benar-benar di ajak ke Indonesia zaman dulu lewat sajian set lokasi yang menarik. Sutradara asal Magelang ini terlihat cukup beambisi untuk merupa film ini jadi jauh lebih presisi dari film versi 1982. Saking hendaknya membuat film ini mirip dengan film lawasnya. Karakter Kosim yang dimainkan Vino juga harus menggunakan kumis palsu.
Ini akan membuat para penonton film lamanya mengingat karakter Kosim zaman dulu yang memang berkumis baplang. Bedannya, dulu Muni Cader yang perankan karakter ini memang memiliki kumis asli seperti itu.
Berpotensi dibuatkan sekuel
Tepat di akhir film, ada satu adegan yang membuat penonton bisa menyimpulkan jika film ini belum sepenuhnya selesai. Semua memang tergantung hasil jumlah penonton film pertamanya, jika dirasa cukup berhasil enggak menutup kemungkinan film ini akan lanjut pada sekeuel film kedua. Jika hal itu terjadi semoga pertanyaan-pertanyaan yang menggantung pada film Bayi Ajaib versi remake ini harus tuntas dijawab pada seri sekuelnya.
Sudah tayang di bioskop sejak Kamis 19 Januari lalu, seberapa antusias kamu hendak menonton film ini?