Rektornya Diduga Rasis, Institut Teknologi Kalimantan : Urusan Pribadi

Rektornya Diduga Rasis, Institut Teknologi Kalimantan : Urusan Pribadi – Rektor Institut Teknologi Kalimntan (ITK), Budi Santosa Purwokartiko, kini tengah jadi perbincangan. Pasalnya, Budi membuat unggahan yang dianggap rasis melalui akun Facebooknya.

Ungguhan tersebut kemudian viral dimedia sosial. Dugaan rasis itu bermula ketika Budi menuliskan pengalamanya melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa calon penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Namun, pencarian akun Budi kini sudah tidak ada.

“Mereka adalah anak anak pintar yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi,” ujar Budi seperti IP yang luar biasa tinggi, diatas 3,5 bahkan 3,8 dan 3,9,” sambungnya.

1. Puji kemampuan mahasiswa calon penerima beasiswa LPDP

Budi kemudian memuji kemampuan mahasiswa calon penerima beasiswa yang jago Bahasa Inggris. Selain bidang akademik, kata Budi, para mahasiswa itu juga aktif di organisasi mahasiswa dan menjadi asisten dosen.

“Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalismenya,” katanya.

Tulisan Budi yang dianggap rasis ada di bagian akhir unggahan di akun Facebooknya.

“Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: Insya Allah, barakallah, syiar, qadarullah dan sebagainya,” ucapnya.

2. Dianggap jadi generasi emas

Lebih lanjut, Budi mengatakan, mahasiswa yang diwawancarainya merupakan generasi emas yang nantinya bisa ditempatkan di BUMN, pemerintahan, hingga sektor swasta untuk membangun bangsa dalam beberapa waktu ke depan. Dalam wawancara itu, dia mengaku sudah mewawancarai 2 laki-laki dan 12 perempuan.

“Jadi, 12 mahasiswa yang saya wawancarai, tidak ada satupun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind, mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa Barat dan US. Bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi. Saya hanya berharap mereka nanti tidak masuk dalam lingkungan yang membuat hal yang mudah jadi sulit,” katanya.

3. Respons ITK

Melalui akun Twitter resminya, ITK menyatakan apa yang menjadi unggahan Budi merupakan urusan pribadi. Tak ada hubungannya dengan pihak kampus.

“Dengan ini, kami informasikan bahwa, tulisan Budi Santosa Purwakartiko tersebut meruapakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK,” tulis ITK.

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko dituding rasis karena menulis status ‘manusia gurun’ berkaitan dengan peserta beasiswa LPDP. Pihak kampus pun buka suara.

“Terkait dengan pemberitaan tentang tulisan Prof Budi Santosa Purwakartiko oleh salah satu media online yang kemudian tersebar ke berbagai kanal media online lainnya dan mendapat tanggapan dari para netizen, dengan ini kami informasikan bahwa, tulisan Prof Budi Santosa Purwakartiko tersebut merupakan tulisan pribadi, dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai Rektor ITK,” bunyi keterangan pers ITK, Sabtu (30/4/2022).

ITK pun meminta semua masyarakat tidak mengaitkan masalah ini dengan kampus. Dia meminta masyarakat meminta klarifikasi langsung kepada Budi Santosa.

“Oleh karena itu, mohon pemberitaan dan komentar lebih lanjut baik oleh media maupun para netizen tidak mengaitkan dengan institusi ITK, dan awak media atau para netizen dapat langsung berkomunikasi dengan beliau,” katanya.

Diketahui, Budi Santosa dilaporkan ke Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirut LPDP Andin Hadiyanto. Budi dinilai telah melakukan ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal.

Pelapor itu adalah Irvan Noviandana, dia mengirimkan surat terbuka ke Sri Mulyani dan Andin Hadiyanto. Dia meminta Budi ditindak karena status di Facebooknya dinilai meresahkan.

“Saya Irvan Noviandana sebagai masyarakat ingin menyampaikan kepada Ibu Menteri Keuangan serta Dirut LPDP adanya ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal yang disampaikan oleh seorang pewawancara beasiswa LPDP melalui akun Facebooknya dengan nama Budi Santosa Purwokartiko sebagaimana tangkapan layar yang kami unggah,” bunyi surat terbuka Irvan dilihat, Sabtu (30/4).

Irvan mengungkapkan kalimat Budi yang dimaksud mengandung ujaran SARA ketika Budi mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana tulisan status Budi. Di status Facebooknya itu, Budi menyebut seseorang yang memakai hijab atau penutup kepala adalah manusia gurun.

“Budi Santosa sebagai pihak yang mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana yang disampaikan pada tulisannya mengatakan kalimat yang bernuansa SARA bahwa 12 mahasiswi yang diwawancarai tidak ada satu pun yang menutup kepala ala manusia gurun sehingga otaknya benar-benar openmind dan seterusnya,” ucap Irvan.

Diketahui, Budi Santosa dilaporkan ke Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirut LPDP Andin Hadiyanto. Budi dinilai telah melakukan ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal.

Pelapor itu adalah Irvan Noviandana, dia mengirimkan surat terbuka ke Sri Mulyani dan Andin Hadiyanto. Dia meminta Budi ditindak karena status di Facebooknya dinilai meresahkan.

“Saya Irvan Noviandana sebagai masyarakat ingin menyampaikan kepada Ibu Menteri Keuangan serta Dirut LPDP adanya ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal yang disampaikan oleh seorang pewawancara beasiswa LPDP melalui akun Facebooknya dengan nama Budi Santosa Purwokartiko sebagaimana tangkapan layar yang kami unggah,” bunyi surat terbuka Irvan dilihat, Sabtu (30/4).

Irvan mengungkapkan kalimat Budi yang dimaksud mengandung ujaran SARA ketika Budi mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana tulisan status Budi. Di status Facebooknya itu, Budi menyebut seseorang yang memakai hijab atau penutup kepala adalah manusia gurun.

“Budi Santosa sebagai pihak yang mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana yang disampaikan pada tulisannya mengatakan kalimat yang bernuansa SARA bahwa 12 mahasiswi yang diwawancarai tidak ada satu pun yang menutup kepala ala manusia gurun sehingga otaknya benar-benar openmind dan seterusnya,” ucap Irvan.

Scroll to Top