PIKUL gelar pameran teknologi ramah perempuan – Yayasan Penguatan Lintas Belajar Kelompok Lokal (PIKUL) mengelar pameran teknologi ramah perempuan dengan menggandeng enam kolaborator yang peduliĀ dengan teknologi ramah perempuan.
Konsultan Human Centered Design Yayasan PIKUL Dany Wetangterah ditemui disela sela acara tersebut di Kupang, Selasa (7/2/2023) mengatakan bahwa ide desain teknologi ramah perempuan itu datang dari keresahan kegagalan eksperimen teknologi yang diciptakan sebelumnya dan kesuksesan beberapa adaptasi teknologi untuk perempuan di beberapa eksperimen yang lain.
“Dari sini kami belajar bahwa bagi beberapa kelompok dengan tingkat akses terhadap pengetahuan dan teknologi yang terbatas karena gender atau relasi kuasa yang timpang lainnya, butuh pendekatan yang berbeda,”katanya.
Menurut dia, konsep human centered design memberi kemungkinan untuk pendekatan desain teknologi bagi kelompok khusus seperti para mama-mama petani di desa.
Dany menjelaskan bahwa sejak 2018, yayasan PIKUL bekerjasama dengan beberapa mitra telah menciptakan jenis-jenis desain teknologi yang bertujuan untuk membantu aktivitas perempuan seperti teknologi pengolahan air bersih, teknologi penyiraman (sprinkle air), tungku hemat bahan bakar, serta teknologi lainnya.
Sayangnya, teknologi-teknologi tersebut masih belum berfungsi maksimal untuk perempuan terutama dalam pengoperasiannya. Perempuan masih bergantung kepada pihak lain yang akhirnya berdampak pada terbengkalainya teknologi tersebut.
“Hal ini mendorong PIKUL untuk terus berinovasi mencari jalan keluar agar teknologi yang diciptakan mudah dimanfaatkan oleh berbagai pihak termasuk perempuan,” ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa identifikasi yang dilakukan oleh PIKUL dalam diskusi bersama kolektif perempuan di desa, kurang
lebih ada enam kebutuhan teknologi yang diharapkan oleh mama-mama di desa-desa.
Seperti sesuatu yang membantu perempuan mencacah/memotong bahan baku hijauan untuk membuat pupuk organik, kemudian juga mesin pengawetan pangan atau Food Dehidrator.
Dalam identifikasi itu PIKUL menemukan bahwa kolektif perempuan melihat pangan lokal sebagai potensi yang dapat diolah menjadi sumber pangan untuk anak-anak seperti biskuit yang ketika dicampur dengan air panas
menjadi bubur.
Kemudian juga sesuatu yang membantu dalam menghemat waktu dan bahan bakar dalam memproduksi pakan ternak; Sesuatu yang membantu dalam memisahkan kulit dan biji kopi, lalu sesuatu yang membantu dalam memintal benang, serta sesuatu yang membantu proses membelah dan membersihkan bambu.
Dalam pameran itu PIKUL melibatkan enam kolaborator yakni dari organisasi Kepik, Geng Motor Imut, Maggot NTT, Komunitas Hijau Daun, LP2M Undana (Prodi Kedokteran Hewan) dan Mahalalila Sekarbayu.*
Seorang mahasiswa menunjukan cara memintal menggunakan alat khusus dalam pameran teknologi tradisonal ramah perempuan yang diinisiai oleh Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) di Kupang, NTT, Selasa (7/2/2023). Pameran ini diikuti enam organisasi dan perorangan termasuk mahasiswa yang menciptakan sejumlah alat yang ramah bagi kaum perempuan di NTT.
“Dari sini kami belajar bahwa bagi beberapa kelompok dengan tingkat akses terhadap pengetahuan dan teknologi yang terbatas karena gender atau relasi kuasa yang timpang lainnya, butuh pendekatan yang berbeda,”katanya.
Menurut dia, konsep human centered design memberi kemungkinan untuk pendekatan desain teknologi bagi kelompok khusus seperti para mama-mama petani di desa.
Dany menjelaskan bahwa sejak 2018, yayasan PIKUL bekerjasama dengan beberapa mitra telah menciptakan jenis-jenis desain teknologi yang bertujuan untuk membantu aktivitas perempuan seperti teknologi pengolahan air bersih, teknologi penyiraman (sprinkle air), tungku hemat bahan bakar, serta teknologi lainnya.
Sayangnya, teknologi-teknologi tersebut masih belum berfungsi maksimal untuk perempuan terutama dalam pengoperasiannya. Perempuan masih bergantung kepada pihak lain yang akhirnya berdampak pada terbengkalainya teknologi tersebut.
“Hal ini mendorong PIKUL untuk terus berinovasi mencari jalan keluar agar teknologi yang diciptakan mudah dimanfaatkan oleh berbagai pihak termasuk perempuan,” ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa identifikasi yang dilakukan oleh PIKUL dalam diskusi bersama kolektif perempuan di desa, kurang
lebih ada enam kebutuhan teknologi yang diharapkan oleh mama-mama di desa-desa.
Seperti sesuatu yang membantu perempuan mencacah/memotong bahan baku hijauan untuk membuat pupuk organik, kemudian juga mesin pengawetan pangan atau Food Dehidrator.
Dalam identifikasi itu PIKUL menemukan bahwa kolektif perempuan melihat pangan lokal sebagai potensi yang dapat diolah menjadi sumber pangan untuk anak-anak seperti biskuit yang ketika dicampur dengan air panas
menjadi bubur.
Kemudian juga sesuatu yang membantu dalam menghemat waktu dan bahan bakar dalam memproduksi pakan ternak; Sesuatu yang membantu dalam memisahkan kulit dan biji kopi, lalu sesuatu yang membantu dalam memintal benang, serta sesuatu yang membantu proses membelah dan membersihkan bambu.
Dalam pameran itu PIKUL melibatkan enam kolaborator yakni dari organisasi Kepik, Geng Motor Imut, Maggot NTT, Komunitas Hijau Daun, LP2M Undana (Prodi Kedokteran Hewan) dan Mahalalila Sekarbayu.*
Seorang mahasiswa menunjukan cara memintal menggunakan alat khusus dalam pameran teknologi tradisonal ramah perempuan yang diinisiai oleh Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) di Kupang, NTT, Selasa (7/2/2023). Pameran ini diikuti enam organisasi dan perorangan termasuk mahasiswa yang menciptakan sejumlah alat yang ramah bagi kaum perempuan di NTT.