Pakar ungkap tantangan humas di era Al

Pakar ungkap tantangan humas di era Al – Para pakar dan praktisi public relation atau hubungan masyarakat (humas) mengungkap tantangan dunia kehumasan pada era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (Al) saat ini.

Pendiri dan CEO Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Prita kemal Gani dalam keterangan di jakarta, Jumat (23/6/2023) memaparkan bagaiman ia menyaksikan dan menjalani trasnformasi humas mulai PR 1.0 hingga PT 4.0

“Kita adalah waktunya PR 4.0, era Al dan Big Data, artinya semua PR harus siap dengan semua data dan informasi secara akurat,” ucap Ketua ASEAN PR Network itu.

Kendati Al seakan mengabil alih banyak pekerjaan, termasuk kehumasan, Direktur Eksekutif Indonesia Blcokchain and metaverse center, Tuhu Nugraha mengatakan hal itu tidak berarti humas tidak mempunyai nilai dibanding Al, karena manusia punya kreativitas.

“AI hanya akan menggantikan keterampilan kognitif, tetapi tidak dapat menggantikan kita dalam hal emosi, imajinasi, kreativitas, pemecahan masalah, dan menemukan cara baru untuk melakukan dan menciptakan sesuatu. AI hanya dapat memproses dan mengolah data historis,” ucapnya.

Hal senada dikemukakan Director Maverick Indonesia Felicia Nugroho bahwa penggunaan Al generatif untuk penelitian dan pengukuran PR tidak bisa jadi 100 persen acuan. “Kita harus menggunakan data untuk keputusan strategis. Ini adalah sesuatu yang perlu diingat bahwa Al generatif hanya menyajikan sebagian, tidak semua, dari data yang diperlukan untuk mengukur dampak PR. Ada bagian lain dari PR, yang merupakan inti dari PR, yaitu hubungan antar- manusia,” ujarnya.

Senior Vice President Community & Esports Global at UniPin, Debora Imanuella menilai PR sangat penting dalam esports untuk mengelola reputasi, membangun awareness, membina hubungan sesama, menavigasi krisis, dan mendorong pertumbuhan industri. “Strategi PR yang efektif berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang dan keberlanjutan organisasi esports, tim, pemain, dan industri secara keseluruhan,” katanya.

Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji dalam pidatonya di seminar itu menyampaikan AI secara umum dianggap positif di Jepang. “Jepang memiliki aptitude yang relatif tinggi mengenai AI, termasuk AI generatif. Saya yakin kemunculan AI generatif dapat meningkatkan kualitas hidup Jepang dalam arti yang lebih luas,” katanya.

Para pakar dan praktisi public relation atau hubungan masyarakat (humas) mengungkap tantangan dunia kehumasan pada era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini.

Pendiri dan CEO Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Prita Kemal Gani dalam keterangan di Jakarta, Jumat, memaparkan bagaimana ia menyaksikan dan menjalani transformasi humas mulai PR 1.0 hingga PR 4.0.

“Kita sekarang berada di era ASEAN 2023. Saya menyaksikan empat era transformasi public relations (PR),” ucapnya pada seminar bertajuk “ASEAN SPOT: AI & The Future of PR In ASEAN” di Jakarta.

Ia mengatakan pada era PR 1.0 humas menjalankan tugas secara tradisional seperti membawakan press release dan foto, kemudian lahir PR online (PR 2.0), dimana semua bisa dilakukan secara digital atau online (website), dan melaju ke PR 3.0, yaitu era media sosial.

“Sekarang adalah waktunya PR 4.0, era AI dan Big Data, artinya semua PR harus siap dengan semua data dan informasi secara akurat,” ucap Ketua ASEAN PR Network itu.

Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi yang berkembang pesat, peran Hubungan Masyarakat (Humas) atau disebut juga dengan Public Relation dalam membangun citra dan reputasi melalui media sosial merupakan suatu tuntutan yang wajib diperhatikan oleh setiap organisasi. Pengguna media sosial di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang pesat. Laporan Statista (2020) mencatat pengguna media sosial di Indonesia pada 2020 paling banyak yakni pada rentang usia 25-34 tahun dan pada urutan kedua antara 18-24 tahun. Rentang usia tersebut populer dengan sebutan milenial.

Semakin dekatnya masyarakat dengan media sosial menjadikan tantangan tersendiri bagi humas pemerintah dalam membangun komunikasi. Tantangan yang cukup berat bagi humas pemerintah saat ini adalah menyampaikan informasi atau materi yang terkesan kaku dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti masyarakat milenial. Selain itu, tantangan lainnya adalah membuat informasi sederhana tapi dikemas sedemikian rupa agar menjadi konten yang menarik. Dan yang sedang populer saat ini adalah konten berupa video.

Sejak pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, waktu seseorang untuk mengakses media sosial menjadi semakin meningkat. Menurut laporan Broadband Search yang dipublikasikan oleh katadata.co.id, situs yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia pada tahun 2020 di urutan pertama ada Youtube dengan 8,6 miliar pengunjung dan Facebook di urutan kedua dengan 3,6 miliar pengunjung. Kemudian secara mengejutkan ada aplikasi pendatang baru di Indonesia yaitu TikTok yang sudah bisa menggaet pengguna. Tercatat dalam laporan Statista jumlah unduhan TikTok di Indonesia per Juni 2020 ada sebanyak 30,7 juta kali. Hal ini menunjukkan bahwa media sharing berbasis video sedang menjadi tren di kalangan pengguna internet saat ini.

Scroll to Top