Nggak Punya Skill IT Tapi Ingin Kerja di Industri Teknologi? Yuk Simak Tips Berikut – Seiring dengan teknologi yang kini menjadi kebutuhan, bisnisnya pun berkembang dan permintaan untuk sumber daya manusia (SDM) meningkat.
Alhasil, industri teknologi menjadi magnet kuat bagi para pencari kerja, terutama dari generasi Z, untuk membangun karier.
Associate Director HRBP & Perfomance Fuse, Sukmawati dalam webinar bertajuk ” Career Development 101 : Breaking into the tech Industry “, akhir pekan lalu, mengatakan bahwa saat ini banyak bidang pekerjaan yang trendy atau kekinian yang 10 tahun lalu belum ada tapi sekarang menjadi profesi yang paling dicari dibursa kerja.
Lebih lanjut Sukmawati menjelaskan, industri teknologi tak melulu tentang coding atau pemrograman. Pencari kerja yang datang dari latar belakang pendidikan dan pengalaman non-teknologi juga punya kesempatan, asalkan mau meningkatkan kemampuan diri.
Misalnya, profesi product manager diisi oleh talenta yang berlatar belakang administrasi bisnis, ilmu manajemen ataupun manajemen produk. Seseorang dengan latar belakang ilmu komunikasi juga bisa menjadi seorang digital marketer atau SEO specialist.
“Teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Untuk itu, kita perlu beradaptasi, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan diri. Untuk bisa bekerja di industri teknologi, harus belajar banyak hal baru, ikut bootcamp, miniclass. Banyak juga lembaga atau institusi yang menawarkan training ataupun webinar gratis,” ungkap wanita lulusan Universitas Indonesia ini.
Selain meningkatkan kemampuan diri, Sukmawati juga memberikan tips bagi para pencari kerja untuk mempersiapkan diri. Beberapa di antaranya adalah melakukan riset terhadap perusahaan yang dilamar, mengerti lingkup kerja jabatan yang dilamar, serta mengetahui kelebihan dan kelemahan diri.
“Satu hal yang tak kalah penting: percaya dengan diri sendiri untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang diimpikan. Pahami dan sayangi diri sendiri, ketahui kekuatan dan kelemahan diri. Kalau punya kekurangan, sebaiknya diperbaiki agar tidak stuck di titik itu,” pungkas Sukmawati.
Seiring dengan teknologi yang kini menjadi kebutuhan, bisnisnya pun berkembang dan permintaan untuk sumber daya manusia (SDM) meningkat. Alhasil, industri teknologi menjadi magnet kuat bagi para pencari kerja, terutama dari generasi Z, untuk membangun karier.
“Banyak bidang pekerjaan yang trendy atau kekinian, yang 10 tahun lalu belum ada tapi sekarang menjadi profesi yang paling dicari di bursa kerja. Untuk itu, penting untuk mengembangkan kemampuan diri, belajar menambah skill, karena saat ini supply (SDM yang tersedia) di industri teknologi tidak terlalu banyak. Sehingga, kalau kamu punya kemampuan itu, pasti akan bermanfaat dan dicari di bursa kerja,” ungkap Associate Director HRBP & Perfomance Fuse, Sukmawati, dalam webinar bertajuk “Career Development 101: Breaking into the Tech Industry”, akhir pekan lalu. Webinar ini diselenggarakan startup insurtech Fuse bersama platform pengembangan akademik Ruang Mahasiswa.
Sukmawati menjelaskan, industri teknologi tak melulu tentang coding atau pemrograman. Pencari kerja yang datang dari latar belakang pendidikan dan pengalaman non-teknologi juga punya kesempatan, asalkan mau meningkatkan kemampuan diri. Misalnya, profesi product manager diisi oleh talenta yang berlatar belakang administrasi bisnis, ilmu manajemen ataupun manajemen produk. Seseorang dengan latar belakang ilmu komunikasi juga bisa menjadi seorang digital marketer atau SEO specialist.
“Teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Untuk itu, kita perlu beradaptasi, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan diri. Untuk bisa bekerja di industri teknologi, harus belajar banyak hal baru, ikut bootcamp, miniclass. Banyak juga lembaga atau institusi yang menawarkan training ataupun webinar gratis,” ungkap wanita lulusan Universitas Indonesia ini.
Selain meningkatkan kemampuan diri, Sukmawati juga memberikan tips bagi para pencari kerja untuk mempersiapkan diri. Beberapa diantaranya yakni melakukan riset terhadap perusahaan yang dilamar, mengerti lingkup kerja jabatan yang dilamar, serta mengetahui kelebihan dan kelemahan diri.
Agar Fresh Graduate Bisa Cepat Dapat Kerja
Bagi fresh graduate atau lulusan baru perguruan tinggi, mencari pekerjaan menjadi tantangan tersendiri. Menurut Sukmawati, ada tiga hal yang menjadi penyebab gap (jarak) antara fresh graduate dengan pekerjaan yang diinginkan.
“Pertama, fresh graduate belum punya pengalaman riil di dunia kerja, karena masuk organisasi kerja akan menjadi dunia yang berbeda dibanding dunia kampus. Kedua, kompetisi yang ketat, yang menuntut fresh graduate tak hanya bersaing dengan lulusan universitas dalam negeri, tetapi juga lulusan universitas luar negeri yang kembali ke Indonesia untuk bekerja. Ketiga, tentang skill atau kemampuan. Banyak skill yang baru ditemukan di tempat kerja dan berbeda dari apa yang dipelajari ketika kuliah,” jelas Sukmawati.
Namun, bukan berarti pekerjaan yang diimpikan tidak bisa didapatkan. Menurut wanita lulusan Universitas Indonesia ini, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan agar cepat mendapatkan pekerjaan:
Membuat Curriculum Vitae (CV) yang Menarik
Hal ini menjadi sebuah keharusan. Saat ini, banyak situs dan aplikasi yang membantu para pencari kerja untuk mendesain CV yang menarik. CV yang menarik adalah nilai tambah bagi pelamar kerja. Usahakan agar CV menggunakan bahasa Inggris agar bisa dibaca semua pihak.
“Ketika satu lowongan dibuka, email lamaran yang masuk bisa berjumlah ratusan. Yang pertama kali dibuka tentu saja CV, bagaimana isi CV bisa menggambarkan profil pelamar secara keseluruhan. CV yang menarik akan menentukan apakah perekrut akan memproses lebih lanjut atau tidak,” ujar Sukmawati.
Aktif Melamar Pekerjaan
Banyak orang yang sedang mencari kerja, sedangkan lowongan pekerjaan yang tersedia terbatas. Semakin sering dan semakin banyak lowongan yang dilamar, kemungkinan profil seseorang dilihat oleh perekrut akan semakin besar.
Fokus dengan Kualifikasi Pekerjaan
Pelamar kerja sebaiknya fokus melihat kualifikasi serta syarat dari lowongan pekerjaan yang tersedia. Tak hanya itu, pelamar juga harus punya pengetahuan tentang perusahaan yang dilamar.
“Saya sering melihat, fresh graduate terkadang tidak melihat kualifikasi pekerjaan yang diinginkan dengan baik. Misalnya, fresh graduate melamar pekerjaan yang sebenarnya diperuntukan untuk orang yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun atau level manajer. Ada kemungkinan besar CV tidak akan diproses,” ujar Sukmawati.
Memperluas jaringan (networking)
“Semakin banyak bertemu orang, semakin luas relasi. Maka, bisa jadi orang-orang itu yang akan membuka jalan kita untuk mendapatkan pekerjaan atau posisi-posisi pekerjaan yang baru,” ujar Sukma.
Be Ready for Anything
Fresh graduate harus menerima segala hal yang mungkin terjadi, misalnya tentang penempatan kerja. Ketika dalam proses rekrutmen menyatakan siap untuk ditempatkan di luar kota, komitmen itu harus tetap dipegang saat kita diterima kerja. Dari sejumlah pengalaman yang terjadi, Sukmawati mencatat banyak pelamar kerja yang lantas batal menerima pekerjaan karena tidak siap ditempatkan di luar kota.
Berusaha dan Berdoa
Industri teknologi menuntut talenta yang bisa beradaptasi. Karena itu, Sukmawati mendorong fresh graduate agar selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri, misalnya dengan mengikuti dan memperdalam ilmu-ilmu baru lewat bootcamp, kursus ataupun webinar.
“Satu hal yang tak kalah penting: percaya dengan diri sendiri untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang diimpikan. Pahami dan sayangi diri sendiri, ketahui kekuatan dan kelemahan diri. Kalau punya kekurangan, sebaiknya diperbaiki agar tidak stuck di titik itu,” pungkas Sukmawati. (*AMBS)