Menjadi Manusia dengan Healthy Social Lifestyle – Menjadi manusia pada umumnya pasti memiliki rencana untuk mengatur hidupnya. Mereka menyesuaikan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) untuk mencapai kepuasan hidup mereka masing-masing.
Cara memperoleh kebutuhan dan keinginan itulah yang membentuk cara berpikir (how to think), cara bersikap (how to affect) dan tindakan atau kebiasaan (habit). Pada gilirannya kebutuhan dan keinginan tersebut menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle).
Gaya hidup dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal manusia. Secara internal, dalam diri seseorang memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu yang disebabkan oleh motif untuk bertindak. Dorongan ini lebih bersifat psikologis.Misalnya, seseorang ingin memamerkan kesukaannya makan di restoran terkenal, memakai sepatu atau tas dari brand ternama, serta mengendarai mobil berkelas. Dorongan untuk gaya hidup flexing tersebut merupakan hak seseorang, karena siapapun boleh malakukan apapun sepanjang tidak merugikan orang lain.Dorongan dari luar diri seseorang (eksternal) muncul dari lingkungan fisik maupun sosial. Manusia perlu penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitarnya untuk mempertahankan eksistensinya. Misalnya, ketika arus disrupsi teknologi informasi mengharuskan manusia menyesuaikan aktivitasnya secara remote (online).Menjadi Manusia dengan Healthy Social Lifestyle
Semua aktivitas, mulai belajar, bekerja, berbelanja bahkan beribadahpun dapat dilakukan secara virtual. Hal ini memaksa kami menyesuaikan diri agar tidak terlalu terjerumus oleh perubahan zaman.Cepat atau lambat, perubahan teknologi tersebut dapat menjadi gaya hidup yang biasa sehingga generasi mendatang bisa jadi tidak lagi mengenal tulisan tangan, membaca Alquran dalam bentuk buku tebal, ataupun bertransaksi dengan cara mengantri panjang di bank.Di masa mendatang, komunikasi diperkirakan akan lebih banyak dilakukan secara online daripada offline. Media sosial menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun.Gaya hidup bisa positif, bisa pula negatif. Gaya hidup yang mendorong manusia bersikap positif untuk kebaikan diri dan sekitarnya dapat disebut sebagai healthy lifestyle. Sedangkan cara hidup yang cenderung useless dan merugikan diri dan lingkungan sekitarnya merupakan ciri-ciri hidup yang tidak sehat (unhealthy lifestyle).Untuk menjadi manusia yang healthy lifestyle, kami harus tau apa yang telah mereka tentukan dan menjadikannya sebagai tanggung jawab mereka masing-masing. Dengan begitu, pentingnya kita tau bagaimana cara mengatur serta menciptakan gaya hidup yang sehat.Healthy lifestyle sendiri terbentuk menyesuaikan karakter seseorang yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau aktivitas sehari-hari. Seperti contohnya, mereka yang terbiasa beraktivitas di sosial media, tentunya karakter yang mereka bentuk adalah karakter yang dapat menjadi inspirasi pengguna sosial media yang melihatnya.Dengan begitu, kami bisa membiasakan diri untuk tepat waktu agar tidak terlambat saat hadir di sebuah acara, memakai riasan dan baju yang bagus untuk penampilan mereka, atau bahkan memperbanyak olahraga serta mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan agar tubuh mereka sehingga terlihat sehat.Hal ini tak hanya mempengaruhi karakter orang yang menjalaninya namun terjadi juga kepada orang yang setia menyaksikan dan mengikuti gaya hidupnya.Namun, berbeda hal nya dengan seseorang yang mencontohkan gaya hidup yang buruk di media sosial, dengan memamerkan gaya hidupnya yang begitu bebas dan menjurus ke arah yang buruk untuk ditonton dan dicontoh oleh pengguna sosial media lainnya.Setelah mendeskripsikan secara singkat menggunakan contoh di atas, healthy lifestyle dapat diartikan sebagai salah satu cara terbaik untuk memulai kehidupan yang lebih baik.Selain menjaga pola makan, pola tidur, dan cara berpenampilan, gaya hidup yang sehat juga dapat diimplementasikan melalui lingkungan sosial yang sehat pula, atau biasa disebut pertemanan dengan positive vibes.Hal ini juga tak kalah penting untuk dirancang dalam kehidupan kita masing-masing. Hal ini merupakan kunci dari terbentuknya karakter maupun aktivitas yang mereka lakukan sehari-hari.Dimana saat lingkungan sosial mereka mendukung dan selalu melakukan hal-hal yang baik, begitu kita sendiri akan mengimplementasikan kehidupan yang baik dan merancang pola kehidupan yang baik juga.Sebenarnya, mau berada dimana lingkungan sosial kita itu juga bisa kita tentukan sendiri, lho!Sebut saja lingkungan pertemanan, atau biasa disebut circle. Pertemanan juga bisa dipertemukan dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hal ini pula yang harusnya bisa menjadi patokan pribadi masing-masing dalam membentuk kesadaran mereka seperti apa kira-kira lingkungan pertemanan yang sehat.Karena pada dasarnya lingkungan pertemanan inilah yang paling sering kita hadapi, sebut saja berkomunikasi melalui grup chat dan bahkan saling menemui satu sama lain disaat waktu luang atau biasa disebut hang out. Begitu pula hal ini berkaitan dengan apa saja yang dilakukan selama beraktivitas bersama-sama.Dan bagaimana cara kita mengontrol juga menjadi poin penting dalam membentuk gaya hidup yang sehat dengan memilih lingkungan pertemanan yang sehat pula.Memang pada kenyataan akan ada banyak sekali hal-hal yang dapat dipengaruhi oleh cara kita memilih lingkungan pertemanan. Oleh karena itu, perlunya kontrol yang berasal dari diri kita dalam memilahnya.Hal ini bisa dimulai dengan mampu menganalisis seperti apakah karakter kita sebenarnya, lalu seperti apakah hal yang harus disesuaikan dan mampukah kita menyesuaikan atau beradaptasi dengan karakter seperti itu, cara-cara tersebut penting dilakukan karena kita juga tidak mungkin memaksakan serta merelakan diri kita terjerumus yang semestinya kita tidak mampu mengalaminya.Kalau kita sudah bisa memahami karakter diri kita sendiri dan sekiranya lingkungan pertemanan seperti apa yang dibutuhkan untuk membentuk gaya hidup yang dapat sekaligus membantu kita untuk mencapai tujuan hidup kita, maka yang perlu kita perhatikan selanjutnya adalah karakter teman-teman kita dalam lingkungan pertemanan tersebut.
Begitu pula dengan dampak yang diberikan saat kita tidak pandai dan salah memilih lingkungan pertemanan ataupun membentuk karakter terbaik kita. Bukti nyata nya telah banyak beredar baik pada portal berita maupun melalui video-video yang tersebar di sosial media.Dari kasus-kasus yang beredar, bisa dibilang hal ini sudah terbilang cukup parah dan berdampak besar pada masa depan mereka masing-masing, khususnya para remaja.Contohnya saja, terdapat kasus LGBT yang terjadi di lingkungan remaja SMA dikarenakan mereka terlalu terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran yang sama sehingga hal itu dianggap normal. Selain itu, maraknya penggunaan obat-obat an terlarang, mabuk-mabukan di bawah umur, dan merokok sepulang sekolah.Hal-hal tersebut tentunya tidak jauh dari faktor lingkungan dan juga akan selalu berpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran mereka kedepannya, sehingga mereka menganggap hal itu bukanlah sesuatu yang bukan semestinya justru itu normal-normal saja dilakukan.Dari kasus-kasus tersebut, tentunya bisa kita lihat bahwa jika hal-hal tersebut akan terus menerus terjadi pada setiap generasi nya maka akan ada kemungkinan masa depan negara kita juga tidak terjamin, karena mulai dari remaja-remaja saat ini lah yang merupakan bibit yang nanti nya akan ditanam menjadi seseorang yang memegang tanggung jawab negara Indonesia sendiri.
Dampak dari perilaku yang dimulai dari lingkungan pertemanan yang salah ini, bisa menjadi patokan para remaja dalam menormalisasikan perbuatan yang buruk dan berdosa, hal ini bisa berdampak pada lingkungan kerja mereka, karena seperti yang kita tahu setiap orang akan berada pada lingkungan yang berbeda setiap waktunya.Bila kita terbiasa berada dalam lingkup yang mencontohkan sikap buruk tentunya kita tidak akan mudah beradaptasi dengan sesuatu yang justru sebenarnya lebih baik, dan kita akan sulit menempuh masa depan yang baik bila terjebak pada situasi yang sama.