Lubang Terdalam Bumi Mau Digali Pakai Teknologi Canggih, Buat Apa?

Lubang Terdalam Bumi Mau Digali Pakai Teknologi Canggih, Buat Apa? – Ilmuwan punya ide mendapatkan sumber energi baru yaitu dengan menggali lubang BUMI. Mereka ingin menggunakan sinar X untuk melelehkan batu dan menggunakannya kembali sebagai pembangkita batubara dan gas menjadi sumur panas Bumi yang dalam dan mengubah pembangkit bahan bakar fosil yang kotor menjadi yang bersih.

Otak dibalik konsep tersebut adalah seorang insinyur peneliti Plasma Science and Fusion Center MIT, Paul Woskov. Insinyur tersebut telah menghabiskan 14 Tahun terakhir mengembangkan metode yang dapat menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara yang di tinggalkan menjadi sepenuhnya bebas karbon.

Dan metodenya yang dikomersialkan oleh perusahaan bernama Quaise Energy, Diklaim dapat bekerja dihampir semua pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas di Bumi.

Menurut anda bagaimana Guys? Ada ada saja peneliti sekarang ini ya.. Tapi ada bagusnya sih jadi bisa menjadi pembangkit listrik tenaga batu bara.

Mereka bermaksud menguapkan batu yang cukup untuk membuat lubang terdalam di dunia dan menangkap energi panas Bumi dalam skala yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan energi manusia selama jutaan tahun.

Memanfaatkan sumber energi jutaan tahun

Aspirasi ini terkait erat dengan energi yang berada jauh di bawah kaki kita. Energi panas Bumi pada dasarnya adalah panas di dalam Bumi, yaitu panas yang dihasilkan selama pembentukan planet kita dan peluruhan radioaktif mineral yang menghasilkan panas, dan disimpan dalam batuan dan cairan di inti Bumi.

Karena terus menerus dibuat di dalam kerak planet kita, ini adalah sumber energi terbarukan. Namun, meskipun sumber energi terbarukan lainnya telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, energi panas Bumi belum dimanfaatkan karena memanennya bukan hal yang mudah.

Fasilitas panas Bumi hanya ada di daerah di mana keadaan memungkinkan ekstraksi energi pada kedalaman yang relatif dangkal hingga 121,92 meter di bawah permukaan Bumi.

Dikutip dari Interesting Engineering, pengeboran konvensional menjadi tidak praktis di luar kedalaman tertentu karena kerak yang lebih dalam akan lebih panas dan lebih keras. Hal ini menyulitkan mata bor mekanis, sehingga dibutuhkan solusi baru.

Solusi baru itu mungkin berupa perangkat pemancar gelombang mikro yang disebut gyrotron. Sistem pengeboran Quaise dipusatkan di sekitar perangkat ini, yang telah digunakan selama beberapa dekade dalam penelitian dan pembuatan untuk tujuan seperti bahan pemanas dalam eksperimen fusi nuklir.

Meskipun Quaise belum mengatasi semua rintangan terkait teknis, mereka telah menetapkan tujuan ambisius untuk memanfaatkan energi dari sumur percontohan pada tahun 2026.

Menggunakan balok gyrotron

Woskov mendapat ide menggunakan balok gyrotron untuk menguapkan batu setelah menggunakannya dalam eksperimen fusi nuklir selama bertahun-tahun, dan dia melakukan tes di mana dia meledakkan formasi batuan kecil dengan gelombang dari gyrotron kecil di Plasma Science and Fusion Center MIT.

Platform pengeboran bertenaga gyrotron Quaise menguapkan lubang bor melalui batuan, memungkinkan akses ke panas Bumi yang dalam tanpa memerlukan peralatan lubang bawah yang rumit.

Dijadwalkan selesai sebelum akhir tahun, tim Quaise ingin menguapkan lubang sepuluh kali kedalaman percobaan lab Woskov dengan mesin yang lebih besar. Kemudian, mereka akan menguapkan lubang sepuluh kali lebih dalam dari yang sebelumnya, yang disebut sebagai lubang 100 banding 1.

Pada akhirnya, perusahaan berharap bisa mulai menguapkan batu dalam uji lapangan akhir tahun depan dan mengekstrak energi dari sumur panas Bumi percontohan dengan suhu batuan hingga 500 derajat Celcius pada tahun 2026.

“Ada keuntungan luar biasa dalam energi terbarukan selama dekade terakhir, tetapi gambaran besarnya hari ini adalah kita tidak akan cukup cepat untuk mencapai tonggak yang kita butuhkan untuk membatasi dampak terburuk dari perubahan iklim,” kata Woskov.

Para ilmuwan di China mulai coba menggali lubang sedalam 10.000 meter atau 10 kilometer menghujam ke Bumi, lubang terdalam yang pernah dicoba di negara tersebut. Buat apa misi ini dilakukan?

Dengan menggali sampai 10 lapisan batuan di dalam Bumi, tim ilmuwan itu berharap dapat mencapai bebatuan dari Zaman Kapur, lapisan yang dikenal sebagai Sistem Kapur, yang berusia hingga 145 juta tahun.

Seperti dikutip detikINET dari IFL Science, proyek tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber daya mineral berharga serta membantu menilai berbagai risiko lingkungan seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Lubang di China ini, meski sangat dalam, tidak akan menjadi lubang buatan manusia terdalam di Bumi. Rekor itu dipegang Kola Superdeep Borehole, di Semenanjung Kola barat laut Rusia. Proyek yang berlangsung dari 24 Mei 1970 sampai setelah runtuhnya Uni Soviet itu tembus mencapai 11.034 meter.

Sebelum proyeknya dihentikan, terjadi berbagai penemuan penting di Kola Superdeep Borehole. Salah satunya, tim ilmuwan menemukan bahwa bebatuan jauh di bawah Bumi jauh lebih basah dari yang mereka perkirakan. Sebelum lubang bor mencapainya, para ilmuwan mengira air takkan menembus batu begitu dalam.

Menggali Bumi tidak selalu berjalan mulus. Sebuah tim Amerika Serikat pada tahun 1960-an mencapai 183 meter di bawah dasar laut, namun pada akhirnya proyek itu dibatalkan karena salah urus dan masalah keuangan.

“Kesulitan konstruksi proyek pengeboran dapat dibandingkan dengan truk besar yang berjalan di atas dua kabel baja tipis,” cetus Sun Jinsheng, akademisi di Akademi Teknik China, mengibaratkan.

Adapun ketebalan kerak bumi di darat dapat bervariasi. Rata-rata tebalnya sekitar 30 kilometer dan di bawah pegunungan dapat mencapai 100 kilometer (62 mil). Dengan demikian, manusia masih jauh dari mencapai bagian mantel Bumi.

Scroll to Top