Kemandirian Teknologi di Era Digital Perlu Bagi Indonesia – Sebagai negara maju, tantangan Indonesia dalam menghadapi perkembangan teknologi di era digital semakin kompleks. Memperkuat kemandirian solusi IT menjadi modal Indonesia agar dapat melompati batasan dan menjadi negara maju dibidang teknologi informasi.
Namun, kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya ahli IT yang mumpuni. Jumlah sarjana di bidang teknologi informasi atau ekonomi digital tiap tahun hanya 100 ribu orang. Angka itu dianggap belum mencuupo kebutuhan pasar. Padahal, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada 2015-2017 sebesar 90%.
Untuk mengatasi tantangan ini, kolaborasi antara ekosistem akademik pemerintah, dan bisnis merupakan kunci. Penguatan kurikulum di bidang IT yang relavan dengan kebutuhan industri sangatlah penting.
Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya perlu selalu update kurikulum yang terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan memberikan contoh nyata kepada mahasiswa dalam menghadapi situasi implementasi IT dalam kehidupan sehari hari, baik dana bisnis, pemerintahan maupun lainnya.
Tidak hanya itu, kolaborasi dengan perusahaan teknologi dan startup juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas dan keterampilan lulusan IT. Program magang, kerjasama riset, serta pendanaan untuk inovasi teknologi merupakan beberapa bentuk kerja sama yang dapat dilakukan. Hal ini juga akan membantu meningkatkan daya saing lulusan IT dari Indonesia di pasar global.
Selain penguatan di bidang pendidikan, pemanfaatan sumber daya terbuka, khususnya Open Source, juga perlu ditingkatkan. Data Open Source Hardware Association menunjukkan penggunaan Open Source dapat mengurangi biaya produksi dan mempercepat pengembangan solusi IT. Dalam konteks pendidikan, Open Source juga dapat menjadi sumber daya terbuka bagi mahasiswa dan pengembang dalam mempelajari dan mengembangkan solusi IT.
“Sebagai negara yang terus berkembang, Indonesia memiliki potensi besar dalam industri IT. Namun, ketergantungan pada solusi IT dari luar negeri masih menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi. Oleh karena itu, perusahaan anak bangsa seperti Equnix mengambil peran penting dalam menyediakan solusi IT yang dapat memenuhi kebutuhan enterprise di Indonesia,” kata CEO PT Equnix Business Solutions Julyanto Sutandang dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 7 Juli 2023.
Dosen dan Peneliti Universitas Gunadarma I Made Wiryana menyebutkan kemandirian IT salah satunya tak lepas dari pemanfaatan sumber daya Open Source. Memanfaatkan Open Source memungkinkan masyarakat dapat menciptakan akses yang lebih luas untuk bahan belajar, bahan produksi, dan bahan riset yang terbuka untuk publik.
“Open Source tak hanya memberi manfaat bagi individu dan komunitas pengembang, tetapi juga membantu mempercepat perkembangan solusi IT berkualitas di Indonesia,” sebutnya.
Pendapat serupa dikemukakan Dosen dan Kaprodi Sarjana Terapan Teknik Informatika PENS Ahmad Syauqi Ahsan yang mengatakan dengan membangun ekosistem yang inklusif, semua pihak harus berkomitmen untuk menciptakan kemandirian dalam penelitian dan pengembangan teknologi di Indonesia.
“Dalam hal ini, kolaborasi dengan pemerintah, universitas, lembaga riset, dan komunitas IT juga menjadi fokus utama kita,” jelas dia.
Sedangkan bagi lembaga seperti Kantor Bea Cukai, masa depan keberhasilan terletak pada kemandirian dalam menciptakan solusi IT yang andal dan inovatif. Menurut Kepala Kantor Wilayah Jatim II Bea Cukai, Agus Sudarmadi, Indonesia harus mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga dan mulai mengembangkan sistem sendiri.
“Melalui upaya peningkatan kemandirian IT melalui skema kolaborasi G2G2B secara terbuka dan independent, diharapkan kita dapat mengatasi tantangan masa depan dan menjaga integritas serta efisiensi tugas kami sebagai para punggawa Kantor Bea Cukai,” kata Agus.
Direktur X-link Software, Cherdian Lim mengatakan kemandirian IT bukan lagi sesuatu yang bisa ditawar untuk kemajuan bangsa, pertumbuhan ekonomi dan daya saing Indonesia di mata dunia.
“Kemandirian IT harus menjadi prioritas nasional karena secara otomatis akan memperkuat ketahanan nasional. Itulah sebabnya pengembangan industri solusi IT yang dilakukan di dalam negeri membutuhkan dukungan regulasi, kurikulum akademis, dan awareness campaign kepada konsumen,” ujarnya.
Sebagai negara maju, tantangan Indonesia dalam menghadapi perkembangan teknologi di era digital semakin kompleks. Memperkuat kemandirian solusi IT menjadi modal Indonesia agar dapat melompati batasan dan menjadi negara maju di bidang teknologi informasi.
Kebutuhan akan ahli IT yang mumpuni sangat penting dalam menghadapi tantangan ini. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dari hasil pendataan Survei Susenas 2021, 62,10 persen populasi Indonesia telah mengakses internet di 2021. Tingginya penggunaan internet ini mencerminkan tingkat penggunaan teknologi informasi di masyarakat terus meningkat.
Namun, kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya ahli IT yang mumpuni. Jumlah sarjana di bidang teknologi informasi atau ekonomi digital tiap tahun hanya 100 ribu orang. Angka itu dianggap belum mencukupi kebutuhan pasar. Padahal, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada 2015-2017 sebesar 90 persen.
Untuk mengatasi tantangan ini, kolaborasi antara ekosistem akademik, pemerintah, dan bisnis merupakan kunci. Penguatan kurikulum di bidang IT yang relevan dengan kebutuhan industri sangatlah penting.
Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya perlu selalu update kurikulum yang terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan memberikan contoh nyata kepada mahasiswa dalam menghadapi situasi implementasi IT dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bisnis, pemerintahan maupun lainnya.
Tidak hanya itu, kolaborasi dengan perusahaan teknologi dan startup juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas dan keterampilan lulusan IT. Program magang, kerjasama riset, serta pendanaan untuk inovasi teknologi merupakan beberapa bentuk kerja sama yang dapat dilakukan. Hal ini juga akan membantu meningkatkan daya saing lulusan IT dari Indonesia di pasar global.
Selain penguatan di bidang pendidikan, pemanfaatan sumber daya terbuka, khususnya Open Source, juga perlu ditingkatkan. Data Open Source Hardware Association menunjukkan penggunaan Open Source dapat mengurangi biaya produksi dan mempercepat pengembangan solusi IT. Dalam konteks pendidikan, Open Source juga dapat menjadi sumber daya terbuka bagi mahasiswa dan pengembang dalam mempelajari dan mengembangkan solusi IT.
“Sebagai negara yang terus berkembang, Indonesia memiliki potensi besar dalam industri IT. Namun, ketergantungan pada solusi IT dari luar negeri masih menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi. Oleh karena itu, perusahaan anak bangsa seperti Equnix mengambil peran penting dalam menyediakan solusi IT yang dapat memenuhi kebutuhan enterprise di Indonesia,” kata CEO PT Equnix Business Solutions Julyanto Sutandang dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 7 Juli 2023.
Dosen dan Peneliti Universitas Gunadarma I Made Wiryana menyebutkan kemandirian IT salah satunya tak lepas dari pemanfaatan sumber daya Open Source. Memanfaatkan Open Source memungkinkan masyarakat dapat menciptakan akses yang lebih luas untuk bahan belajar, bahan produksi, dan bahan riset yang terbuka untuk publik.
“Open Source tak hanya memberi manfaat bagi individu dan komunitas pengembang, tetapi juga membantu mempercepat perkembangan solusi IT berkualitas di Indonesia,” sebutnya.
Pendapat serupa dikemukakan Dosen dan Kaprodi Sarjana Terapan Teknik Informatika PENS Ahmad Syauqi Ahsan yang mengatakan dengan membangun ekosistem yang inklusif, semua pihak harus berkomitmen untuk menciptakan kemandirian dalam penelitian dan pengembangan teknologi di Indonesia.
“Dalam hal ini, kolaborasi dengan pemerintah, universitas, lembaga riset, dan komunitas IT juga menjadi fokus utama kita,” jelas dia.
Sedangkan bagi lembaga seperti Kantor Bea Cukai, masa depan keberhasilan terletak pada kemandirian dalam menciptakan solusi IT yang andal dan inovatif. Menurut Kepala Kantor Wilayah Jatim II Bea Cukai, Agus Sudarmadi, Indonesia harus mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga dan mulai mengembangkan sistem sendiri.
“Melalui upaya peningkatan kemandirian IT melalui skema kolaborasi G2G2B secara terbuka dan independent, diharapkan kita dapat mengatasi tantangan masa depan dan menjaga integritas serta efisiensi tugas kami sebagai para punggawa Kantor Bea Cukai,” kata Agus.
Direktur X-link Software, Cherdian Lim mengatakan kemandirian IT bukan lagi sesuatu yang bisa ditawar untuk kemajuan bangsa, pertumbuhan ekonomi dan daya saing Indonesia di mata dunia.
“Kemandirian IT harus menjadi prioritas nasional karena secara otomatis akan memperkuat ketahanan nasional. Itulah sebabnya pengembangan industri solusi IT yang dilakukan di dalam negeri membutuhkan dukungan regulasi, kurikulum akademis, dan awareness campaign kepada konsumen,” ujarnya.