Kapatalisasi Pasar Gabungan 7 Saham Raksasa Teknologi Melonjak Berkat Euforia Kecerdasan Buatan – Beragam saham teknologi kapatalisasi pasar besar menguasai indeks
S&P 500 pada 2023. Saham teknologi kapitalisasi besar ini dikenal sebagai Magnificent 7.
Berkat reli saham raksasa teknologi yang menakjubkan dipicu oleh hype kecerdasan buatan. Kapitalisasi pasar gabungan emiten tersebut telah melonjak 60 persen pada 2023. Nilai kapitalisasi pasar tercatat USD 4,1 triliun atau sekitar Rp 62,06 triliun (asumsi kurs Rp 15.138 per dolar AS) menjadi USD 11 triliun atau sekitar Rp 166.506 triliun.
Kapitalisasi pasar tersebut hampir tiga kali lipat ukuran ekonomi Jepang, dengan valuasi di atas USD 4 triliun pada akhir 2022, menurut Bank Dunia.
Pekan lalu, valuasi Apple melonjak melewati USD 3 triliun, perusahaan pertama yang mencapai tonggak sejarah tersebut. Keuntungan tersebut mencerminkan kesuksesan berkelanjutan dari produk teknologi yakni iPhone dan iPad yang memiliki ekosistem layanan dan penawaran lain yang sudah dibangun.
Di sisi lain, Microsoft akan menjadi saham teknologi kapitalisasi besar yang mencapai valuasi USD 3 triliun, menurut Morgan Stanley.
Bank investasi itu menyebutkan saham Microsoft merupakan pilihan teratas dan mengatakan memiliki potensi naik 22 persen dari level saat ini berkat posisi terdepan dalam perlombaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang akan membantunya memonetisasi tren dengan cepat.
Nvidia dan Tesla
Sementara itu, produsen chip Nvidia yang berbasis di Santa Clara telah melonjak hampir 200 persen pada 2023, mendorong perusahaan tersebut masuk klub kapitalisasi pasar triliunan dolar AS untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Dengan kenaikan saham Nvidia juga membuat kekayaan CEO Nvidia Jensen Huang menjadi USD 39,2 miliar. Hal itu menjadikan dia sebagai orang terkaya ke-34 dunia, berdasarkan Bloomberg Billionaire Index.
Masuknya Tesla dalam kelompok elit juga jadi perhitungan. Saham produsen mobil listrik milik Elon Musk telah reli 126 persen yang luar biasa pada 2023. Hal itu berkat permintaan kendaraan listrik yang didukung oleh pemangkasan harga, kesepakatan teknologi pengisian daya dengan pesaing Ford dan GM, dan euforia investor terhadap kecerdasan buatan.
“Salah satu cara untuk mendapatkan paparan kecerdasan buatan adalah melalui Magnificent Seven, Amazon, Alphabet, Apple, Meta, Microsoft, Nvidia dan Tesla,” tulis Saxo Bank.
Saxo Bank menyebutkan, semua perusahaan ini memainkan peran kunci dalam pengembangan dan penerapan kecerdasan buatan, tetapi perlu diingat pendorong utama laba mereka bukan kecerdasan buatan.
Tujuh saham kapitalisasi besar itu bertanggung jawab atas sebagian besar kenaikan indeks S&P 500 pada 2023, dan telah membantu mendorong indeks acuan ke wilayah bull market. Namun, tidak semua orang yakin.
Mark Newton dari Fundstrat baru-baru ini menunjukkan 8 tanda peringatan yang harus diwaspadai investor untuk menentukan apakah koreksi pasar saham akan terjadi.
Secara bersamaan, Mike Wilson dari Morgan Stanley mencatat euforia kecerdasan buatan tidak mengabaikan kemungkinan besar ekonomi AS akan mengarah ke resesi, dan mengingatkan pertumbuhan ekonomi yang lemah pada akhirnya dapat menekan reli saham pada 2023.
Kapitalisasi Pasar Saham Apple Sentuh Rekor Lagi Rp 45.119 Triliun
Sebelumnya, kapitalisasi pasar saham Apple mencapai USD 3 triliun atau sekitar Rp 45.119 triliun (asumsi kurs Rp 15.039 per dolar Amerika Serikat) pada Jumat, 30 Juni 2023. Kapitalisasi pasar Apple menjadi perusahaan publik pertama yang menyentuh tonggak sejarah sebanyak dua kali.
Mengutip Yahoo Finance, Sabtu (1/7/2023), kapitalisasi pasar saham Apple ditutup di atas USD 3 triliun pada Jumat pekan ini untuk pertama kalinya. Saham Apple naik 2,31 persen menjadi USD 193,97. Dengan kenaikan saham Apple tersebut membawa kapitalisasi pasar saham menjadi USD 3,05 triliun. Sebelumnya produsen iphone ini mencatat kapitalisasi pasar mencapai USD 3 triliun pada Januari 2022.
Pencapaian kapitalisasi pasar saham Apple terjadi setelah paruh pertama 2023 yang bergejolak untuk saham-saham teknologi. Penguatan saham teknologi membuat indeks saham Nasdaq melompat 30 persen. Sedangkan saham Apple naik lebih dari 45 persen.
Wall street dan Silicon Valley terlibat dalam gelombang kecerdasan buatan yang dimulai dengan rilisnya ChatGPT OpenAI pada November 2022. Namun, sementara perusahaan yakni Microsoft, Google, dan Nvidia dapat menunjuk pada pekerjaan mereka di kecerdasan buatan setidaknya sebagian mendukung harga saham teknologi. Sementara itu, sebagian besar saham Apple menjauh dari penyebutan kecedasan buatan.
Sebaliknya, pencapaian terbesar perusahaan datang melalui kemampuannya untuk menavigasi krisis rantai pasokan yang disebabkan oleh penguncian COVID-19 di China dan ketahanan bisnis iPhone-nya. Selain itu, Apple berkomitmen terjun ke pasar headset AR/VR baru dengan vision pro-nya.
“Ini pada akhirnya adalah jenis perusahaan yang aman bagi investor tidak peduli ekonomi makro Anda. Ini adalah nama yang terus kami jalani dan nama yang terus kami sampaikan. Investor tidak perlu trading, itu nama yang ingin Anda investasikan untuk jangka panjang,” ujar CFRA Vice President and Technology Equity Analyst Angelo Zino.
Apple, seperti perusahaan teknologi lainnya menghadapi perbandingan yang sulit salaam beberapa musim laba terakhir karena mencerna tarikan besar-besaran dalam penjualan iPhone, komputer Mac, dan iPad selama pandemi COVID-19.
Meski pendapatan Mac dan iPad pada kuartal terakhir lebih rendah dibandingkan periode sama 2022, penjualan iPhone melonjak dari tahun ke tahun.
Pada Juni 2023, Apple meluncurkan versi 15 inchi dari MacBook Air yang dapat membantu meningkatkan penjualan Mac ke depan, terutama saat memasuki musim kembali ke sekolah. Namun, penjualan iPad masih dapat ditantang untuk bergerak maju,
Perusahaan yang berbasis di Cupertino ini bergerak ke beberapa arah baru yang dapat menentukan masa depannya. Headset Vision Pro paling ambisius akan diluncurkan pada awal 2024 dengan harga USD 3.499 yang menggiurkan.
Namun, Apple akan menurunkan harga itu ke kisaran harga yang terjangkau untuk memastikan rata-rata pemilik iPhone mampu membeli headset. Ini bisa membuka kategori produk baru bagi perusahaan, meskipun mencapai puncak bisnis iPhone adalah prospek yang sulit.