Ilmuwan Ingin Gunakan Manusia sebagai Antena Bergerak Teknologi 6G – Ditengah tengah gegap gempita 5G, para ilmuwan justru sudah melihat ke arah teknologi sistem seluler generasi berikutnya yakni 6G. Saat ini sudah ada sejumlah ide yang sedang di kerjakan dalam penelitian. Namun, dari beragam ide ide tersebut terlihat cukup unik adanya sebuah proposal dengan gagasan baru dari University of Massacahissets Amherst.
Dalam proposal penelitiannya itu manyatakan bahwa manusia dapat digunakan sebagai antena bergerak untuk membantu sistem menjadi lebih efisien. Jie Xiong, profesor ilmu informasi dan komputer di University of Massachuseets Amherst mengatakan 6G dapat mencapai bandwidth yang lebih tinggi dan mengirimkan lebih banyak informasi dengan menggunakan Visibele Light Communication (VLC).
“VLC cukup sederhana dan menarik. Alih-alih menggunakan sinyal radio untuk mengirim informasi secara nirkabel, ia menggunakan cahaya dari LED yang dapat menyala dan mati, hingga satu juta kali per detik,” jelas dia seperti dilaporkan IFLScience, Kamis (19/1).
“Apa pun yang memiliki kamera, seperti smartphone, tablet, atau laptop kami, dapat menjadi penerimanya,” tambah Xiong.
Hanya saja, kata Xiong, dalam penerapannya tidak dimungkiri adanya kebocoran. Kebocoran yang dimaksud dia adalah gelombang radio yang disebut sinyal RF. Untuk mengatasi persoalan itu, salah satu cara paling efektif adalah melalui gulungan kawat tembaga sederhana yang dikenakan sebagai gelang di lengan seseorang.
“Biaya pembuatan perangkat ini kurang dari 50 sen,” kata dia.
Walau begitu, penelitian Xiong baru sebatas permukaan. Diperlukan kajian-kajian tingkat selanjutnya agar hipotesanya itu terbukti bisa diterapkan. Di sisi lain, perlu juga dipertimbangkan bagaimana perasaan orang tentang menjadi antena sinyal yang bocor untuk teknologi 6G.
Karena dunia masih berada di tengah peluncuran teknologi nirkabel 5G untuk memandu telekomunikasi kita, para ilmuwan sudah melihat ke arah teknologi sistem seluler generasi berikutnya: 6G. Saat ini ada sejumlah ide yang sedang dikerjakan, tetapi proposal baru yang berani dari University of Massachusetts Amherst menyatakan bahwa manusia dapat digunakan sebagai antena bergerak untuk membantu sistem menjadi lebih efisien.
Untuk konteksnya, teknologi 5G menggunakan gelombang radio untuk menyandikan dan membawa informasi. Itu mampu membawa informasi hingga 10 kali lebih banyak daripada pendahulunya, 4G, dengan menggunakan frekuensi gelombang radio yang lebih tinggi yang mampu menangani lebih banyak bandwidth.
Satu teori mengatakan bahwa 6G dapat mencapai bandwidth yang lebih tinggi dan mengirimkan lebih banyak informasi dengan menggunakan Visible Light Communication (VLC). Alih-alih gelombang radio, informasi dapat ditransmisikan oleh LED yang menyala dan mati dengan cepat dalam sekejap mata.
“VLC cukup sederhana dan menarik. Alih-alih menggunakan sinyal radio untuk mengirim informasi secara nirkabel, ia menggunakan cahaya dari LED yang dapat menyala dan mati, hingga satu juta kali per detik , ”Jie Xiong, profesor ilmu informasi dan komputer di University of Massachusetts Amherst, menjelaskan dalam sebuah pernyataan .
“Apa pun yang memiliki kamera, seperti smartphone, tablet, atau laptop kami, dapat menjadi penerimanya,” tambah Xiong .
Ini ide yang menarik, tetapi satu masalah adalah metode komunikasi ini melibatkan banyak “kebocoran” dalam bentuk gelombang radio yang disebut sinyal RF. Ini berarti teknologinya tidak terlalu efisien, karena sejumlah besar energi dibuang ke lingkungan dan hilang.
Dalam sebuah makalah baru, para peneliti di University of Massachusetts Amherst melihat cara agar sinyal RF yang bocor dapat ditangkap dan dimanfaatkan untuk tujuan lain. Setelah bereksperimen dengan banyak desain yang berbeda, mereka memilih kumparan tembaga yang dapat ditempelkan ke berbagai objek, termasuk dinding, ponsel, dan laptop, serta objek yang terbuat dari plastik, karton, kayu, dan baja.
Yang mengejutkan mereka, mereka menemukan bahwa salah satu cara paling efektif untuk menangkap kebocoran adalah melalui gulungan kawat tembaga sederhana yang dikenakan sebagai gelang di lengan atas seseorang. Biaya pembuatan perangkat ini kurang dari 50 sen, tetapi para peneliti mengatakan perangkat ini dapat menangkap daya yang cukup untuk mendukung banyak sensor, seperti sensor pemantauan kesehatan pada tubuh.
“Pada akhirnya, kami ingin dapat memanen energi limbah dari segala jenis sumber untuk menggerakkan teknologi masa depan,” tambah Xiong.
Tentu saja, semua ini hanya teoretis untuk saat ini. Perlu juga dipertimbangkan bagaimana perasaan orang tentang menjadi antena sinyal yang bocor untuk teknologi 6G, terutama jika Anda mempertimbangkan teori konspirasi liar yang mengelilingi 5G.
Ilmuwan sebut manusia dapat digunakan sebagai antena bergerak untuk membantu sistem menjadi lebih efisien bagi teknologi 6G. Benarkah? Kamis, 19 Januari 2023 12:17 Reporter : Ilustrasi smartphone. ©Shutterstock/Kostenko Maxim Merdeka.com – Di tengah-tengah gegap gempita 5G, para ilmuwan justru sudah melihat ke arah teknologi sistem seluler generasi berikutnya yakni 6G.
Saat ini sudah ada sejumlah ide yang sedang dikerjakan dalam penelitian. Namun, dari beragam ide-ide tersebut terlihat cukup unik adanya sebuah proposal dengan gagasan baru dari University of Massachusetts Amherst.
Dalam proposal penelitiannya itu menyatakan bahwa manusia dapat digunakan sebagai antena bergerak untuk membantu sistem menjadi lebih efisien. Jie Xiong, profesor ilmu informasi dan komputer di University of Massachusetts Amherst mengatakan 6G dapat mencapai bandwidth yang lebih tinggi dan mengirimkan lebih banyak informasi dengan menggunakan Visible Light Communication (VLC).
“VLC cukup sederhana dan menarik. Alih-alih menggunakan sinyal radio untuk mengirim informasi secara nirkabel, ia menggunakan cahaya dari LED yang dapat menyala dan mati, hingga satu juta kali per detik,”