H-1 Peresmian Underpass Dewi Sartika Depok, Dewan Jabar Asep Arwin Kotsara Sidak Dan Nantikan Efektifitas Teknologi Anti Banjirnya – Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat Asep Arwin Kotsara melakukan inspeksi mendadak (sidak) jelang peresmian underpass Dewi Sartika, Kota Depok, yang akan diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Selasa (17/01/2023) besok.
Menurut legislator daerah pemilihan (dapil) Kota Depok-Bekasi ini, underpass Dewi Sartika yang posisinya berada di sisi sungai memiliki resiko terendam debit hujan tinggi.
“Nanti kendalanya ketika banjir, mereka (kontraktor) mengklaim sudah menyiapkan 6 pompa yang besar, disampaikan sekitar 30 kibik air untuk 1 pompanya kecepatannya membuang air dalam hitungan per-1 detik,” ungkapnya.
“Jadi sudah dites kemarin dan sudah dilengkapi dengan genset, jadi suatu saat terjadi banjir listriknya mati dan genset itu bisa bekerja, kalau tidak penuh sudah ada 6 pompa untuk menyedot air tersebut, nanti kita evaluasi teknologi pompa anti banjirnya itu” lanjut Asep Arwin.
Dirinya juga menyayangkan waktu peresmian underpass Dewi Sartika yang mundur 1 bulan akibat mengikuti jadwal Gubernur Ridwan Kamil yang padat.
“Rencana awal kalau tidak salah harusnya Desember 2022 Pemprov pernah berjanji untuk diresmikan, kalau dengan kontraktornya kalau tidak salah MOU nya jatuh tempo bulan 3 (Maret) 2023, dia (Ridwan Kamil) ingin memberikan hadiah kepada Kota Depok agar di tahun baru 2023 bisa selesai, tadi saya tanya kenapa jadi mundur, katanya jadwal dari Gubernurnya terhambat baru besok diresmikan,” ungkap Asep Arwin saat ditemui awak media dilokasi, Senin (16/01/2023).
Namun disatu sisi Asep Arwin juga mengapresiasi apa yang dilakukan Ridwan Kamil ini sebagao kinerja yang tepat sasaran.
“Saya tentunya sebagai anggota dewan dapil Kota Depok- Kota Bekasi dengan adanya underpass ini cukup membantu sekali, adanya underpass tersebut terutama untuk masyarakat di Depok sehingga minimal bisa mengurai titik kemacetan di rel kereta api, terima kasih kang Emil karena ini memang tepat sasaran,” pungkasnya. (JC)
Tulang dan gigi orang Skandinavia kuno yang digali dari pemakaman, kapal perang yang tenggelam, dan situs pembantaian kini telah membantu sekelompok ilmuwan internasional membuat gambaran yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang budaya Viking yang bertingkat di kawasan itu.
Dilaporkan The Wall Street Journal (WSJ), Senin (16/1), para peneliti melihat DNA kuno yang mencakup 2.000 tahun sejarah Skandinavia dari sisa-sisa tersebut untuk menyatukan pandangan komprehensif tentang pergerakan orang ke wilayah tersebut selama Zaman Viking. Genetika ini adalah salah satu cara baru untuk memahami dan mengeksplorasi sejarah dan warisan Viking.
Temuan yang diterbitkan pada Kamis di Jurnal Cell, mengungkapkan bahwa lonjakan orang yang datang ke Skandinavia dari kepulauan Inggris-Irlandia dan wilayah Baltik timur memperkenalkan informasi genetik baru ke dalam populasi Viking antara sekitar tahun 750 dan 1099—sekitar puncak era penaklukan dari orang-orang Norsemen atau penduduk utara.
“Yang disebut Zaman Viking selalu dipahami sebagai waktu pergerakan, tetapi cara memahaminya telah berubah,” kata Neil Price, seorang profesor arkeologi Universitas Uppsala yang tidak terlibat dalam penelitian.
“Kami dulu berbicara tentang ‘ekspansi Viking’, di mana orang Skandinavia kuno entah bagaimana didorong ke dunia yang lebih luas untuk mencari kekayaan portabel, kontak perdagangan, dan tanah untuk menetap,” tambah dia.
Studi genetik seperti ini, kata Dr. Price, membantu menunjukkan bahwa ini adalah dunia yang bergerak ke segala arah, baik Skandinavia maupun di luarnya. Salah satu penjelasan terbaik untuk temuan baru ini adalah bahwa Viking menyerbu daerah sekitar Skandinavia sebagian untuk mendapatkan budak, menurut Mark Collard, antropolog evolusioner di Universitas Simon Fraser di British Columbia yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Jelas dari artefak arkeologi dan dokumen sejarah bahwa mereka juga menyandera,” katanya.
Dirinya juga mengatakan bahwa studi baru itu menunjukkan jumlah budak yang dibawa kembali ke Skandinavia oleh Viking cukup untuk mempengaruhi komposisi genetik wilayah tersebut.
Studi tersebut juga mengungkapkan, bahwa sebagian besar wanita dipindahkan ke Skandinavia dari timur selama waktu itu yang menunjukkan bahwa Viking mungkin secara khusus menargetkan wanita dan anak perempuan sebagai budak.
Sementara menurut Anders Götherström – seorang penulis dan professor arkeologi molekuler di Universitas Stockholm mengatakan beberapa orang yang datang ke Skandinavia mungkin juga adalah misionaris atau biarawan Kristen yang secara sukarela berimigrasi, diplomat dan pedagang.
Sayangnya pendatang baru di Skandinavia ini tidak berkembang, analisis genetik menunjukkan demikian. Tim Dr. Götherström melihat hampir 300 genom kuno dari individu yang meninggal antara awal abad pertama hingga pertengahan abad ke-19 dan ditemukan di situs arkeologi dan kuburan di Swedia dan Norwegia. Mereka kemudian membandingkan genom tersebut dengan data genetik dari lebih dari 16.600 individu yang saat ini tinggal di Swedia, Norwegia, dan Denmark.
Para peneliti menemukan bahwa, setelah Zaman Viking, terjadi penurunan mencolok dalam keturunan Baltik dan Inggris-Irlandia di antara orang Skandinavia. Meskipun masih ada beberapa pengaruh genetik dari wilayah ini saat ini.
“Namun, tidak sebanyak yang kami harapkan. Satu-satunya cara yang kredibel yang bisa saya jelaskan adalah banyak dari orang-orang yang datang ke Skandinavia selama periode Viking tidak membangun keluarga dan tidak seefisien mendapatkan anak seperti orang-orang yang sudah tinggal di sana,” kata Dr. Götherström.
Kesimpulan penelitian ini perlu diimbangi dengan gagasan bahwa 300 genom kuno ini mungkin tidak sepenuhnya mewakili populasi keseluruhan wilayah tersebut, menurut Ellen Christine Røyrvik, seorang ahli genetika di Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Banyak genom yang digunakan dalam analisis baru dikumpulkan dari individu yang ditemukan di kuburan, ladang kuburan, dan halaman gereja. Tetapi beberapa sampel berasal dari orang-orang yang meninggal dalam keadaan yang tidak biasa termasuk para pelaut dari kapal perang Swedia yang tenggelam di lepas pantai tenggara negara itu pada tahun 1676, dan penduduk pemukiman yang dikenal sebagai Sandby borg yang kemungkinan besar dibantai selama serangan terorganisir pada abad kelima.
“Ada pertanyaan tentang seberapa banyak Anda dapat menyebutnya genomik populasi dibandingkan dengan banyak sketsa kecil,” kata Dr. Røyrvik.