Gandeng Universitas Borneo Tarakan, Indosat dan GSMA Gunakan Teknologi Digital untuk Konservasi Mangrove – Meski memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas, keberadaan tampak yang merupakan alih fungsi hutan mengrove serta penebangan secara serampangan di Kalimantan Utara cukup mengkhwatirkan.
Hal tersebut mendapat perhatian Global System for Mobile Communication Association (GSMA) yang memiliki fokus terhadap isu lingkungan. Setelah sempat berkolaborasi dengan Pemerintah Jerman dibeberapa tempat, GSMA memiliki ketertarikan untuk melakukan hal yang sama di Indonesia.
Pemilihan Indonesia salah satunya dikarenakan adopsi teknologi oleh masyarakat Indonesia yang lebih cepat dari beberapa negara lain. Hal tersebut disampaikan oleh Head of Asia Pasific Global System Mobile Communications Association (GSMA), Julian Gorman saat ditemui di Tarakan, Senin (22/03/2023).
“Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup di perhitungkan dimata dunia. Ini yang membuat GSMA tertarik untuk mengembangkannya lebih luas di Indonesia,” Ujar dia.
Untuk mempercepat dan mengakselerasi tujuan tersebut, GSMA bekerja sama dengan Indosat Ooredo Hutchison meluncurkan Program Digitalisasi Konservasi Mangrove di Tarakan, Kalimantan Utara.
Terdapat dua kegiatan yang dilakukan oleh Indosat dan GSMA, yaitu pertama adalah pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakan Open-source & Geospatial Mapping di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat. Kegiatan ini akan melibatkan warga serta tokoh masyarakat sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala.
Sedangkan kegiatan kedua adalah memperkenalkan solusi digital berbasis Internet of Things (IoT) kepada para petambak udang lokal untuk memantau kadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove.
Tujuannya adalah agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari ancaman penebangan oleh para petambak besar.
Menggandeng Universitas Borneo Tarakan
Untuk mendukung kelancaran program tersebut, Indosat dan GSMA menggaet Universitas Borneo Tarakan yang disambut baik oleh civitas akademika di universitas tersebut.
Wakil Rektor III Univesitas Borneo Tarakan Dr. Ir. M Djaya Bakri, S.T., M.T. mengatakan bahwa kegiatan CSR Indosat tersebut akan membantu berkontribusi terhadap mangrove itu sendiri dan dapat mendorong masyarakat untuk mengembangkan kelestarian kawasan hutan mangrove.
“Teknologi yang mereka kembangkan ini akan mempercepat analisis kami. Karena selama ini kami mengambil sampel air, butuh waktu relatif lebih lama. Dengan teknologi ini, kita bisa langsung membaca di layar.”
Ia menambahkan bahwa solusi digital berbasis IoT yang dibawa oleh Indosat dan GSMA bisa membantu warga secara langsung mengetahui kualitas air sehingga bisa segera ditangani jika terjadi perubahan-perubahan yang berdampak pada produktivitas tambak.
“Kami Universitas Borneo Tarakan berterima kasih telah dilibatkan dengan program yang tentu akan menantang para akademisi kami yang tentu sudah memiliki kompetisi,” ujar Djaya.
Kerja sama jangka panjang
President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha mengatakan bahwa kerja sama dengan GSMA tersebut akan dilakukan dalam jangka panjang. Nantinya, pihak Indosat dan GSMA akan melihat bagaimana impelementasi dan kontribusi teknologi yang digunakan setelah satu tahun dan menganalisis ke depannya.
“Ini adalah komitmen jangka pajang. Kami akan kembali untuk melihat manfaatnya untuk warga Tarakan. Jadi ini merupakan kerja sama jangka panjang dengan GSMA,” ujar Vikram.
Program berkelanjutan ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Universitas Borneo Tarakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, dan Pemda Sebatik Barat.
Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat) berkolaborasi dengan Global System for Mobile Communication Association (GSMA) dalam upaya meningkatkan ketahanan lingkungan dan ekonomi Indonesia dengan pengembangan mitigasi berbasis seluler.
Kolaborasi ini merupakan salah satu inisiatif untuk menangani dampak perubahan iklim dunia yang dituangkan ke dalam program “Digitalisasi Konservasi Mangrove” di Kalimantan Utara. Program berkelanjutan ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Universitas Borneo Tarakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, dan Pemda Sebatik Barat.
President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, mengatakan, Isu perubahan iklim dunia telah menjadi perhatian global dan berdampak signifikan bagi kelestarian ekosistem makhluk hidup. Kolaborasi Indosat dengan GSMA merupakan langkah nyata untuk mengatasi isu perubahan iklim lewat pemanfaatan teknologi digital.
“Upaya bersama yang sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia ini akan meningkatkan ketahanan lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian yang tidak hanya bagi masyarakat sekitar, tapi juga mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa,” katanya.
Head of Asia Pasific Global System Mobile Communications Association (GSMA), Julian Gorman, menambahkan, GSMA memperkuat komitmennya dalam mengatasi tantangan iklim global melalui dukungan program digitalisasi untuk mengatasi dampak buruk dan iklim ekstrim.
“Kolaborasi antara Indosat dan GSMA Mobile Innovation Hub, merupakan bukti komitmen kami terhadap lingkungan mengenai bagaimana seluler dapat berkontribusi penting dalam menghubungkan komunitas melalui solusi digital. Apalagi, konservasi mangrove merupakan kebutuhan global di banyak komunitas pesisir. Kemitraan strategis ini tentunya membawa produktivitas dan ketahanan lingkungan di masa yang akan datang,” jelasnya.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini merupakan kelanjutan dari penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di Barcelona pada Maret 2023 lalu yang akan dilakukan dalam dua bentuk kegiatan. Pertama adalah pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakan Open-source & Geospatial Mapping di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat. Kegiatan ini akan melibatkan warga serta tokoh masyarakat sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala.
Dengan aplikasi Qfield tersebut, Indosat bersama GSMA, BMZ dan GIZ juga memberikan pelatihan pemetaan untuk memetakan area wilayah pesisir dan pantai, serta memproduksi digital map untuk kegiatan selanjutnya. Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk disosialisasikan kepada pelaku usaha lain serta melindungi mangrove dalam jangka panjang.
Kegiatan kedua adalah memperkenalkan solusi digital berbasis Internet of Things (IoT) kepada para petambak udang lokal untuk memantau kadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove. Tujuannya adalah agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari ancaman penebangan oleh para petambak besar.
“Digitalisasi akan mampu mengurangi dampak kerusakan alam dan memaksimalkan berbagai potensi yang belum tersentuh untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Indosat akan terus memposisikan diri sebagai kolaborator utama untuk memberdayakan Indonesia,” tutup Vikram.(sos/aji