Fakta-Fakta SATRIA-1, Satelit Pertama Milik Indonesia yang Bakal Meluncur 3 Hari Lagi – SATELIT pertama Indonesia yang disebut sebagai Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) bakal diluncurkan dalam beberapa hari ke depan di Cape Canaveral, Florida, America Serikat. Peluncurannya akan berlangsung pada 18 Juni waktu setempat atau 19 Juni Waktu Indonesia Barat.
Badan Aksesibilitas dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemenkominfo) menyebut, peluncuran satelit ini akan memperlancar akses internet di fasilitas publik seperti untuk wilayah akses internet difasilitas publik seperti untuk wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Pasalnya, SATRIA-1 akan menjadi satelit terbesar di Asia dengan total kapasitas layanan 150 Gbps. Satelit dengan teknologi VHTS (Very High Throughtput Satelit) itu menjadi Ka-bank pertama yang dimiliki oleh Indonesia.
Nah, menjelang peluncurannya ada beberapa fakta mengenai SATRIA-1 berdasarkan infografis yang dihadirkan BAKTI Kemenkominfo, seperti dikutip dari Antara.
Diluncurkan oleh SpaceX
Fakta unik lainnya tentang SATRIA-1 adalah, satelit ini akan diluncurkan oleh SpaceX yang merupakan perusahaan antariksa yang dimiliki pebisnis Elon Musk. Satelit yang disiapkan sejak 3 Mei 2019 itu akan meluncur menggunakan roket Falcon 9 di Cape Canaveral Florida, Amerika Serikat.
Nantinya SATRIA-1 akan menempati orbit Di 146 Bujur Timur (BT) dan apabila berhasil mengorbit nantinya SATRIA-1 akan memiliki masa guna minimal 15 tahun. Selain SpaceX, beragam perusahaan internasional lainnya yang terlibat dalam proyek ini di antaranya Thales Alenia Space (TAS) yang merakit SATRIA-1.
The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE) dan Kratos yang bertanggung jawab pada operasional 11 stasiun bumi untuk memantau dan mengontrol SATRIA-1.
Dibuat dari Teknologi Terbaru
Dengan bobot 4.600 kilogram (4.6 ton), SATRIA-1 menjadi satelit pertama yang mengadopsi bodi Spacebus Neo Level 6. Selanjutnya spesifikasi lainnya yang menarik dari satelit ini ialah, memiliki lima panel surya untuk setiap daya solar array.
Memiliki tiga antena reflektor dan juga memiliki 116 spot beams untuk bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Satelit dengan empat pendorong listrik tersebut memiliki teknologi pemrosesan digital terbaru.
Hadirkan internet di banyak fasilitas umum
Nantinya beberapa fasilitas umum seperti kantor desa, kantor kelurahan, kantor kecamatan, sekolah, rumah sakit, puskesmas, serta layanan keamanan bagi masyarakat yang selama ini tidak tersentuh internet akan terlayani berkat SATRIA-1. Internet yang dihadirkan akan menyentuh 150.000 titik di wilayah 3T dengan harapan bisa memberikan kesetaraan infrastruktur digital.
Satelit Republik Indonesia atau SATRIA-1 yang dijadwalkan mengangkasa pada 19 Juni punya nilai proyek Rp8 triliun. Misinya adalah untuk melayani sinyal internet di kantor pemerintahan yang sulit dijangkau jaringan fiber optik.
Pelaksana tugas Menteri Komunikasi dan Informatika Mahfud MD menjelaskan SATRIA-1 akan meluncur dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS). Nantinya satelit tersebut akan dibawa dari Bumi oleh roket milik SpaceX, Falcon 9.
“Peluncuran bisa disaksikan secara langsung lewat kanal YouTube Kemenkominfo pada tanggal 19 Juni 2023,” kata dia, di Kantor Kemenkominfo, Jakarta, Selasa (13/6).
SATRIA-1 merupakan satelit yang dibangun oleh PT Satelit Nusantara 3 dan dibangun di Thales Alenia Space, Cannes, Perancis. Teknologinya menggunakan Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band.
Teknologi ini dijadwalkan diangkut oleh Roket Falcon 9 milik SpaceX menuju orbit 146 derajat Bujur Timur. Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps, diklaim enam kali lebih besar dari yang pernah dimiliki Indonesia sebelumnya.
Berikut fakta-fakta penting satelit ini:
Layani kantor pemerintah
Mahfud menjelaskan tujuan peluncuran satelit ini adalah sebagai akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik dalam 10 tahun ke depan.
Nantinya, layanan internet itu akan tersedia di fasilitas kantor milik pemerintah.
“Prioritas utama penerima akses internet dari strata satu adalah sektor pendidikan, fasilitas kesehatan, kantor pemerintah daerah, serta TNI dan Polri,” tutur Mahfud, yang juga menjabat Menko Polhukam itu.
Warga bisa nebeng
Meski demikian, Kominfo menyebut layanan internet ini masih bisa dinikmati masyarakat umum. Caranya adalah dengan menumpang alias nebeng layanan Wi-Fi di kantor-kantor tersebut.
Masyarakat nanti bisa menikmati [layanan internet gratis]. Ini kan dipancarluaskan oleh Wi-Fi, jadi masyarakat mungkin yang mau menggunakan internet bisa saja merapat ke sekolah, ke kantor-kantor TNI, syukur-syukur bisa menjangkau rumah-rumah mereka,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong, pada kesempatan yang sama.
Biaya membengkak
Usman mengungkap biaya investasi pembuatan satelit SATRIA-1 membengkak, dari semula US$450 juta atau sekitar Rp6,6 trillun menjadi US$540 juta atau sekitar Rp8 triliun.
Sebabnya adalah perubahan rencana pengangkutan satelit, dari semula memakai Pesawat Antonov menjadi jalur darat. Satelit SATRIA-1 ini sendiri dirakit di Thales Alenia Spaces, Prancis. Sementara, peluncurannya dilakukan di Florida, AS.
“Satelit inikan dirakit di Thales. Mestinya diangkut [pesawat] Antonov. Karena perang [Rusia-Ukraina] dan mungkin karena rusak, jadi diangkut jalur darat sehingga memerlukan waktu sehingga dananya jadi meningkat,” jelas Usman.
“Belum lagi harus dah harus dipotong-potong juga (bagian satelitnya),” imbuhnya.
Butuh dukungan darat
Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Mira Tayyiba menjelaskan Kementerian Kominfo menginisiasi proyek Satelit SATRIA-1 sebagai salah satu proyek strategis nasional.
Pihaknya telah menyiapkan aspek komunikasi pendukung satelit berupa stasiun bumi ground segment di 11 lokasi, yang meliputi Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
“Selanjutnya, pemanfaatan utilitas backbone Palapa Ring adalah sebesar 45 persen dengan Service Level Agreement layanan operasional Palapa Ring sebesar 95 persen,” tandasnya, dikutip dari siaran pers Kominfo.