Dampak Negatif Sikap Perfeksionis Bagi Diri Sendiri

Dampak Negatif Sikap Perfeksionis Bagi Diri Sendiri
Dampak Negatif Sikap Perfeksionis Bagi Diri Sendiri

Dampak Negatif Sikap Perfeksionis Bagi Diri Sendiri – Taukah anda tentang Sikap Perfeksionis ?

Sikap Perfeksionis merupakan  prilaku yang dipengaruhi dorongan kuat untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal yang dilakukan dan ingin dicapai.

Banyak orang menganggap sikap ini sebagai suatu keunggulan. Padahal, terlalu mendorong diri untuk mencapai standar yang sangat tinggi juga dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan dan keseimbangan hidup seseorang.

Seolah sifat ini dapat diartikan sifat yang dapat merusak seseorang ke arah yang lebih negatif ataupun bisa dibilang juga menghancurkan seseorang.

Lalu apa saja dampak dari sifat seperti ini, agar para sobat dapat menghindari sifat yang berlebihan seperti ini.

Berikut lima dampak negatif sikap perfeksionis bagi diri sendiri. Bisa memicu stres berlebih hingga mempengaruhi hubungan sosial.

1. Memicu Stres yang Berlebihan

Sikap perfeksionis seringkali menghasilkan tekanan yang besar untuk selalu mencapai kesempurnaan. Dalam praktiknya, orang dengan kecenderungan perfeksionis seringkali terlalu mengkritik diri sendiri dan merasa tidak puas dengan hasil kerjanya, bahkan saat kinerjanya sudah sangat baik.

Pada akhirnya, perilaku ini justru akan menyebabkan stres dan mengganggu keseimbangan emosional seseorang. Diri sendiri seolah tidak boleh melalukan kesalahan karena semua harus sempurna dan mencapai hasil terbaik.

Tekanan inilah yang kemudian memicu stres berlebihan dan menjatuhkan mental saat mengalami kegagalan.

 2. Kehilangan Kreativitas dan Inovasi

Perfeksionis cenderung terjebak dalam upaya mencapai standar yang sangat tinggi hingga sulit bagi seseorang untuk berpikir di luar kotak atau mengambil risiko.

Tipe orang perfeksionis akan terkekang oleh ketakutan atas kesalahan atau kegagalan yang berpotensi menghambat kreativitas dan inovasi.

Pasalnya, ide-ide yang sebenarnya baik justru terabaikan karena keinginan untuk mencapai kesempurnaan yang terkadang tidak realistis.

3. Menganggu Kestabilan Kesehatan Mental

Sikap perfeksionis juga dapat memberikan beban berat pada mental seseorang. Dorongan untuk selalu sempurna dan takut membuat kesalahan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan perasaan rendah diri. Mereka juga akan sering mengalami tekanan yang terus-menerus untuk memenuhi standar yang tidak realistis hingga berpotensi mengakibatkan kelelahan mental dan burnout.

4. Gangguan Hubungan Sosial

Disadari atau tidak, sikap perfeksionis juga bisa mempengaruhi hubungan sosial seseorang. Tidak dimungkiri bahwa tuntutan akan standar yang tinggi juga diharapkan datang dari orang lain hingga membuat hubungan jadi kurang nyaman.

Bukan hanya menuntut standar tinggi serupa, mereka juga cenderung kritis terhadap kelemahan orang lain dan sulit menerima ketidaksempurnaan. Akibatnya, muncul kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat dan penuh dengan sikap saling mendukung.

5. Penurunan Produktivitas

Tanpa sadar, sikap perfeksionis juga mampu menghambat produktivitas seseorang. Mindset seorang perfeksionis biasanya cenderung terjebak dalam detail kecil dan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sebenarnya tidak memerlukan perhatian terperinci.

Hal ini kemudian akan mengganggu efisiensi kerja dan menghabiskan waktu yang berlebihan untuk satu tugas, sementara tugas lain terabaikan.

Dalam upaya mengatasi dampak negatif sikap perfeksionis, penting untuk mempraktikkan penerimaan terhadap ketidaksempurnaan, mengembangkan keterampilan manajemen stres, dan mengakui bahwa melakukan yang terbaik adalah cukup.

Menjaga keseimbangan antara ambisi dan kesejahteraan pribadi juga sangat penting demi kestabilan mental. Tidak apa-apa untuk tidak sempurna, sebab jauh lebih penting selalu mengupayakan yang terbaik sekuat tenaga.

6. Cenderung Memasang Target Terlampau Tinggi

Orang yang memiliki sifat seperti ini lebih cenderung memasang target yang tinggi, melebihi target ataupun kemampuan yang dimilikinya.

Namun apabila dia tidak dapat memenuhi target tersebut, maka dia akan mengalami stress yang berlebihan ataupun bisa dibilang stress berat.

7. Lama dalam menyelesaikan Pekerjaan

Orang yang mempunyai sifat ini cenderung terus menerus mengecek perkerjaanya, tentu untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus dan baik, nah maka dari itu bagi orang yang memiliki Sikap Perfeksionis akan lama menyelesaikan pekerjaan.

8. Sering Stress dan Depresi

Walaupun menjadi suatu kelebihan yang menganggumkan, ternyata Sikap Perfeksionis dapat merugikan kita, kalau kita tidak dapat mengendalikannya.

Wah bahaya juga ya ? Lalu bagaimana cara mengendalikan Sikap Perfeksionis ? Agar kita selalu terjaga ?

Psikoterapi

Psikoterapi umumnya dilakukan untuk seseorang sifat perfeksini, seperti berikut ini ! antara lain adalah sbb :

1) Terapi Perilaku Kognitif (CBT).

Jenis terapi ini menunjukkan kepada perfeksionis bahwa kesempurnaan tidak diperlukan dalam segala hal yang mereka lakukan. Terapi akan mengajarkan orang perfeksionis bahwa kesalahan dapat diterima dan tidak boleh menghentikan mereka dari mengejar apa yang mereka inginkan.

2) Hipnoterapi.

Hipnoterapi membantu mengelola mentalitas “semua atau tidak sama sekali” yang secara umum ditemukan pada kebanyakan orang yang perfeksionis.

3) Terapi Sistem keluarga.

Terapi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perfeksionisme muncul dalam unit keluarga dan bagaimana pengaruhnya terhadap subjek sebagai individu.

Mengatasi Perfeksionis

Jika kamu merasa sifat perfeksionis yang kamu miliki membuat dirimu tertekan setiap hari, ketahuilah bahwa perilaku dan kebiasaan perfeksionis dapat diubah dengan:

  • Menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki diri
  • Menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai
  • Menurunkan standar yang dimiliki
  • Melihat dari sudut pandang orang lain
  • Memberi penghargaan kepada diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan
  • Mengakui bahwa setiap orang dapat berbuat kesalahan
  • Menyadari bahwa kesalahan merupakan proses dari pembelajaran
  • Membagi tugas berat menjadi langkah-langkah kecil dalam menyelesaikan tugas.
Scroll to Top