Buntut Pembangunan Pemukiman di Tepi Barat. AS Hentikan Kerja Sama Ilmiah dan Teknologi dengan Israel

Buntut Pembangunan Pemukiman di Tepi Barat. AS Hentikan Kerja Sama Ilmiah dan Teknologi dengan Israel – Pemerintah America Serikat (AS) telah menghentikan kerja sama ilmiah dan teknologi dengan Israel diluar Garis Hijau.

Hal ini diungkapkan media Israel pada Minggu (25/6/2023). Garis Hijau merupakan batas antara Israel dan wilayah wilayah yang diduduki Israel selama perang Timur Tengah pada 1967.

Keputusan AS itu muncul seminggu setelah pemerintah Israel memberikan otorisasi bagi pembangunan lebih dari 4.500 rumah abru di wilayah pendudukan di Tepi Barat.

“Perintah ini mencerminkan posisi AS yang konsisten selama bertahun tahun yang ditegaskan kembali oleh pemerintahan ini,” kata seorang pejabat AS, yang tidak disebutkan namanya dikutip Antara.

“Status wilayah geografi di bawah kekuasaan Israel setelah 5 Juni 1967 harus ditentukan dalam penyelesaian akhir,” kata pejabat tersebut kepada media Israel, KAN.

Keputusan itu berarti AS kembali ke kebijakan mantan Presiden Barack Obama, yang menetapkan bahwa tidak ada kerja sama pada wilayah geografi yang berlokasi di luar perbatasan 1967.

Pada 2019, mantan Presiden Donald Trump menandatangani dua dokumen yang mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan Suriah.

Masyarakat internasional tidak menyetujui pencaplokan oleh Tel Aviv atas dua wilayah itu, yakni Yerusalem bagian timur serta Dataran Tinggi Golan, pada 1981.

Banyak negara Uni Eropa telah melarang barang impor hasil produksi daerah-daerah permukiman Israel yang dibangun di wilayah yang diduduki pada 1967.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap aktivitas pembangunan pemukiman Israel ilegal dan penghalang terhadap solusi dua negara yang disetujui pihak internasional.

Perkiraan menunjukkan sekitar 700 ribu warga Israel tinggal di 164 permukiman dan 116 lokasi terpencil di pendudukan di Tepi Barat.

Israel kembali berulah. Mereka berencana membangun 5.700 unit rumah untuk permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) pun ikut gerah. Tindakan Israel itu dinilai menjadi hambatan bagi upaya perdamaian antara Israel dan Palestina.

”AS menentang tindakan sepihak yang membuat solusi kedua negara lebih sulit dicapai,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller seperti dikutip Financial Times. Dia menambahkan, pemerintah AS sangat terganggu dengan kabar pembangunan permukiman baru itu.

Pembangunan rumah tersebut merupakan bagian dari percepatan perluasan permukiman oleh pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

Dengan tambahan itu, total unit rumah baru yang dikembangkan pada tahun ini menjadi lebih dari 13 ribu. Angka tersebut hampir tiga kali lipat dibandingkan angka tahun lalu.

Tepi Barat diduduki Israel sejak 1967. Komunitas internasional menganggap permukiman di Tepi Barat itu ilegal. Peace Now, sebuah kelompok advokasi Israel yang memantau permukiman, mengungkapkan bahwa jumlah unit rumah baru di Tepi Barat yang diumumkan tahun ini adalah yang tertinggi sejak Israel mulai mengumpulkan data sistematis pada 2012. Pemerintah Israel mempercepat laju menuju aneksasi penuh Tepi Barat.

Keputusan pembangunan unit rumah baru itu datang pada saat terjadi ketegangan di Tepi Barat. Kekerasan di wilayah tersebut melonjak sejak pemerintahan Netanyahu mulai menjabat Desember tahun lalu. Hal itu memicu kekhawatiran terjadinya konflik Israel-Palestina dapat menuju eskalasi yang lebih luas.

Data terbaru PBB, pasukan Israel telah menewaskan 114 warga Palestina di Tepi Barat tahun ini. Sebaliknya, warga Palestina telah menewaskan 16 orang Israel. Tingkat serangan terhadap warga Palestina dan properti mereka juga melonjak 16 persen dibandingkan tahun lalu.

Pada Senin (26/6/2023) AS menghentikan kerja sama penelitian sains dan teknologi dengan institusi Israel di Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Sejatinya kebijakan itu sudah berlangsung lama.

Namun, di era Presiden AS Donald Trump, kebijakan tersebut dicabut. Saat itu PM Netanyahu dan Duta Besar AS David Friedman menandatangani perjanjian yang menghapus semua batasan geografis sebelumnya dari kerja sama ilmiah kedua negara.

Keputusan itu muncul seminggu setelah pemerintah Israel mengizinkan pembangunan lebih dari 4.500 rumah baru di Tepi Barat yang diduduki.

Pemerintah Amerika Serikat telah menghentikan kerja sama ilmiah dan teknologi dengan Israel di luar Garis Hijau, menurut media Israel.

“Petunjuk ini hanya mencerminkan posisi Amerika Serikat yang konsisten selama bertahun-tahun, yang ditegaskan kembali oleh pemerintahan ini, bahwa status wilayah geografis yang berada di bawah kendali Israel setelah 5 Juni 1967 harus ditentukan dalam resolusi akhir,” kata seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya kepada Israel. penyiar publik KAN pada Ahad (25/6/2023) kemarin.

Garis Hijau adalah batas antara Israel dan wilayah yang diduduki Tel Aviv selama perang Timur Tengah 1967.Keputusan Amerika Serikatr datang seminggu setelah pemerintah Israel mengizinkan pembangunan lebih dari 4.500 rumah baru di Tepi Barat yang diduduki.

Keputusan ini berarti kembali ke kebijakan mantan Presiden Barack Obama yang menetapkan tidak boleh ada kerjasama di wilayah geografis yang terletak di luar perbatasan tahun 1967.

Pembangunan pemukiman ilegal

Pada 2019, mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani dua dokumen yang mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan Suriah.

Komunitas internasional tidak mengakui aneksasi Tel Aviv atas bagian timur Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan pada tahun 1981.

Banyak negara Uni Eropa telah melarang impor yang diproduksi di pemukiman Israel yang dibangun di wilayah yang diduduki pada tahun 1967.

PBB menganggap aktivitas pembangunan pemukiman Israel sebagai ilegal dan menghambat solusi dua negara yang disepakati secara internasional.

Perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 700.000 pemukim Israel tinggal di 164 permukiman dan 116 pos terdepan di Tepi Barat yang diduduki.

Scroll to Top