Bio Farma Sudah Menerima Pelatihan Teknologi Vaksin mRNA dari Afrika Selatan – Bio Farma telah menerima palatihan transfer teknologi vaksin messenger RNA (mRNA) langsung dari ‘hub’ technology transfer Afrigen, yang berlokasi di Kesehatan Dunia (WHO) sebagai perusahaan penerima transfer teknologi mRNA pada Febuari 2022.
Head of Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan mengatakan, upaya transfer teknologi vaksin mRNA ini terus berjalan sampai saat ini. Indonesia, dalam hal ini Bio Farma menjalin komunikasi dengan ‘hub’ mRNA Afrigen di Afrika Selatan.
Pelatihan Langsung di Afrigen
Saat ini, Afrigen ditunjuk sebagai mRNA Transfer Tehnology ‘hub’ yang sudah memberikan pelatihan pengenalan (introduction training) terkait mRNA technology.
“Bio Farma baru menerima Package 1a dari Medicines Patent Pool (MPP),” terang Iwan.
Merujuk informasi WHO perihal Technology Transfer Packages : Platform and Product Based WHO perihal
Technology Transfer Packages: Platform and Product Based WHO, Package 1 adalah kategori R&D Good Manufacturing Practice (GMP) untuk menghasilkan uji klinis Fase I/II.
Kategori 1a disebutkan ‘pelatihan langsung di Afrigen’ soal teknologi mRNA.
Lakukan Transfer Teknologi mRNA
Sebagai informasi, program transfer teknologi mRNA didasarkan pada “hub” transfer teknologi Afrigen, yang terletak di Afrika Selatan. Mereka akan memberikan pengembangan teknologi, pelatihan dan transfer teknologi kepada negara penerima (recipient).
“WHO/Medicines Patent Pool (MPP) melakukan Transfer Technology ke negara recipient termasuk Indonesia yang terdiri atas Package 1, 2 dan 3,” Iwan Setiawan melanjutkan.
Informasi pada laman MPP yang diakses per 19 Mei 2023 pukul 15.14 WIB memperlihatkan, sebanyak 6 orang dari Bio Farma menerima pelatihan pengenalan transfer teknologi mRNA dari Afrigen (50 persennya adalah perempuan) dan 10 orang lain mendapat pelatihan dari lembaga lain.
Dari 10 orang di atas, 6 di antaranya, mendapat pelatihan dari International Vaccine Institute (IVI) dan 4 lainnya dari lembaga lain.
Bangun Manufaktur mRNA Lokal Berkelanjutan
Program transfer teknologi mRNA merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keamanan kesehatan dengan membangun kemampuan manufaktur mRNA milik lokal yang berkelanjutan di dan untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah (low and middle-income countries/LMICs).
Saat ini, 15 mitra program di LMICs di seluruh dunia menerima pelatihan dan teknologi dari pusat Afrigen dan kemudian akan memproduksi dan menjual produk secara komersial. Konsep intinya adalah pemberdayaan.
Dorong Pengembangan Vaksin mRNA
Awalnya, program transfer teknologi mRNA berfokus pada vaksin mRNA untuk melawan COVID-19. Namun, program ini dirancang untuk mendorong pengembangan vaksin dan terapi mRNA lainnya terhadap penyakit penting yang mengancam negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dengan demikian, memastikan kapasitas yang dibangun oleh proyek ini berkelanjutan dan tersedia untuk memerangi pandemi berikutnya.
Adapun Technology Transfer Packages: Platform and Product Based WHO yang terdiri atas 3 Packages antara lain:
1. Package 1 – Proses R&D GMP untuk menghasilkan uji klinis Tahap I/II
Pelatihan langsung di Afrigen
Dokumentasi (dirinci dalam kontrak)
Dukungan jarak jauh pasca-pelatihan
2. Package 2a – Proses skala industri yang tidak divalidasi
Dokumentasi (dirinci dalam kontrak)
Dukungan jarak jauh
3. Package 2 – Proses validasi peningkatan skala industri untuk menghasilkan Fase Materi uji klinis III
Dokumentasi (dirinci dalam kontrak)
Dukungan jarak jauh
4. Package 3 – Permohonan Izin Edar
Dokumentasi – standar, sesuai persyaratan otoritas pengatur nasional setempat
Bio Farma Bakal Jadi Perusahaan Produksi Vaksin mRNA
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, PT Bio Farma akan menjadi perusahaan Indonesia yang memproduksi vaksin mRNA. Perusahaan juga berperan sebagai manufaktur vaksin terbesar di Asia Tenggara.
“Bio Farma sebagai pihak yang menjadi mitra di dalam negeri merupakan produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis per tahun dan Bio Farma memproduksi 14 jenis vaksin dan telah mengekspor ke 150 negara,” papar Retno di Kantor Pusat WHO, Jenewa, Swiss, Rabu (23/2/2022).
Program transfer teknologi mRNA menjadi solusi yang dibutuhkan negara berkembang. Sifatnya, memberdayakan, memperkuat kemandirian, dan memungkingkan negara berkembang berkontribusi bagi ketahanan kesehatan global.
“Kita benar-benar berharap kerja sama ini akan dapat mempersempit kesenjangan vaksin,” sambung Retno.
“Ini merupakan salah satu jalan untuk memastikan kesetaraan akses vaksin dan obat-obatan bagi semua negara, terutama negara berpenghasilan rendah dan menengah.”
Pelatihan Pengembangan Vaksin mRNA
Sebagai penerima alih teknologi mrNA, Indonesia nantinya akan mendapatkan pelatihan teknis pada skala industri, tata cara pengembangan vaksin skala laboratorium/klinis dan teknik quality control serta lisensi yang terkait.
Selain Indonesia, ada banyak negara yang telah menerima alih teknologi mRNA. Tercatat ada enam negara dari Afrika, yaitu Mesir, Kenya, Nigeria, Senegal, Tunisia dan Afrika Selatan yang diumumkan 18 Februari 2022.
Dari Asia, ada Indonesia, Bangladesh, Pakistan dan Vietnam. Sementara dari Eropa adalah Serbia.
Amerika Latin adalah Argentina dan Brazil yang telah diumumkan 21 September 2021 lalu. Terakhir, Korea Selatan (Korsel) berperan sebagai pendukung pusat training.
Bandung, 25 Mei 2023 – Bio Farma menjadi bagian dalam World Health Assembly (WHA) ke-76 (WHA76) dengan tema WHO at 75: Saving lives, driving health for all berlangsung 21-30 Mei 2023 di Jenewa, Swiss yang diselenggarakan oleh World Health Organization (WHO).
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menyampaikan, Bio Farma sebagai bagian dari delegasi dari Kementerian Kesehatan RI berkontribusi secara rutin pada kegiatan tahunan WHA.
”Bio Farma setiap tahunnya rutin mengikuti kegiatan WHA untuk turut memberikan kontribusi bersama delegasi dari seluruh negara anggota WHO untuk merancang agenda kesehatan dalam memperkuat keamanan kesehatan masyarakat global,” ungkap Honesti.
Sementara itu, mewakili Bio Farma, Project Integration Manager Pengembangan Translasi Produk Life Science, Neni Nurainy, menyampaikan berbagai perkembangan vaksin di Bio Farma, termasuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan teknologi mRNA dalam bentuk wawancara rekaman video yang dilakukan pada pertemuan WHO/Medicine Patent Pool (MPP) Technology Transfer Program tanggal 17-21 April di Cape Town, Afrika Selatan.
Pada pertemuan WHO/MPP Technology Transfer Program, setiap perwakilan negara penerima teknologi mRNA (Spoke) dari WHO/MPP menyampaikan capaian terkait program pengembangan mRNA di masing-masing negara. Terdapat 15 negara penerima teknologi mRNA dari WHO/MPP.
”Bio Farma saat ini bekerjasama dengan Universitas Manchester, Inggris dalam penguasaan basis know how terkait mRNA. Di samping itu delegasi Indonesia dari Bio Farma telah mendapat pelatihan dari mRNA Technology Transfer Hub yaitu Afrigen, Afrika Selatan di April 2022. Bio Farma dan beberapa negara Spoke telah menerima Introductory Package dari WHO/MPP untuk establishment teknologi mRNA pada skala Riset dan Pengembangan ,” papar Neni.
Selain itu, Neni menyampaikan, mRNA program yang saat ini berjalan di Bio Farma menggunakan Covid-19 sebagai model penyakit. Terdapat berbagai target penyakit untuk pengembangan vaksin yang direncanakan diantaranya Tuberculosis (TB), dengue, Malaria yang merupakan penyakit yang masih menjadi kendala kesehatan di Indonesia. Pada kesempatan pertemuan di Cape Town, Bio Farma menyampaikan kerjasama antara Akademisi, Business & Government, termasuk dukungan pemerintah RI dalam bentuk dana Penanaman Modal Negara (PMN) untuk fasilitas Pilot scale mRNA.
Di sisi lain, sesi World Health Assembly tahun ini akan menentukan masa depan WHO dalam waktu dekat dan jangka panjang. Terlebih, dunia menghadapi keadaan darurat kesehatan dan kemanusiaan yang sedang berlangsung. Maka dari itu, adanya rapat kesehatan World Health Assembly ke-76 akan lebih berfokus pada mendorong kesehatan untuk semua.
Dari jalannya sidang di 22 Mei 2023, Negara-negara Anggota menyetujui Anggaran Program WHO untuk 2024-2025, berkomitmen untuk meningkatkan 20% dari kontribusi yang dinilai (biaya keanggotaan). Delegasi juga akan membahas tentang peran penting yang dimiliki WHO dalam Arsitektur Darurat Kesehatan Global.
WHA merupakan badan pengambil keputusan WHO. Sidang ini dihadiri oleh delegasi dari seluruh negara anggota WHO dan berfokus pada agenda kesehatan tertentu yang disiapkan oleh Dewan Eksekutif. WHA diselenggarakan untuk menentukan kebijakan Organisasi, menunjuk Direktur Jenderal, mengawasi kebijakan keuangan, dan meninjau serta menyetujui anggaran program yang diusulkan.