Berkat Al Nvidia Berhasil Masuk ke Klub Valuasi USD 1 Triliun – Kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (Al) tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu teknologi yang tengah dicari oleh masyarakat. Tidak heran jika banyak perusahaan berlomba untuk mengembangkan Al mereka agar bisa memenuhi keinginan pasar.
Pasalnya, cuan yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi Al ini memang tidak kecil. Buktinya, perusahaan Al ini memang tidak kecil. Buktinya, perusahaan teknologi, Nvidia, sempat mencapai nilai valuasi sebesar USD1 triliun berkat bisnis chip untuk menopang operasi teknologi kecerdasan buatan.
Meskipun, ketika sesi perdagangan saham ditutup nilai valuasi Nvidia turun menjadi USD992 miliar atau sekira Rp 14,8 triliun, sehingga perusahaan tersebut tersingkir dari jajaran perusahaan besar yang mencapai nilai valuasi USD1 triliun seperti Apple dan Microsoft.
Dilaporkan oleh India Times waktu setempat, Nvidia saat ini menjadi produsen terbesar yang menyediakan produk chip yang dibutuhkan untuk menopang operasi teknologi yang dilengkapi AI.
Seperti dilansir dari Antara, CEO Nvidia Jensen Huang pun percaya diri bahwa bisnis AI akan terus bertumbuh dalam beberapa bulan mendatang.
Saat ini beberapa raksasa perusahaan teknologi global termasuk Nvidia mulai bergerak menuju bisnis AI dengan harapan teknologi tersebut dapat menarik permintaan.
Untuk mengoperasikan komputer yang dilengkapi AI diperlukan chip kuat yang disebut graphic processing units (GPU) di mana menurut para analis sekitar 80 persen diproduksi oleh Nvidia.
Kesuksesan chatbot ChatGPT dari OpenAI mendorong beberapa perusahaan teknologi seperti Alphabet dan Microsoft ikut mengembangkan teknologi AI.
Bisnis Nvidia berkembang pesat selama pandemi COVID-19 karena permintaan GPU yang tinggi untuk menopang operasi komputer game serta perangkat untuk menambang mata uang kripto.
Perusahaan teknologi, Nvidia, sempat mencapai nilai valuasi sebesar 1 triliun dolar pada Selasa (30/5) berkat bisnis chip untuk menopang operasi teknologi kecerdasan buatan (AI).
Namun ketika sesi perdagangan saham ditutup nilai valuasi Nvidia turun menjadi 992 milyar dolar AS atau sekitar Rp 14,8 triliun sehingga perusahaan tersebut tersingkir dari jajaran perusahaan besar yang mencapai nilai valuasi 1 triliun dolar AS seperti Apple dan Microsoft.
Dilaporkan oleh India Times pada Rabu (31/5) waktu setempat, Nvidia saat ini menjadi produsen terbesar yang menyediakan produk chip yang dibutuhkan untuk menopang operasi teknologi yang dilengkapi AI.
Saat ini beberapa raksasa perusahaan teknologi global termasuk Nvidia mulai bergerak menuju bisnis AI dengan harapan teknologi tersebut dapat menarik permintaan.
Untuk mengoperasikan komputer yang dilengkapi AI diperlukan chip kuat yang disebut graphic processing units (GPU) di mana menurut para analis sekitar 80 persen diproduksi oleh Nvidia.
Kesuksesan chatbot ChatGPT dari OpenAI mendorong beberapa perusahaan teknologi seperti Alphabet dan Microsoft ikut mengembangkan teknologi AI.
Bisnis Nvidia berkembang pesat selama pandemi COVID-19 karena permintaan GPU yang tinggi untuk menopang operasi komputer game serta perangkat untuk menambang mata uang kripto.
CEO Nvidia, Jensen Huang, percaya diri bahwa bisnis AI akan terus bertumbuh dalam beberapa bulan mendatang.
Perusahaan teknologi, Nvidia, sempat mencapai nilai valuasi sebesar 1 triliun dolar pada Selasa (30/5) berkat bisnis chip untuk menopang operasi teknologi kecerdasan buatan (AI).
Namun ketika sesi perdagangan saham ditutup nilai valuasi Nvidia turun menjadi 992 milyar dolar AS atau sekitar Rp 14,8 triliun sehingga perusahaan tersebut tersingkir dari jajaran perusahaan besar yang mencapai nilai valuasi 1 triliun dolar AS seperti Apple dan Microsoft.
Dilaporkan oleh India Times pada Rabu (31/5) waktu setempat, Nvidia saat ini menjadi produsen terbesar yang menyediakan produk chip yang dibutuhkan untuk menopang operasi teknologi yang dilengkapi AI.
Saat ini beberapa raksasa perusahaan teknologi global termasuk Nvidia mulai bergerak menuju bisnis AI dengan harapan teknologi tersebut dapat menarik permintaan.
Untuk mengoperasikan komputer yang dilengkapi AI diperlukan chip kuat yang disebut graphic processing units (GPU) di mana menurut para analis sekitar 80 persen diproduksi oleh Nvidia.
Kesuksesan chatbot ChatGPT dari OpenAI mendorong beberapa perusahaan teknologi seperti Alphabet dan Microsoft ikut mengembangkan teknologi AI.
Bisnis Nvidia berkembang pesat selama pandemi COVID-19 karena permintaan GPU yang tinggi untuk menopang operasi komputer game serta perangkat untuk menambang mata uang kripto.
CEO Nvidia, Jensen Huang, percaya diri bahwa bisnis AI akan terus bertumbuh dalam beberapa bulan mendatang.
Perusahaan teknologi, Nvidia, sempat mencapai nilai valuasi sebesar 1 triliun dolar pada Selasa (30/5) berkat bisnis chip untuk menopang operasi teknologi kecerdasan buatan (AI).
Namun ketika sesi perdagangan saham ditutup nilai valuasi Nvidia turun menjadi 992 milyar dolar AS atau sekitar Rp 14,8 triliun sehingga perusahaan tersebut tersingkir dari jajaran perusahaan besar yang mencapai nilai valuasi 1 triliun dolar AS seperti Apple dan Microsoft.
Dilaporkan oleh India Times pada Rabu (31/5) waktu setempat, Nvidia saat ini menjadi produsen terbesar yang menyediakan produk chip yang dibutuhkan untuk menopang operasi teknologi yang dilengkapi AI.
Saat ini beberapa raksasa perusahaan teknologi global termasuk Nvidia mulai bergerak menuju bisnis AI dengan harapan teknologi tersebut dapat menarik permintaan.
Untuk mengoperasikan komputer yang dilengkapi AI diperlukan chip kuat yang disebut graphic processing units (GPU) di mana menurut para analis sekitar 80 persen diproduksi oleh Nvidia.
Kesuksesan chatbot ChatGPT dari OpenAI mendorong beberapa perusahaan teknologi seperti Alphabet dan Microsoft ikut mengembangkan teknologi AI.
Bisnis Nvidia berkembang pesat selama pandemi COVID-19 karena permintaan GPU yang tinggi untuk menopang operasi komputer game serta perangkat untuk menambang mata uang kripto.
CEO Nvidia, Jensen Huang, percaya diri bahwa bisnis AI akan terus bertumbuh dalam beberapa bulan mendatang.
Perusahaan teknologi, Nvidia, sempat mencapai nilai valuasi sebesar 1 triliun dolar pada Selasa (30/5) berkat bisnis chip untuk menopang operasi teknologi kecerdasan buatan (AI).
Namun ketika sesi perdagangan saham ditutup nilai valuasi Nvidia turun menjadi 992 milyar dolar AS atau sekitar Rp 14,8 triliun sehingga perusahaan tersebut tersingkir dari jajaran perusahaan besar yang mencapai nilai valuasi 1 triliun dolar AS seperti Apple dan Microsoft.
Dilaporkan oleh India Times pada Rabu (31/5) waktu setempat, Nvidia saat ini menjadi produsen terbesar yang menyediakan produk chip yang dibutuhkan untuk menopang operasi teknologi yang dilengkapi AI.
Saat ini beberapa raksasa perusahaan teknologi global termasuk Nvidia mulai bergerak menuju bisnis AI dengan harapan teknologi tersebut dapat menarik permintaan.
Untuk mengoperasikan komputer yang dilengkapi AI diperlukan chip kuat yang disebut graphic processing units (GPU) di mana menurut para analis sekitar 80 persen diproduksi oleh Nvidia.
Kesuksesan chatbot ChatGPT dari OpenAI mendorong beberapa perusahaan teknologi seperti Alphabet dan Microsoft ikut mengembangkan teknologi AI.
Bisnis Nvidia berkembang pesat selama pandemi COVID-19 karena permintaan GPU yang tinggi untuk menopang operasi komputer game serta perangkat untuk menambang mata uang kripto.
CEO Nvidia, Jensen Huang, percaya diri bahwa bisnis AI akan terus bertumbuh dalam beberapa bulan mendatang.