Banyak Pekerja WFH Masih Tidak Puas dengan Teknologi Perusahaan – Meskipun status pandemi sudah ditarik, tapi masih ada beberapa kantor yang menerapkan sistem kerja Work From Home ( WFH). Beberapa kantor pun juga memilih untuk menerapkan kerja hybird yang artinya memadukan WFH dengan offline.
Perusahaan telekomunikasi Zen Internet merilis laporan baru tentang kerja jarah jauh di Inggris. Hasilnya mengungkap bahwa budaya kerja hybird tersebut tidak disambut positif para karyawan di banyak perusahaan.
Sebagaimana dihimpau dari Techradar, penelitian menemukan satu dari lima pekerja jarah jauh tidak senang dengan budaya di tempat kerja mereka, meskipun sebenarnya ini bukanlah hal yang baru.
Penelitian yang berasal dari 1.000 pekerja jarah jauh dan 500 pembuat keputusan bisnis ini menyebut sebagian besar dari mereka mengeluhkan infrastruktur kerja yang kurang baik untuk mendukung kerja jarah jauh.
Hanya sebanyak 21% responden yang setuju bahwa perusahaan yang mereka tempati telah berjanji untuk berinvestasi dalam alat dan teknologi yang tepat untuk membuat kerja hybrid menjadi layak.
Para responden ini menyoroti kebutuhan besar akan tindakan dalam upaya untuk mempertahankan (apalagi menarik) bakat. Mereka juga menyebut kerja jarak jauh terbukti dalam banyak kasus memberikan hasil yang sama.
Tidak ada perbedaan signifikan antara kerja jarak jauh dengan kerja di kantor selain dari waktu yang lebih fleksibel. Hanya sepertiga (33%) yang melihat keseimbangan kehidupan kerja mereka meningkat.
Penelitian juga mengungkap hampir setengah (45%) dari pekerja yang bersangkutan percaya bahwa pemberi kerja mereka mempercayai bahwa mereka melakukan hak yang sama seperti yang dilakukan di kantor.
Sebagian besarnya (74%) telah menginstal atau sedang menjajaki penginstalan perangkat lunak pemantauan jarak jauh yang mana ini disebut akan memicu karyawan semakin tidak nyaman saat kerja jarak jauh.
Direktur Pelaksana Zen, Martin O’Donnell, mengatakan perusahaan harus memprioritaskan investasi pada firewall, konektivitas, dan komunikasi secara signifikan.
“Dengan teknologi yang mendukung budaya dan produktivitas pekerja rumahan untuk memastikan tingkat kinerja dan moral yang setara dengan apa yang mungkin diperoleh karyawan di kantor,” katanya.
Amazon menginstruksikan karyawan untuk setidaknya tiga hari dalam sepekan bekerja dari kantor atau WFO (work from office). Perintah ini ditulis langsung oleh CEO Amazon Andy Jassy dalam sebuah memo.
Kebijakan ini menandai pergeseran dari sebelumnya, di mana menyerahkan kepada masing-masing manajer untuk memutuskan seberapa sering karyawan diminta untuk bekerja dari kantor.
Jassy mengatakan dia dan tim-S, eksekutif senior di hampir semua area bisnis Amazon, memutuskan pada pertemuan awal pekan ini bahwa karyawan harus lebih sering WFO, setidaknya tiga hari per minggu.
Mereka membuat keputusan setelah menentukan bahwa hal itu akan menguntungkan budaya perusahaan dan kemampuan karyawan untuk belajar dan berkolaborasi satu sama lain.
Amazon berencana untuk mengimplementasikan perubahan mulai 1 Mei mendatang. Dan akan ada beberapa pengecualian untuk aturan tersebut, seperti peran dukungan pelanggan yang memiliki opsi untuk bekerja dari jarak jauh.
“Tidaklah mudah untuk membawa ribuan karyawan kembali ke kantor kami di seluruh dunia, jadi kami akan memberikan waktu kepada tim yang perlu melakukan pekerjaan itu untuk mengembangkan rencana,” kata Jassy, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (22/2/2023).
“Kami tahu bahwa ini tidak akan sempurna pada awalnya, tetapi pengalaman kantor akan terus meningkat selama beberapa bulan (dan tahun) mendatang,” imbuhnya.
Perusahaan lain baru-baru ini memanggil karyawan mereka kembali untuk WFO, baik secara penuh waktu atau beberapa hari dalam seminggu karena pandemi Covid-19 telah mereda.
Google dan Apple misalnya yang telah mewajibkan beberapa karyawannya untuk kembali ke kantor sejak tahun lalu. Sedangkan Disney pada bulan Januari mulai mewajibkan karyawan hybrid berada di kantor empat hari seminggu.
Amazon mendorong karyawannya untuk berada di kantor lebih sering karena sedang mengalami periode pengetatan ‘ikat pinggang’ di tengah penjualan yang melambat dan prospek ekonomi yang memburuk.
Baru-baru ini Amazon memulai PHK terbesar dalam sejarahnya dan mempengaruhi sekitar 18.000 orang, bersamaan dengan pembekuan perekrutan perusahaan. Mereka juga telah menghentikan beberapa proyek eksperimental.
Jassy mengatakan salah satu manfaat kembali ke kantor adalah karyawan akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan ide dan berinovasi.
“Fakta yang kurang diketahui adalah bahwa beberapa penemuan terbaik memiliki momen terobosan mereka dari orang-orang yang tidak hadir dalam rapat dan mengerjakan ide di papan tulis, atau berjalan kembali ke kantor bersama dalam perjalanan pulang dari rapat, atau hanya mampir ke tempat rekan satu tim hari itu dengan pemikiran lain.” kata dia.
Warga RI ternyata lebih suka WFO
Survei menunjukkan bahwa pegawai kantoran lebih memilih kembali bekerja dari kantor dengan satu syarat. Mereka berharap ada 1 hari dalam seminggu mereka bisa bekerja dari rumah.
Survei yang dilakukan oleh CoHive, startup yang baru saja menutup layanan co-working space-nya, dalam laporan hasil Survei Dunia Kerja Pasca Pandemi Covid-19.
Laporan ini merangkum pendapat lebih dari 1.300 karyawan yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, baik dari perusahaan teknologi (startup) maupun perusahaan di industri lainnya.
Saat survei dilakukan, mayoritas responden berusia 21-30 tahun (69%), bekerja di industri nonteknologi (74%), menjabat sebagai staf (66%), dan tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek (51%). Sisanya berdomisili di kota-kota besar lain, termasuk Bandung, Yogyakarta, Semarang, Makassar, dan Medan.
Sistem WFH maupun WFO memiliki kelebihannya masing-masing. Menurut para responden, kelebihan WFH yang paling banyak dirasakan adalah mengurangi biaya perjalanan (74%), mengurangi waktu perjalanan (68%), dan kemudahan dalam mengatur waktu (34%).
Sementara kelebihan WFO yang paling banyak adalah kemudahan berkomunikasi (76%), interaksi dan kegiatan sosial bersama (61%), dan kelengkapan fasilitas kerja (40%).
Selama pandemi, 65% responden bekerja secara hybrid dan 18% menjalankan WFH. Responden yang selama pandemi menjalankan WFH punya kecenderungan lebih besar untuk memilih tetap WFH dibandingkan dengan mereka yang menjalani kebijakan hybrid, maupun yang sepenuhnya bekerja dari kantor.
Beberapa tantangan utama yang karyawan rasakan ketika WFH adalah banyaknya gangguan (28%), masalah jaringan internet (23%), dan tidak tersedianya ruang kerja yang layak (15%).
Saat survei dilakukan, mayoritas responden berusia 21-30 tahun (69%), bekerja di industri nonteknologi (74%), menjabat sebagai staf (66%), dan tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek (51%). Sisanya berdomisili di kota-kota besar lain, termasuk Bandung, Yogyakarta, Semarang, Makassar, dan Medan.
Sistem WFH maupun WFO memiliki kelebihannya masing-masing. Menurut para responden, kelebihan WFH yang paling banyak dirasakan adalah mengurangi biaya perjalanan (74%), mengurangi waktu perjalanan (68%), dan kemudahan dalam mengatur waktu (34%).
Sementara kelebihan WFO yang paling banyak adalah kemudahan berkomunikasi (76%), interaksi dan kegiatan sosial bersama (61%), dan kelengkapan fasilitas kerja (40%).
Selama pandemi, 65% responden bekerja secara hybrid dan 18% menjalankan WFH. Responden yang selama pandemi menjalankan WFH punya kecenderungan lebih besar untuk memilih tetap WFH dibandingkan dengan mereka yang menjalani kebijakan hybrid, maupun yang sepenuhnya bekerja dari kantor.
Beberapa tantangan utama yang karyawan rasakan ketika WFH adalah banyaknya gangguan (28%), masalah jaringan internet (23%), dan tidak tersedianya ruang kerja yang layak (15%).