Al : Inovasi Teknologi Bagai Pedang Bermata Dua – Artificial Intelligence (Al) atau kecerdasan buatan adalah sebuah sistem komputer yang dapat belajar dan berpikir serta mampu melakukan tugas tugas yang pada umumnya membutuhkan kecerdasan manusia. Poin penting dalam Al adalah (Learning, reasoning dan self correction. Al memerlukan data dan pengalaman yang cukup untuk dijadikan pengetahuan agar kecerdasannya semakin meningkat. Algoritma Al melakukan pekerjaan yang sudah ada didalam script dan tidak bisa melakukan sesuatu yang tidak ada dalam database mereka.
Perkembangan Al akan sangat membantu manusia jika di fokuskan sebagai alat penelitian untuk mempermudah dunia yang belum terjamaah. Dengan menguasai teknologi ini, banyak pekerjaan yang sebelunnya sulit dikerjakan manusia, akan dengan mudah diselesaikan oleh kecerdasan buatan. Bisa jadi Al dapat membantu menemukan obat penyakit yang belum ada obatnya hingga kini, seperti HIV, rabies, kanker, dll. Apalagi di era 4.0 ini Al menjadi solusi menggembirakan dalam efisien, efektivitas, hingga faktor keselamatan dalam dunia indurstri. Al juga mampu mengendalikan mobil tanpa pengemudi (self driving) hingga mengatur umpan ketika dan media sosial.
Dengan fungsi teknologi kecerdasan buatan yang luas dan menjanjikan, orang mulai mempertanyakan apakah teknologi ini dapat membahayakan umat manusia? Akankah kecerdasan buatan ini malah menjadi boomerang bagi eksistensi manusia?
Berikut adalah dampak negatif inovasi AI yang patut kita waspadai:
• AI semakin menyejahterakan orang malas
Tanpa bersusah payah berpikir kita dapat mencari jawaban bahkan membuat tugas secara instan dengan bantuan ChatGPT. Di samping benefit yang cukup menggiurkan, hal ini justru bisa membuat orang-orang malas berpikir dan sepenuhnya mengandalkan bantuan AI untuk mengerjakan tugasnya. Masalah ini bukanlah hal sepele, terlebih-lebih dampaknya untuk para pelajar yang seharusnya mengembangkan kecerdasan mereka malah dibuat malas dengan adanya teknologi ini.
• Berpotensi meningkatkan angka pengangguran
Sejarawan Yuval Noah Harari pernah memprediksi akan lahir “useless class” yaitu orang-orang yang tidak bisa berkontribusi secara ekonomi, politik, bahkan seni. Dan untuk mereka yang bisa menguasai AI mungkin hidupnya akan berkali-kali lipat lebih baik. Namun untuk mereka yang tidak bisa, bukan hanya jadi pengangguran saja melainkan benar-benar tidak berguna. Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Dahulu revolusi industri hanya menggeser orang dari sawah ke pabrik. Revolusi AI mungkin bisa melenyapkan pekerjaan. AI sudah bisa menulis dan menggambar, mereka mengupgrade pekerjaan penulis, programmer, hingga desaigner. Mungkin tidak semua pekerjaan bisa diambil alih oleh AI. Tetapi faktanya AI memang benar-benar lebih bagus di beberapa pekerjaan dan manusia bisa tersingkir.
Goldman Sach memprediksi 300 juta pekerjaan akan hilang atau mengalami kemunduran karena inovasi teknologi kecerdasan buatan ini. Sebagai contoh di bidang artistik, sudah ada DALL-E yaitu AI yang bekerja dengan cara ditraining dengan menginput karya orang lain yang diambil tanpa izin atau bisa dibilang mencuri karya orang lain. Seniman tidak mendapat royalti dari karya yang diambil tadi. Industri juga lebih memilih AI karena pekerjaan mereka lebih rapi dan lebih memangkas budget daripada menggunakan jasa seniman.
• Maraknya hoax
AI mampu memanipulasi berita, informasi, foto maupun video. Mulai dari Image Generator yang bisa mengedit berbagai foto menjadi ilustrasi yang tak terbatas hingga Deepfake yang mampu meniru suara orang lain. Tidak hanya dapat menyebarkan hoax, kebenaran informasi juga menjadi semakin sulit diidentifikasi.
• Ancaman senjata perang mematikan
“AI jauh lebih berbahaya daripada nuklir!” pernyataan yang disampaikan Elon Musk ini bukan tanpa sebab. AI tidak bisa dihentikan, cepat atau lambat AI akan terus berkembang. Bahkan kabar terbarunya sekarang AI mulai memiliki emosi. Bisa saja AI suatu saat punya pikiran sendiri dan dia punya niat untuk kendali semua program yang ada di dunia ini akibat program AI yang sempurna. Jadi, tidak salah bila suatu saat nuklir dipegang kendali oleh AI.
Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini?
AI adalah modernisasi teknologi yang ujung-ujungnya akan digunakan secara umum oleh manusia. Contoh lain adalah senjata api. Zaman feodal Jepang yang menggunakan senjata api dianggap tidak mempunyai seni dan tidak terhormat, tetapi pada akhirnya digunakan hingga sekarang. AI adalah awal kemajuan peradaban baru, manusia mau tidak mau harus beradaptasi. Sama halnya dengan industri yang dahulu ditakuti karena menggunakan robot, tetapi nyatanya sekarang kita bisa beradaptasi, banyak produk tercipta dengan harga yang lebih murah.
Teknologi AI memang tidak ada salahnya dikembangkan untuk membantu keseharian manusia. Namun, jika perkembangan AI ini melebihi batas dan hampir menyaingi kemampuan manusia maka bencana kemanusiaan terburuk sepanjang sejarah akan terjadi di masa depan. Hanya waktu yang bisa memperlihatkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pada dasarnya apapun yang ada di dunia ini bisa bermanfaat dan berbahaya bagi manusia tergantung bagaimana kita meresponnya. Jika kita bisa memanfaatkan sesuatu dengan bijak maka hal tersebut akan menjadi keunggulan, sebaliknya bisa menjadi senjata jika tidak bisa menggunakannya. Jangan takut dengan perubahan, tapi bersahabatlah dengan perubahan. Karena skill yang paling dibutuhkan untuk bertahan adalah beradaptasi