Pakar Ciptakan Matahari Mini, Apa kegunaanya?

Pakar Ciptakan Matahari Mini, Apa kegunaanya? – Sejumlah fisikawan mencoba menciptakan matahari mini yang memiliki gravitasi sendiri. Apa kegunaanya? guna tidak ya.. Mari kita simak cerita berikut ini guys..

Melansir Live Science, para fisikawan menciptakan matahari mini itu untuk menginvestigasi penyebab cuaca ekstrem di luat angkasa. Matahari mini itu mengandung plasma yang dipanaskan luat biasa didalam bola kaca berukuran 3cm.

Matahari mini itu juga memproduksi gelombang suara yang membatasi plasma yang berputar putar, mirip seperti yang dilakukan matahari sebenarnya.

Kami suara, gas menstratifikasi dirinya sendiri ke dalam tahap awal dengan gas yang paling hangat berada dekat dipusat bohlam tersebut, dan gas paling dingin di dekat permukaannya

Dengan mempelajari matahari mini ini para pakar berharap dapat memprediksi badai matahari ekstrem yang dapat menyebabkan padamnya listrik, merusak jaringan internet, dan bahkan merusak satelit.

“Medan suara berfungsi seperti gravitasi, paling tidak dalam hal menggerakan konveksi dalam gas,” kata penulis studi ini, John Koulakis, fisikawan dari University of California, Los Angeles (UCLA).

“Dengan menggunakan suara yang dihasilkan gelombang mikro dalam tabung plasma panas berbentuk bola, kami mencapai medan gravitasi yang 1.000 kali lebih kuat dari gravitasi Bumi.” katanya.

Lebih lanjut, para pakar yang terlibat dalam penelitian ini mengaku target selanjutnya adalah meningkatkan kapasitas eksperimen matahari mini ini. Hal itu akan membuat mereka dapat meniru kondisi Matahari semirip mungkin sekaligus mengobservasi gas yang berputar-putar untuk waktu yang lebih lama.

Badai matahari merupakan fenomena yang sulit diprediksi. Ia berawal dari ion yang berputar di permukaan Matahari yang menciptakan medan magnetik yang sangat kuat.

Karena garis medan magnetik tidak bisa saling bertabrakan, mereka memunculkan lontaran radiasi yang disebut badai matahari atau material matahari seperti coronal mass ejections (CME).

Sekali diluncurkan, CME melaju dengan kecepatan hingga jutaan mil per jam. CME juga dapat memicu badai geomagnetik.

Kapan pastinya badai ini terjadi belum dapat diketahui dengan jelas. Usaha yang telah dilakukan sebelumnya juga memunculkan beragam hasil.

Pasalnya, gravitasi Bumi cenderung mengganggu efek simulasinya, mengalihkan efeknya menjadi tidak bisa diprediksi.

Para peneliti menemukan komet ‘alien’ raksasa yang sedang meluncur dan siap menghantam Matahari. Mungkinkah hantaman ini turut mengancam satu-satunya bintang di tata surya ini?

Dikutip dari LiveScience, komet yang sedang menuju Matahari itu berbentuk bola es antariksa selebar 6 kilometer. Benda langit bernama 96P/Machholz 1 ini diperkirakan berasal dari suatu tempat di luar tata surya kita.

Objek angkasa itu kini tengah berada di orbit Merkurius dan sedang dipantau oleh pesawat luar angkasa Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) Badan Antariksa Eropa (ESA).

Ekor komet yang meninggalkan jejak es sebagian besar terdiri dari gas, yang menetes di belakang ekor dan gas tersebut membeku saat dipanaskan oleh radiasi Matahari.

Pada 2008, sebuah analisis material yang dihasilkan dari 150 komet menemukan bahwa 96P/Machholz 1 mengandung kurang dari 1,5 persen dari tingkat yang diharapkan dari sianogen (gas yang dihasilkan dari oksidasi hidrogen sianida yang mudah terbakar dan beracun) kimiawi.

Selain itu, komet ini juga disebut memiliki kadar karbon yang rendah.

Maka dari itu, para astronom terkemuka menyimpulkan komet itu mungkin merupakan ‘penyusup’ dari tata surya lain. Dan kini perjalanannya ke arah Matahari disebut dapat mengungkap lebih banyak fakta tentang komet ini.

“96P adalah komet yang sangat atipikal, baik dalam komposisi maupun perilakunya, jadi kita tidak pernah tahu persis apa yang mungkin kita lihat,” kata Karl Battams, ahli astrofisika di Naval Research Lab di Washington DC, seperti dikutip spaceweather.com.

“Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan ilmu yang indah dari ini dan membagikan [itu] dengan semua orang secepat mungkin,” tambahnya.

Astronom amatir Donald Machholz pertama kali melihat komet unik ini pada 1986 menggunakan teleskop karton buatan sendiri. Sebagian besar komet yang jatuh ke arah Matahari cenderung lebih kecil dari 10 meter, dan akibatnya terbakar saat mendekati bintang kita.

Namun, ukuran raksasa Machholz yang lebih dari dua pertiga ketinggian Gunung Everest tampaknya melindunginya dari penguapan total. Sejak 96P/Machholz ditemukan, SOHO telah melihat komet tersebut membuat lima perjalanan jarak dekat mengelilingi matahari.

Perjalanan terdekat komet es ke Matahari ini akan terjadi pada selasa 31/1 ketika ia akan mendekati pusat tata surya pada jarak tiga kali dekat dari merkurius.

Asal Usul

Peneliti menyebut komet Machholz mungkin berada di orbitnya yang aneh setelah terlempar dari tata surya aslinya karena gravitasi planet raksasa.

Setelah cukup lama mengembara diluar angkasa, pertemuan yang tidak sengaja dengan Jupiter membengkokkan lintasanya dan mengarah ke matahari kita.

Teori teori lain juga menunjukkan komet itu mungkin bukan alien atau komet dari luar tata surya. Ada kemungkinan dia terbentuk diwilayah tata surya yang kurang dipahami atau sianogennya.

Scroll to Top