7 Musuh Besar Millennial dan Gen Z di Serba Kemajuan Teknologi

7 Musuh Besar Millennial dan Gen Z di Serba Kemajuan Teknologi – Setelah mengalami masa penjajahan dulu kita pasti tahu siapa musuh terbesar kita. Yaitu para penjajah yang mengambil hak hak warga jajahan. Sekarang masa masa kelam tersebut telah lama usai dan menjadi sejarah, apakah itu artinya musuh kita juga telah hilang?

Nyatanya tidak, musuh terbesar justru semakin bermunculan di era generasi millenials dan generasi Z. Kita sekarang mungkin saja sedang dijajah oleh waktu dan diri sendiri. Hanya belum menyadarinya saja. Seperti 7 musuh terbesar para generasi millenial dan gen Z berikut!

1. Mager alias malas gerak

Mager bisa disebabkan karena kurang minat dan motivasi dalam diri, sehingga malas untuk melakukan kegiatan. Mager bisa menjadi kebiasaan jika tidak segera diatasi. Dan bisa menghambat kerja keras untuk mencapai tujuan. Biasanya mager terjadi karena suka menunda nunda pekerjaan hingga waktu habis.

Daripada mager terus kamu bisa mendorong diri dengan minat dan motivasi untuk menumbuhkan perasaan suka terhadap kegiatan. Lebih baik menulis semua rencana dan menjalankannya secara runtut agar lebih semangat saat bekerja.

2. Kehilangan jati diri

Kehilangan jati diri sama saja seperti kehilangan tujuan dalam hidupmu. Kamu harus menemukan jati dirimu untuk bisa menentukan tujuan dalam hidupmu. Apakah kamu seorang ayah? seorang ibu? atau seorang bos, karyawan, dan bisa jadi seorang pengangguran?

Apapun dan siapapun dirimu, penting untuk mengenal diri sendiri untuk menemukan tujuan dalam hidup ini. Jangan hanya bisa hidup biasa-biasa saja yang mencari uang hanya untuk makan dan memenuhi kehidupan sehari-hari. Tapi carilah sesuatu yang bernilai dan berjiwa dengan jati dirimu hingga kamu bisa bermanfaat untuk orang lain.

3. Menyukai sesuatu yang instan

Sesuatu yang instan bukan hanya berbentuk mie instan. Kamu yang suka mencari bahan kuliah lewat browsing di intenet saja bisa dikatakan sebagai pekerjaan instan yang dilakukan sehari-hari. Ketimbang membaca buku tebal, akan lebih mudah mencari informasi dari internet.

Dalam beberapa hal sesuatu yang instan dapat mempermudah hidup seseorang. Tetapi dilain hal akan membuatmu kepayahan di akhirnya. Biasanya sesuatu pekerjaan yang dihasilkan secara instan tidak akan maksimal dan memuaskan. Lebih baik melakukan sesuatu yang memiliki nilai lebih lewat cara-cara manual yang biasa dilakukan orang tua kita dulu.

4. Hidup penuh pencitraan

Teknologi yang semakin maju menuntut semua pihak untuk tampil sempurna dan hebat di depan semua orang. Tidak terkecuali media sosial Pencitraan yang baik kerapkali kita temui di medsos dan menjadikannya sebagai ukuran kebahagiaan seseorang.

5. Berhenti belajar saat hidup mapan

Kenyamanan bisa membuat seseorang lupa untuk terus belajar. Hidup yang sudah mapan bisa jadi tolak ukur untuk seseorang berhenti belajar. Padahal belajar tidak terbatas pada semua orang yang kaya maupun yang miskin.Semua orang tidak boleh berpuas diri hanya sedikit ilmu yang dimilikinya.

6. Mudah terprovokasi berita hoaks

Berkembangnya teknologi dan informasi menjadi jalan masuknya berita-berita hoaks yang tidak bertanggung jawab. Berita hoaks bisa saja memprovokasi suatu golongan dengan merendahkan golongan yang lain. Beredarnya berita-berita hoaks menjadi tantangan tersendiri bagi generasi millenials maupun gen Z saat menghadapinya.

7. Terjebak gaya hidup hedonisme

Gaya hidup hedon semakin marak karena menjadi alat pansos bagi seseorang. Bergaya hedon tapi tidak sesuai dengan kemampuan bisa menjadi musuh terbesar bagi generasi millenial dan gen Z. Bagaimana perkembangan teknologi yang maju bisa menjadi perubahan karakter yang lebih baik untuk meraih tujuan.

Musuh terbesar dalam hidup ini sebenarnya adalah diri kita sendiri. Mencoba untuk lebih mengenal diri dan memperbaiki kesalahan bisa menjadikan kita manusia cerdas yang bertahan di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju.

Kita pasti tidak pernah lupa dengan masa kolonialisme. Para penjajah mengambil hak-hak warga negara dan bertindak di luar batas kemanusiaan. Masa-masa kelam tersebut sudah berakhir. Kini hanya tinggal sejarah yang pahit untuk dikenang.

Setelah masa penjajahan berakhir, apakah musuh kita sudah lenyap? Ternyata tidak. Perubahan zaman yang semakin maju justru menghadirkan musuh baru. Musuh itu terkadang muncul dari diri sendiri.

Kamu generasi milenial? Waspada dengan tujuh musuh besar dalam hidupmu ini:

1. Mager

Mager atau malas gerak disebabkan karena kamu tidak punya semangat dan motivasi dalam hidup. Keseharianmu hanya tidur-tiduran sambil menatap layar ponsel. Mau mengerjakan sesuatu pun rasanya berat.

Akhirnya kamu menjadi jenuh dan malas untuk melakukan sebuah kegiatan sosial. Bahkan kamu bisa mengabaikan segala hal yang ada di sekitarmu. Jika sudah kebiasaan, mager dapat mengahambat karir dan kesuksesanmu di masa depan, lho.

2. Kehilangan Jati Diri

Kondisi ini terjadi saat kamu merasa kehilangan arah tujuan dalam hidup. Kamu tidak tahu apa rencana dan targetmu. Bahkan tidak mengenali dirimu sendiri. Siapa kamu sebenarnya? Apakah seorang pendidik, pelajar, pengusaha, atau karyawan?

Nah, musuh ini cukup serius guys. Hidup ini harus ada target dan tujuan. Maka temukan kembali jati dirimu yang sebenarnya. Karena hanya dirimu sendiri yang bisa melakukan itu.

3. Suka Hal Instan

Di era milenial segala hal dapat dilakukan secara instan. Bukan mie instan loh, ya. Maksudnya kamu ingin mengerjakan atau mendapatkan sesuatu dengan cara mudah dan cepat. Misalnya, saat mengerjakan tugas kuliah. Kamu lebih suka mencari jawaban di internet. Tinggal ketik kata kunci, kamu bisa mendapatkan ratusan jawaban. Tidak perlu repot-repot membaca buku berates-ratus halaman tebalnya.

Memang hal instan ini dapat mempermudah hidup seseorang. Tetapi kita perlu menyadari pentingnya sebuah proses. Dan biasanya suatu pekerjaan yang dihasilkan secara instan tidak akan maksimal atau bertahan lama. Bahkan itu bisa mengurangi kualitas dirimu. Kamu perlu hati-hati, nih.

4. Penuh Pencitraan

Generasi milenial kerapkali melalukan pencitraan, terutama di dunia maya. Ketika mengunggah sebuah postingan, pasti hanya menampilkan sisi positif saja. Contoh, kamu mengupload foto pura-pura sedang membaca buku. Padahal realitanya kamu jarang sekali menyentuh buku. Atau kamu sering membagikan kata-kata bijak di status media sosialmu. Tetapi kata-kata itu tidak mencerminkan dirimu yang sesungguhnya.

Itulah pencitraan. Semua yang kamu lakukan hanya untuk mendapatkan simpati dan pujian dari orang lain. Kamu menampilkan suatu hal yang baik namun tidak sesuai dengan kondisi dalam dirimu. Sepertinya kamu perlu instropeksi dir terlebih dahulu.

5. Berada di Zona Nyaman

Ketika mendapatkan prestasi dan kesuksesan, kamu merasa dirimu sudah hebat. Apa yang kamu impikan sudah terwujud. Akibatnya kamu berhenti untuk belajar dan berusaha meningkatkan potensi diri.

Saat itulah kamu berada di zona nyaman karena merasa cukup dengan apa yang kamu capai saat ini. Padahal sebenarnya masih banyak kekurangan dalam dirimu. Masih banyak target yang bisa dicapai. Kamu tidak boleh berpuas diri begiu saja. Kamu sebaiknya berpikir untuk terus mengasah potensi dan meningkatkan prestasi.

6. Mudah Terprovokasi Berita Hoaks

Perkembangan teknologi dan informasi mengubah pola manusia dalam menerima berita. Jujur saja, kamu pasti lebih sering mengakses berita dari internet atau media online, kan? Karena memang hal itu lebih mudah dan cepat.

Tetapi kemajuan zaman sering dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan buruk, seperti produksi berita hoaks. Bagi kamu generasi milenial, ini menjadi tantangan tersendiri. Cerdaslah sebagai pembaca. Jangan mempercayai semua berita. Alangkah baiknya jika melakukan verifikasi terlebih dahulu.

7. Terjebak Gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup hedonisme dapat merugikan diri sendiri. Karena kamu terlalu menuruti hawa nafsu. Sehingga orientasi hidupanmu hanyalah mencari kesenangan dan kebahagiaan.

Padahal itu kurang baik. Terlalu asyik bersenang-senang dapat melupakan segala hal. Kamu tidak peduli dengan masa depan dan karirmu karena sering berfoya-foya menghabiskan materi. Ini berbahaya, lho. Kamu harusnya mulai membangun masa depan, misal dengan bisnis atau mencari peluang kerja lain sesuai passion-mu. Hidup ini tidak untuk bersenang-senang saja. guys. Ingat kata pepatah, bersakit-sakitlah dahulu, bersenang-senang kemudian. Jangan sampai kebalik, ya.

Jadi itulah tujuh musuh besar dalam hidup para generasi milenial. Sebenarnya musuh itu berada dalam dirimu sendiri. Kamu sendiri pula yang dapat melawan dan mengatasinya. Kamu perlu introspeksi diri lalu memperbaiki pola hidup dan mulai memikirkan masa depanmu. Karena masa depanmu berada di tanganmu sendiri.

Scroll to Top