7 Mitos Terkait Teknologi yang Masih Banyak Dipercaya Hingga kini – Dengan teknologi yang kini jadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan, tidak mengejutkan ketika melihat bahwa ada banyak mitos atau anggapan salah terkait teknologi.
Sayangnya, beberapa diantaranya menjadi sangat populer dan akhirnya dipercaya oleh banyak orang sebagai sebuah fakta. Padahal, mitos tersebut tidak lebih dari sekedar opini yang tidak bisa dibuktikan. Lantas apa saja itu? Berikut ulasannya.
1. Internet dan World Wide Web adalah sama
Banyak yang mengira jika internet dan World Wide atau WWW merupakan satu hal yang sama. World Wide Web sendiri merupakan sistem data besar yang dapat diakses melalui internet. Sementara internet itu sendiri merupakan jaringan global besar yang paling berhubungan. Sederhananya, internet digunakan oleh aplikasi seperti browser untuk mengakses World Wide Web yang notabene menyimpan apapun yang pengguna butuhkan.
2. AI telah lebih pintar dari manusia
Bukan rahasia umum lagi jika AI kini mulai semakin maju dengan chatbot seperti ChatGPT menunjukkan jika AI telah menjadi teknologi yang lebih canggih. Namun, terlepas dari apa yang bisa dilakukan AI saat ini, AI belum bisa lebih pintar dari manusia. Kemampuan untuk memproses bahasa, menggunakan akal sehat dan berkomunikasi dengan efektif masih tidak bisa dilakukan dengan baik oleh AI.
3. Wi-Fi publik tidak berbahaya
Koneksi internet di mana pun dan kapan pun sangat penting dan Wi-Fi publik bisa menyediakan itu. Namun, terhubung ke Wi-Fi publik tidak seaman itu. Sesuai namanya, Wi-Fi publik digunakan oleh siapa pun dan tidak menutup kemungkinan jika siapa pun itu, merupakan orang berbahaya yang ingin mencuri data pengguna. Jika terpaksa terhubung ke Wi-Fi publik, usahakan untuk juga mengaktifkan VPN agar lebih aman.
4. Menutup pintu dapat memblokir sinyal Wi-Fi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan sinyal Wi-Fi, salah satunya seperti tembok. Namun, banyak yang menganggap jika menutup pintu rumah atau ruangan juga dapat mempengaruhi sinyal Wi-Fi itu sendiri. Jika pintu rumah yang digunakan terbuat dari kayu atau PVC, maka sinyal Wi-Fi masih bisa menembusnya dengan mudah sekalipun dalam kondisi tertutup. Intinya, anggapan ini sama sekali tidak benar.
5. Radiasi dari perangkat elektronik sangat berbahaya
Salah satu mitos yang cepat berkembang terkait teknologi adalah anggapan bahwa radiasi dari perangkat elektronik seperti HP atau laptop sangat berbahaya, hingga di titik di mana bisa menyebabkan kanker. Padahal, perangkat seperti HP menggunakan frekuensi radio untuk berkomunikasi yang memang memancarkan radiasi, namun di level yang sama sekali tidak berbahaya untuk kesehatan.
6. Perangkat Apple tidak bisa terkena virus
Salah satu mitos yang cepat berkembang terkait teknologi adalah anggapan bahwa radiasi dari perangkat elektronik seperti HP atau laptop sangat berbahaya, hingga di titik di mana bisa menyebabkan kanker. Padahal, perangkat seperti HP menggunakan frekuensi radio untuk berkomunikasi yang memang memancarkan radiasi, namun di level yang sama sekali tidak berbahaya untuk kesehatan.
7. Orang biasa punya kemungkinan kecil untuk terkena serangan siber
Mudah untuk berasumsi bahwa orang biasa sangat kecil kemungkinannya untuk terkena serangan siber. Padahal, siapa pun bisa menjadi target dari serangan siber seperti phising, pembobolan media sosial dan blackmail. Laporan dari Statista bahkan menyebut jika adalah lebih dari 5,5 miliar serangan siber di 2022 kemarin. Karenanya, sangat penting untuk selalu menggunakan antivirus, VPN dan password yang kuat.
Itulah tadi ulasan mengenai mitos terkait teknologi yang masih banyak dipercaya hingga saat ini. Ada mitos lain yang menurutmu juga masih dipercaya banyak orang hingga kini?
Teknologi sering disebut bertalian dengan fakta yang jelas dan ilmiah. Kendati demikian, pengguna teknologi saat ini tidak selalu demikian.
Buktinya, masih banyak mitos yang ada di sekitar pengguna smartphone dan dipercayai sebagai hal yang benar.
Salah satunya adalah mitos mengenai bahaya mengisi daya smartphone semalaman, atau pun kualitas layar ditentukan dengan resolusi yang digunakan.
Meskipun tidak didukung bukti dan penjelasan ilmiah yang cukup, masih banyak pengguna yang memercayai hal tersebut.
1. Komputer Mac tidak bisa diserang virus
Beberapa tahun lalu, tidak sedikit orang yang mengaitkan perangkat Mac sebagai perangkat bebas virus. Namun nyatanya, dalam beberapa tahun terakhir perangkat besutan Apple tersebut mulai jadi sasaran para pengembang malware.
Hal ini juga akhirnya diakui oleh Apple sebagai pembesut, terlebih setelah ada serangan Trojan yang menjangkiti ribuan perangkat Mac pada 2012.
Bahkan, tahun lalu, serangan malware yang mengincar perangkat Mac meningkat drastis, melebihI jumlah keseluruhan serangan malware ke Mac OS X dari 2010 sampai 2014.
Tak hanya itu, dalam laporan terbaru, salah satu malware penyandera data, ransomware, juga dikabarkan mulai menyasar perangkat Mac. Serangan malware bernama KeRanger ini merupakan yang pertama kali terjadi di perangkat Mac.
2. Mode peramban incognito bukan berarti pengakses menjadi tak kelihatan
Sampai saat ini tak dapat dipungkiri ada sebuah miskonsepsi mengenai istilah mode ‘incognito’ atau ‘private’ yang diartikan sebagai akses dengan akun anonim. Namun, maksud dari kedua mode tersebut tidaklah demikian.
Mode tersebut sebenarnya tidak membuat seseorang seolah tak terlihat ketika mengakses sebuah situs, melainkan peramban tidak akan melacak riwayat penjelajahan, menyimpan bookmarks, atau pun masuk otomatis pada akun yang biasa diakses.
Fitur ini membantu mencegah orang asing mengakses informasi situs atau pun akun pribadi ketika mengakses internet di perangkat orang lain. Namun, bukan berarti fitur ini dapat menyembunyikan identitas pengakses maupun ISP yang digunakan.
3. Baterai akan cepat rusak apabila terus diisi ulang
Salah satu mitos yang masih banyak dipercaya pengguna smartphone adalah baterai akan mengalami kerusakan apabila masih diisi daya meskipun kapasitas sudah penuh. Namun, faktanya tidak ada bukti ilmiah pengisian daya berlebihan dapat menghancurkan baterai.
Hal ini didukung oleh fakta bahwa saat ini hampir seluruh smartphone telah menggunakan baterai lithium-ion.
Jenis baterai tersebut ternyata memiliki kemampuan untuk berhenti mengisi daya ketika baterai sudah penuh.
4. Pengisian daya iPhone dilakukan setelah baterai benar-benar habis
Mitos lain terkait baterai yang cukup populer adalah iPhone sebaiknya harus diisi ketika kondisi baterai berada dalam kosong. Namun, Apple sebagai pembesut ternyata membantah hal tersebut.
Perusahaan asal Cupertino ini menuturkan bahwa baterai yang digunakan pada iPhone memungkinan pengguna mengisi daya kapan saja. Apple berasalan, baterai lithium-ion yang digunakan itu bekerja pada sebuah siklus pengisian daya.
Jadi, ketika pengguna sudah menyelesaikan satu siklus pengisian daya, iPhone yang sudah berkurang dayanya dapat langsung diisi ulang, tanpa perlu menunggu kondisi smartphone sampai mati.
5. Besarnya megapiksel tak selalu menentukan kualitas kamera
Saat ini hampir sebagian besar pengguna melihat kualitas kamera smartphone berdasarkan ukuran megapiksel yang disematkan–makin besar megapiksel maka semakin bagus. Padahal ukuran megapiksel tidak selalu menanjikan kemampuan kamera yang lebih baik.
Faktor lain yang juga memengaruhi kemampuan kamera adalah sensor yang digunakan untuk menangkap cahaya. Oleh sebab itu, kamera dengan resolusi 8MP dan 12MP dapat menghasilkan hasil foto yang kurang lebih sama.
Namun, perlu diketahui, semakin besar sensor yang digunakan turut berpengaruh pada hasil piksel yang juga semakin besar.
Jadi, sebuah kamera tak hanya ditentukan dari besarnya megapiksel, melainkan jumlah piksel yang bisa dihasilkan.
6. Smartphone dengan resolusi layar besar tidak selalu lebih baik
Sama seperti kamera, sebagian pengguna smartphone percaya bahwa resolusi layar yang lebih besar akan berpengaruh pada kualitas layar. Sebab, resolusi yang lebih besar selalu dikaitkan dengan layar yang lebih baik.
Salah satu alasannya adalah mata manusia tidak bisa melihat detail lebih dari 300 piksel per inci. Olah karena itu, tampilan dengan kualitas di atas 300 piksel akan terlihat sama di mata manusia.
Atas dasar itu, perusahaan seperti Apple, saat ini lebih fokus pada pengembangan teknologi layar yang lebih cerah, ketimbang layar dengan kemampuan luar biasa.
7. Tidak perlu mematikan komputer tiap hari
Beberapa pengguna mungkin percaya bahwa tidak seharusnya sebuah komputer dimatikan setiap hari. Tak sedikit pengguna komputer lebih memilih masuk ke mode sleep ketimbang mematikan komputer dengan berbagai alasan.
Namun, kebiasaan itu ternyata dapat mempersingkat ketahanan sebuah komputer. Menurut situs Life Hacker, mematikan PC secara berkala ketika tidak digunakan dapat lebih menghemat daya dan membuat beberapa komponen beristirahat.
Kebiasaan ini dapat membuat komponen maupun PC secara keseluruhan akan lebih tahan lama.
8. Meletakkan magnet di dekat komputer akan hapus seluruh data
Mitos ini tidak sepenuhnya salah, tapi dibutuhkan sebuah magnet yang sangat besar untuk dapat menghapus data dari hard drive komputer. Seorang ahlI komputer menuturkan, komputer modern baru akan benar-benar rusak ketika berhadapan dengan magnet yang benar-benar kuat.
Selain itu, medan dari magnet tersebut harus benar-benar fokus pada perangkat yang dituju. Oleh sebab itu, magnet yang biasa ditempelkan di kulkas tidak akan memengaruhi penyimpanan hard drive komputer.
9. Ponsel dapat sebabkan kanker otak
Radiasi dari ponsel memang dapat diserap oleh jaringan manusia, tapi tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menjelaskan radiasi itu dapat memicu sel-sel kanker.
National Cancer Institute menuturkan bahwa efek radiasi dari ponsel yang berpengaruh pada jaringan otak dan lainnya, memang masih jadi perhatian.
Kendati demikian, sampai saat ini belum ada bukti bahwa sel dari manusia, atau pun hewan yang terpengaruh radiofrekuensi terjangkit sel kanker.
10. Jumlah indikator sinyal tak menjamin kualitas lebih baik
Tak sedikit pengguna smartphone yang mengaitkan jumlah batang pada indikator sinyal sebagai penanda kualitas jaringan. Namun, informasi dari indikator sinyal sebenarnya tidak memberikan informasi semacam itu.
Indikator sinyal di smartphone pada dasarnya hanya memberikan informasi mengenai posisi pengguna dengan menara jaringan terdekat. Sementara kualitas jaringan juga dipengaruhi oleh jumlah pengakes internet yang berada dalam satu jaringan.