Benarkah Teknologi Pemindaian berbasis Nuklir Lebih Akurat? – Dalam mendiagnosis penyakit, tidak jarang dokter perlu melakukkan pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dengan demikian, dokter bisa memberikan penanganan yang tepat untuk pengidap, sehingga pengidap pun bisa lebih cepat sembuh. Nah, salah satu pemeriksaan penunjang yang katanya dapat memberikan hasil yang lebih akurat adalah pemindaian dengan teknologi berbasis nuklir. Namun, benarkah demikian? Cek faktanya disini.
Ketika mendengar istilah nuklir, kebanyakan orang akan langsung mengaitkannya dengan bom nuklir yang mematikan. Itulah mengapa masih banyak orang yang merasa takut bila diminta melakukan pemeriksaan dengan teknologi berbasis nuklir, karena mereka mengira sesuatu yang berbau nuklir pasti berbahaya dan bisa berakibat fatal.
Pemindaian berbasis nuklir adalah prosedur yang menggunakan radioaktif terbuka dalam mendiagnosis penyakit. Saat melakukan pemindaian ini, kamu akan disuntikkan sejumlah kecil bahan radioajtuf yang disebut
radiotracers. Zat ini kemudian akan mengalir ke area yang sedang diperiksa, lalu mengeluarkan energi dalam bentuk sinar gamma, sehingga bisa terdeteksi oleh kamera khusus dan komputer. Hasil yang keluar adalah berupa gambar yang menunjukkan bagian dalam tubuh kamu.
Contoh jenis pemindaian berbasis nuklir yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran, antara lain pencitraan medis PET (positron emission tomography), MRI (magnetic resonance imaging), CT-scan (computed tomography), dan masih banyak lagi. Sedangkan teknik diagnostik terakhir yang sedang dikembangkan adalah nano scan-PET.
Dengan adanya teknologi nuklir, kini berbagai jenis kanker, serta gangguan jantung dan pembuluh darah juga bisa dideteksi lokasinya secara tepat, sehingga pengobatan pun bisa lebih efektif. Selain mengidentifikasi lokasi kanker, pemindaian berbasis nuklir juga bisa mengidentifikasi jenis kanker.
Pasalnya, setiap jenis kanker memiliki kecepatan laju pertumbuhan yang berbeda-beda, dan bagian organ tubuh tertentu yang mudah terkena penyebarannya. Dengan mengidentifikasi jenis dan lokasi kanker, dokter bisa mengantisipasi sifat kanker tersebut, sehingga dokter bersama pengidap bisa melakukan rencana pengobatan yang tepat.
Keuntungan Pemindaian Berbasis Nuklir
Di dunia kedokteran, teknologi pemindaian berbasis nuklir dinilai mampu mendiagnosis penyakit dengan lebih akurat dibandingkan cara konvensional. Itulah sebabnya hampir semua rumah sakit di negara maju, termasuk di Indonesia, sudah memiliki unit kedokteran nuklir. Berikut ini alasan mengapa pemindaian berbasis nuklir bisa memberikan hasil yang lebih akurat:
Pemindaian nuklir bisa memberikan informasi unik, termasuk perincian mengenai fungsi dan struktur anatomi tubuh yang seringkali tidak bisa dicapai dengan menggunakan prosedur pemindaian yang lain.
Untuk banyak penyakit, pemindaian berbasis nuklir memberikan informasi yang paling berguna yang diperlukan untuk membuat diagnosis atau menentukan perawatan yang tepat, bila ada.
Pemindaian berbasis nuklir juga mampu mengidentifikasi penyakit pada tahap yang paling awal, bahkan sebelum gejala muncul.
Selain akurat, pemeriksaan dengan teknologi nuklir juga jauh lebih nyaman, murah, dan aman. Paparan radiasi yang diberikan oleh pemindaian tersebut sangat kecil, sehingga tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada kesehatan. Peralatan pemindaian yang digunakan pun juga sudah mengikuti standar keamanan, yaitu standard IAEA (International Atomic Energy Agency) dan juga ICRP (International Commission on Radiological Protection).
Jadi, kamu tidak perlu khawatir untuk melakukan pemindaian berbasis nuklir karena prosedurnya tergolong aman. Terlebih lagi, pemindaian berbasis nuklir bisa memberikanmu hasil yang lebih akurat.
Hingga saat ini sifat sel kanker masih sulit untuk dipahami dan dideteksi, namun penelitian terbaru terkait dengan tes pencitraan nuklir menjanjikan prognosa dan teknik pengobatan yang lebih akurat.
Metode ini menggunakan teknik pencitraan yang mengkombinasikan isotope radioaktif dengan target molekul yang dapat mendeteksi kanker pada tingkat sel. Kemampuannya yang akurat mampu mendeteksi lokasi sel kanker, dapat membantu para dokter membuat diagnosa dini yang lebih baik, kondisi ini memudahkan terapi pengobatan dengan teknologi nuklir secara tepat dan efektif mengidentifikasi dan membunuh sel-sel kanker, namun tidak merusak sel sel sehat di sekitarnya.
Musim panas ini Badan Administrasi Obat (FDA) dan Makanan Amerika Serikat menyetujui dua metode pengobatan terkait, yang pertama adalah metode yang dapat melacak perkembangan sel kanker prostat, sedangkan yang kedua mampu mentargetkan kondisi langka di mana sel-sel neuroendokrin berkembang menjadi tumor. Advanced Accelerator Applications (AAP), perusahaan farmasi asal perancis yang melakukan penelitian dan pengembangan terkait pengujian untuk tumor neuroendokrin, juga menunggu persetujuan dari FDA untuk obat yang disebut Lutathera yang menggunakan teknik yang sama untuk membidik sel sel kanker yang membutuhkan pengobatan, jelas direktur AAP Stefano Buono.
Dikembangkan pertama kali pada tahun 1970 an tehnik pencitraan nuklir (PET scan) digunakan untuk menangkap citra kegiatan metabolisme tubuh, PET scan dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis kanker, selain itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi penyakit Alzheimer dan Epilepsi. Namun seringkali PET scan kurang efektif dalam mendeteksi jenis kanker tertentu, salah satunya adalah kanker prostat, yang mana merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita tertinggi di Amerika Serikat dengan 180.000 kasus baru setiap tahunnya. Ini dikarenakan bahan materi agen pencitraan yang paling sering digunakan, 18F-fluorodeoxy-D-glucose (FDG) menggunakan glukosa untuk mendeteksi sel kanker. Kanker prostat dan beberapa jenis kanker lainnya tidak menggunakan glukosa dalam pengindikasiannya sehingga pencitraan yang dilakukan menjadi tidak efektif.
Pengujian terbaru yang mengkombinasikan material radioaktif dengan reseptor yang bereaksi terhadap hormon dari tumor Neuroendokrin atau pada kasus kanker prostat, asam amino, zat yang menjadi bahan makanan sel-sel kanker tersebut. Hasilnya adalah gambar pencitraan yang lebih baik pada lokasi dari kanker tersebut.