Al Diyakini Mudahkan Tugas HRD, Ini 5 Keunggulannya – Adanya kecerdasan buatan atau artificial Interlligence (Al) memang menjadi terobosan yang berguna untuk melakukan filterisasi sumber daya manusia (SDM). Bahkan, diperkirakan adanya Al pun akan mengubah pola perekruitan karyawan.
Chief Customer Officer Mekari Arvy egadipoera memandang bahwa teknologi kecerdasan buatan akan mendisrupsi bahwa teknologi kecerdasan buatan akan mendisrupsi pengelolaan human resources (HR) secara positif, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kata Arvy, dunia kerja telah mengalami perubahan signifikan, mulai dari penggunaan teknologi saat bekerja hingga bentuk kerja hybrid work. Perubahan perubahan tersebut menuntut HR untuk memanfaatkan sistem dan perangkat yang lebih canggih untuk mengatur talenta didalam perusahaan serta memenuhi kebutuhan karyawan.
“Disini, Al bisa menjadi alat yang digunakan perusahaan untuk berinovasi dibagian perencanaan dan pengelolaan SDM secara strategis,”kata Arvy dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, teknologi kecerdasan buatan akan memajukan cara perusahaan dalam mengelola SDM termasuk mencari, merekrut, hingga mempertahankan karyawan. Hal ini dilakukan dalam sejumlah cara sebagaimana berikut ini.
Memahami karyawan dengan lebih baik
Kecerdasan buatan dapat mengolah data terkait performa dan pola kerja para karyawan untuk memberikan masukan atau pandangan terkait kesejahteraan kerja para karyawan.
Teknologi ini bahkan bisa menganalisa data untuk mendeteksi tanda-tanda employee burnout atau keletihan hingga potensi ketidakpuasan kerja lainnya. Dengan manfaat tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah pencegahan yang perlu dilakukan.
Mengotomatisasi pengerjaan laporan strategis
Kecerdasan buatan memiliki kemampuan bukan saja mengolah data yang banyak, namun juga meramu data menjadi laporan yang mudah dibaca. Hal ini akan meningkatkan efisiensi tim HR dalam menyiapkan laporan strategis.
Dengan efisiensi tersebut, Arvy menilai tim HR dapat lebih berfokus pada tugas utama yaitu merancang dan menjalankan program yang baik bagi kesejahteraan karyawan.
Memperlancar proses rekrutmen
Algoritma cerdas apabila tertanam dalam software HR, hal ini dapat membantu perekrut untuk menganalisa CV dan data kandidat secara cepat sambil mencocokannya dengan kebutuhan dan persyaratan sebuah posisi.
Dengan begitu, perusahaan dan kandidat pun merasa terbantu karena kecerdasan buatan mempercepat terpilihnya kandidat yang serasi dengan tuntutan peran.
KECERDASAN buatan atau Artificial Intelligence (AI) memang telah membantu banyak pekerjaan. Salah satu yang terbantu dengan penggunaan AI ini adalah para HRD yang dapat menyaring proses perekrutan.
Tapi, proses perekrutan yang menjadi mudah ini malah menyusahkan para pelamar. Hal itu setidaknya dialami oleh para pelamar kerja yang ada di Amerika Serikat. Dikutip Business Insider, baru-baru ini mereka merasakan kesulitan melamar pekerjaan yang sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya.
Banyak lamaran yang mereka kirimkan sama sekali tidak terjawab. Padahal sebelumnya mereka setidaknya dapat dengan mudah menerima panggilan hingga akhirnya diterima sebagai karyawan.
“Saya sudah melamar di 200 pekerjaan dan hanya 30 lamaran yang datang dan mengatakan mereka mencari orang lain. Saya benar-benar bingung apa yang terjadi sekarang,” ujar Michael Keach dikutip Business Insider.
Ian Siegel, CEO ZipRecruiter mengatakan saat ini proses pemilihan karyawan memang sangat berbeda dibanding sebelumnya. Dulu pemilihan calon karyawan dilakukan secara konvensional melalui observasi yang dilakukan oleh pihak penyedia pekerjaan.
Saat ini semuanya berbeda karena adanya teknologi AI. Teknologi itu bertanggung jawab menyeleksi seluruh kandidat pelamar pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan kantor.
Jadi proses pemilihannya benar-benar mengandalkan algoritma khusus. Alhasil tidak sembarangan orang yang bisa dipanggil untuk mengikuti tahapan selanjutnya. “Era hadirnya robot-robot yang merekrut para pekerja sudah dimulai dan banyak orang justru tidak sadar itu sudah terjadi,” ujar Ian Siegel.
Society for Human Resource Management mengatakan bahwa isu itu bukan isapan jempol belaka. Saat ini 42 persen perusahaan besar di Amerika melakukan perekrutan karyawan dengan menggunakan AI. Mereka menggunakan kecerdasan buatan seperti HireVue, Harver, hingga Prem.
Tidak hanya untuk penyaringan, beberapa perusahaan bahkan tetap menggunakan teknologi AI di semua tahapan lamaran kerja. Jadi begitu berhasil lolos penyaringan, para pelamar kerja akan melakukan sesi wawancara yang direkam melalui video. Hasil rekaman itu kemudian akan dianalisa lagi secara mendalam dengan teknologi AI.
“Pelamar difilmkan menjawab serangkaian pertanyaan sementara sebuah program atau robot menganalisis ucapan dan ekspresi wajah mereka,” sebut Society for Human Resource Management.
Penggunaan teknologi itu sendiri semakin memperburuk hubungan teknologi AI dengan manusia. Tidak hanya bikin manusia sulit dapat pekerjaan, teknologi AI juga bisa menggantikan manusia dalam bekerja.
Hal itu didasarkan temuan Goldman Sachs baru-baru ini memperkirakan 300 juta pekerjaan di Amerika Serikat dan Eropa dapat digantikan oleh AI.
Salah satu divisi yang memiliki tugas dan bertanggung jawab dalam mengelola karyawan di perusahaan adalah human resource development (HRD). Rincian tugas HRD adalah mengadakan rekrutmen, melakukan pelatihan, menentukan salary, dan memberikan kompensasi. Namun, apakah tugas HRD hanya empat saja?
Jika diajukan pertanyaan seperti itu, tentu saja jawabannya tidak. Tugas HRD adalah sesuatu yang lebih banyak dan lebih kompleks. Lalu, apa saja tugas dan tanggung jawab HRD? Sebelum mengetahuinya, Anda perlu memahami perbedaan HRD dan personalia. Simak selengkapnya di bawah ini.