Seribu Teknologi Pembuka Mimpi – Membaca sepenggal kalimat diatas, kita seakan ikut merasakan kesulitan yang dialami tunanetra. Tunanetra merupakan individu yang memiliki penglihatan lemah dengan akurasi penglihatan kurang dasri 6/60 atau tidak lagimemiliki penglihatan setelah didiagnosis.
Mendegar istilah tunanetra pasti bisa berfikir bahwa kata tersebut identik dengan seseorang yang hanya duduk diam dan tidak bisa melakukan suatu hal hebat. Namun, dibalik keterbatasan itu mereka harus bisa bangkit karena masih ada orang yang peduli.
Barangkali dari mereka merasa dirinya tidak berharga dan kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Padahal ada orang yang bisa membantu mereka untuk mewujudkan kemampuan yang dimilikinya dengan membuat alat yang bisa memudahkan mereak dalam beraktifitas.
Sebelumnya, sudah ada beberapa orang yang mencoba membuat sebuah teknologi untuk memudahkan tunanetra dalam mengasah potensi yang ada dalam dirinya. Mereka berupaya membuat tongkat mulai dari klasik hingga tongkat dengan desain modern yang bisa memudahkan para tunanetra. Salah satunya yaitu Sutarsi Suhaeb pada tahun 2016 yang berusaha menciptakan alat berupa tongkat elektronik yang berbasis Sensor Ultrasonik Dan Mikrokontroler Atmega8535. Kemudian kami memperbarui inovasi yang sudah ada sebelumnya dengan menambahkan sensor pulse dan sensor inframerah.
novasi sensor pulse dan inframerah dapat dikategorikan sebagai robot machine. Hal ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, disini kami mengaplikasikan sensor inframerah yang berfungsi untuk mengeluarkan suara berupa peringatan saat terdapat penghalang di depan tunanetra. Cara kerja sensor Inframerah adalah dengan memanfaatkan pantulan inframerah dari pemancar (transmitter). Ketika ada objek di depan sensor inframerah, maka sinar inframerah dari pemancar akan terhalang oleh benda serta akan dipantulkan menuju penerima.
Saat objek terdeteksi oleh sensor, maka dapat menghasilkan output berupa suara yang akan memudahkan tunanetra. Jadi, saat tunanetra berjalan dan di depannya ada batu atau balok kayu misalnya, maka tongkat elektrik ini akan mengeluarkan suara sehingga tunanetra bisa menghindari batu atau balok kayu tersebut. Dengan adanya tongkat ini, para penyandang tunanetra tidak akan merasa kesulitan lagi dalam melakukan aktifitasnya. Sehingga tunanetra tidak akan menutup diri dan memiliki semangat untuk berbaur dengan yang lain. Selain itu, mereka dapat menunjukkan kemampuan dan bangkit dari keterpurukan.
“Keberanian untuk bangkit”.
Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno mengatakan bahwa, “The conquering of fear is the beginning of wisdom.” Artinya, Kemampuan menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan. Orang yang mempunyai keberanian mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Beberapa motivasi yang harus didengar dan ditanamkan dalam hati para tunanetra yaitu bahwa dirinya harus berani, banyak orang yang mendukungnya, tidak ada yang akan menertawakannya. Tunanetra harus mampu mengusir rasa takut dan kegelisahannya, dengan begitu tunanetra mampu untuk bangkit dan meraih mimpi-mimpi yang selama ini hanya menjadi angan-angan belaka.
Salah satu kisah dari tunanetra yang berhasil mewujudkan mimpi mereka adalah Marla Runyan. Keadaan tersebut tidak membuat ia menjadi putus asa melainkan ia berusaha beradaptasi dan tetap bekerja keras. Pada dasarnya, Marla Runyan suka berolahraga kemudian memutuskan untuk menjadi atlet lari. Ia memperoleh banyak penghargaan dalam dunia olahraga yaitu pernah menjadi juara nasional lari wanita 5000 meter, meraih 4 medali emas, dan meraih medali perak pada perlombaan tolak peluru. Hal ini membuktikan bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh tunanetra tidak membatasi potensi yang ada dalam diri mereka.
New York Sebuah mesin bisa membaca mimpi seseorang ketika sedang tidur. Mesin tersebut diciptakan ilmuwan dari Amerika Serikat. Menurut peneliti, mesin tersebut begitu kuat sehingga bisa menampilkan gambar dari otak seseorang di layar.
Data dari pemindai otak digunakan untuk mendeteksi dan merekonstruksi gambar wajah orang yang dipikirkan. Para peneliti percaya, teknologi yang sama juga bisa digunakan di masa depan untuk merekonstruksi gambar dari ingatan, imajinasi, dan mimpi seseorang.
Seperti dilansir Foxnews, Senin (19/5/2014), mesin tersebut kemungkinan bisa juga digunakan untuk mengumpulkan gambar kejahatan dari pikiran saksi.
“Metode kami menghasilkan rekonstruksi akurat wajah dari saraf,” Alan Cowen, seorang Neuroscientist dari University of California, Berkeley. Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal NeuroImage .
Pada penelitian tersebut, enam relawan menampilkan 300 wajah ketika mereka discanner dengan MRI. Kemudian ilmuwan menganalisa bagaimana otak merespons puluhan fitur wajah yang berbeda, termasuk rambut pirang dan mata biru hingga kulit gelap dan berjenggot.
Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa semua proses yang dilalui manusia berhubungan dengan saraf dan pikiran serta perasaan hanyalah pola kompleks dari reaksi kimia.
Rekonstruksi tidak didasarkan pada gambar yang sebenarnya , tetapi pada bagaimana gambar dirasakan oleh otak subjek. Jika orang autis melihat wajah berbeda, perbedaan akan muncul dalam rekonstruksi pemindaian otak.
Pembacaan otak ini tak bagus untuk menentukan jenis kelamin dan warna rambut. Sekitar dua per tiga dari rekonstruksi secara jelas mendeteksi jenis kelamin dan hanya setengahnya yang mendapatkan gambar warna rambut dengan benar.
Cowen dan rekan-rekannya, Brice Kuhl dari New York University dan Profesor Marvin Chun dari Yale , meyakini bahwa mengekstraksi gambar wajah adalah langkah pertama untuk menghasilkan teknologi canggih yang membaca pikiran.
Cowen meyakinkan publik bahwa teknologi tak memungkinkan mereka memaksa mengambil informasi dari subyek. “Teknologi ini hanya bisa membaca bagian aktif dari otak. Jadi Anda tidak bisa membaca kenangan pasif – Anda harus membuat orang membayangkan memori untuk membacanya,” kata Cowen.