Pria di Mojokerto Ciptakan Berbagai Alat Teknologi Tepat Guna – Seorang pria di Mojokerto mampu merakit atau membuat berbagai macam mesin teknologi tepat guna (TTG). Antara lain mesin pengaduk dodol, pemeras santan, pemecah kopi, hingga roasting lengkap dengan alat cooling down.
Ia adalah Muhammad Anwar, warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Pria 32 tahun itu mampu memproduksi mesin dan menjualnya hingga pasar internasional seperti ke Timor Leste. Keuntungan yang didapat pun mencapai ratusan juta rupiah.
Anwar memproduksi mesin mesin berbahan stainless pilihan di bengkel seluas 6×15 meter persegi. Ia dibantu delapan karyawan.
Ayah dua anak ini awalnya masuk dunia industri TTG sejak 2016. Setelah sebelumnya memberanikan diri keluar dari tempat kerjanya di Surabaya. Pertama, ia membuat alat peras santan yang dihargai Rp 5 juta perunit.
“Awal dulu produksi peras santan, banyak permintaan soalnya. Penjualannya sudah sampai Gorontalo, Makassar, dan Papua,” ujar Anwar saat di bengkel, Kamis (20/10/2022).
Sedangkan untuk alat roasting kopi senilai Rp10 juta, diproduksinya mulai sejak 2019. Pengerjaannya membutuhkan waktu minimal tiga hari.
Produksi alat roasting kopi semakin meningkat justru saat pandemi Covid-19 pada 2019 hingga saat ini. Pasalnya, banyak karyawan pabrik yang di PHK hingga memilih berjualan kopi dan memesan alat roasting miliknya.
Pemasarannya diminati wilayah Jawa Tengah, DKI Jakarta, hingga permintaan prototype di pasar mancanegara Timor Leste.
“Kecil, satu sampai dua hari. Kalau besar minimal tiga hari. Untuk desain dari kami semua. Jadi tergantung permintaan pelanggan,” ungkapnya.
Berkat keuletan dan ketelatenannya di dunia industri TTG, Anwar sudah menelurkan banyak alat untuk UMKM, pertanian dan peternakan. ia juga mampu memenuhi kehidupan keluarganya, membeli sebidang tanah, dan berencana mendaftarkan diri berangkat umrah dan haji bersama istri dan orang tuanya.
“Alhamdulillah, buat saya produksi alat-alat ini harus bermanfaat. Jadi untuk menghasilkan alat TTG, saya melakukan konsultasi dengan pemesan. Biar sama-sama tidak merugikan,” pungkasnya.
Produksi alat roasting kopi semakin meningkat justru saat pandemi Covid-19 pada 2019 hingga saat ini. Pasalnya, banyak karyawan pabrik yang di PHK hingga memilih berjualan kopi dan memesan alat roasting miliknya.
Pemasarannya diminati wilayah Jawa Tengah, DKI Jakarta, hingga permintaan prototype di pasar mancanegara Timor Leste.
“Kecil, satu sampai dua hari. Kalau besar minimal tiga hari. Untuk desain dari kami semua. Jadi tergantung permintaan pelanggan,” ungkapnya.
Berkat keuletan dan ketelatenannya di dunia industri TTG, Anwar sudah menelurkan banyak alat untuk UMKM, pertanian dan peternakan. ia juga mampu memenuhi kehidupan keluarganya, membeli sebidang tanah, dan berencana mendaftarkan diri berangkat umrah dan haji bersama istri dan orang tuanya.
“Alhamdulillah, buat saya produksi alat-alat ini harus bermanfaat. Jadi untuk menghasilkan alat TTG, saya melakukan konsultasi dengan pemesan. Biar sama-sama tidak merugikan,” pungkasnya.
KEGIGIHAN Mochammad Anwar, 32, dalam menghadapi gempuran Covid-19 lalu perlu diacungi jempol. Berbekal skill mumpuni, dia mampu menciptakan berbagai Teknologi Tepat Guna (TTG) beromzet ratusan juta.
Selama ini ada berbagai TTG yang dibuat. Mulai dari rajang kripik, giling bumbu, mixer adonan, mesin pertanian dan peternakan, hingga container booth. Termasuk, mesin pemeras santan dan roasting lengkap dengan alat cooling down-nya. ’’Dari berbagai TTG yang kami buat, yang paling laris pemeras santan dan roasting. Produk itu memang jadi andalan,’’ ungkap pria lulusan SMA ini.
Benar saja, minggu ini saja dia harus menyelesaikan 20 pesanan dari konsumen berbagai daerah. Masing-masing dari Kalimantan 10 unit pemeras santan, 6 unit mesin roasting dari Makasar serta 4 unit ibu kota Jakarta. ’’Dikirim minggu depan, makanya ini kita lagi proses produksi,’’ tegasnya.
Mesin-mesin itu dibikin di bengkel sederhana di desa tempat tinggalnya, Dusun Geneng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Setiap hari, mulai pagi hingga sore Anwar bersama dengan delapan pekerjanya membuat berbagai alat TTG tersebut. Mereka punya keahlian masing-masing. Mulai memotong, mengelas, dan membubut besi untuk pelengkap peralatan. Harganya pun bersaing dan tak menguras kantong.
Untuk mesin kapasitas 5 kg kopi, dia banderol Rp 5 juta. Pun demikian dengan peras santan dengan kapasitas 30-70 kg/jam dia jual Rp 7 juta. ’’Harga ini kalau dibandingkan di pasaran pada umumnya lebih murah. Sedangkan kualitas sama,’’ tuturnya.
Kendati begitu, bapak satu anak ini mengaku, proses ini tak semuda membalikkan telapak tangan. Bahkan, di awal produksi dia tak punya modal. Sehingga tiap customer yang pesan harus membayar uang muka terlebih dulu. ’’Di awal-awal dahulu DP 50 persen dari harga barang, baru kita kerjakan. Dan DP itu sudah jadi mesin. Kalau modal awal ya hanya alat mesin las dan gerinda selebihnya, ya, skill,’’ bebernya.
Mesin berteknologi modern buatannya ini tak kalah dengan produk pabrikan. Terbukti, makin ke sini orderan terus mengalir. Menjamurnya kedai kopi memang jadi peluang tersendiri. Baik dari pelaku UMKM, distributor, hingga sektor pemerintah dari luar daerah. Konsumen produk Anwar datang dari berbagai belahan nusantara. Tak terkecuali dari Timor Leste.
Kini omzetnya capai ratusan juta tiap bulannya. ’’Jika orderan ramai omzet bisa diangka Rp 200 juta. Dan Alhamdulillah, untuk bulan depan, juga sudah ada indent 50 unit-an dari distributor dari Surabaya. Ada mesin penepung 40 unit dan juga roasting kopi 10 unit,’’ ujarnya merinci pesanan.