Tanda Gangguan Perkembangan Motorik Balita, Waspada! – Setiap orang tua pasti pernah merasa khawatir dengan gangguan perkembangan motorik balita, apalagi kalau melihat anak seusianya yang sudah lebih dulu bisa melakukan berbagai hal. Apa Bunda juga begitu?
Walau kecepatan tumbuh kembang setiap anak berbeda, sebenarnya Bunda tidak perlu khawatir bila tonggak pencapaian motorik balita tercapai tepat pada waktunya.
Meski perkembangan motorik balita memang berbeda di setiap anak, tentunya Bunda sebagai orang tua juga harus mendukung dan membantu untuk mengembangkan motorik Si Kecil melalui sistem imunnya.
Sistem imun yang baik sejalan dengan perkembangan motorik anak yang baik juga, lho Bunda. “Sistem imun yang baik akan memiliki kemampuan secara motorik halus dan kemampuan motorik yang lebih baik dibanding anak yang sakit-sakitan,” jelas dr. Margaret Komalasari, Sp.A (Dokter Spesialis Anak).
Tanda Gangguan Perkembangan Motorik Balita, Waspada!
Dalam acara bertajuk Optimalkan Periode Winning Window dengan Dukung Imunitas serta Kemampuan Motorik dan Kognitif Anak yang diselenggarakan oleh Nutrilon Royal pada 9 Agustus 2022..
Meski begitu, Bunda tidak boleh mengabaikan tanda gangguan perkembangan motorik balita seperti:
Ini dia Moms tanda-tandanya. Waspada, ya!
1. Belum Bisa Berjalan di Usia 18 Bulan
Usia balita sudah 18 bulan tapi masih saja merangkak atau menyeret tubuhnya untuk berpindah tempat?
Sebaiknya Moms periksakan Si Kecil ke dokter untuk memastikan tidak ada tanda gangguan perkembangan motorik pada balita akibat kondisi merendahnya tegangan otot (hipotoni) atau meningkatnya ketegangan otot (hipertoni).
2. Gerakan Tubuh Terlihat Terlalu Kaku Atau Terlalu Lemas
Nah, tanda gangguan perkembangan motorik pada balita yang satu ini juga masih berhubungan dengan kondisi hipotoni dan hipertoni diatas, Moms.
Pada balita yang memiliki kondisi hipotoni, tubuh dan gerakannya terlihat terlalu lemas bila dibandingkan anak seusianya.
Ini membuat mereka sulit bergerak secara efisien, sering kehilangan keseimbangan, memiliki koordinasi tubuh yang kurang baik, serta lambat bereaksi.
Sebaliknya, balita yang memiliki kondisi hipotoni biasanya memiliki tubuh dan gerakan yang terlihat kaku.
Akibat otot yang terlalu tegang, mereka sering kesulitan melepaskan barang dalam genggaman, mengubah posisi, atau berpindah tempat.
3. Terlihat Ceroboh dan Kurang Koordinasi
Sebenarnya wajar kok Moms, kalau balita masih sering terjatuh dan ceroboh.
Yang harus diwaspadai sebagai tanda gangguan perkembangan motorik balita adalah ketika perilaku ceroboh bertambah parah atau Si Kecil mendadak menjadi sangat ceroboh.
Kecerobohan anak yang bertambah parah karena otot lemah dan kurangnya kendali motorik bisa menjadi tanda adanya kondisi cerebral palsy ringan.
Sedangkan kecerobohan yang muncul secara mendadak dan bertambah parah bisa menjadi tanda adanya gangguan degeneratif atau progresif seperti distrofi otot atau radang sendi.
4. Bergerak Sangat Dominan Dengan Satu Sisi Tubuh Saja
Sebagai bagian dari perkembangan motorik balita, diantara usia satu dan dua tahun biasanya Moms sudah bisa melihat sisi tangan yang dominan digunakan oleh balita.
Selama balita masih bisa menggunakan sisi tubuh yang lain dengan seimbang, maka kondisinya masih termasuk normal.
Namun beda ceritanya jika pergerakan motorik hanya dominan pada satu sisi tubuh dan balita terlihat enggan atau tidak bisa menggunakan sisi lainnya.
Bisa jadi itu adalah tanda dari kondisi hemiplegia atau kekakuan otot pada satu sisi tubuh.
5. Kemampuan Motorik Balita Malah Cenderung Menurun
Di masa pertumbuhan, perkembangan motorik balita seharusnya menunjukkan peningkatan yang konsisten.
Misalnya saja, balita mulai merangkak dan mencoba berdiri sendiri di usia 12 bulan dan sudah lancar berjalan di usia 18 bulan.
Yang patut diwaspadai sebagai tanda gangguan perkembangan motorik balita adalah ketika kemampuannya menurun drastis dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Contohnya ketika balita jadi tidak lagi bisa mengayuh sepeda meski dia sudah bisa melakukannya sejak 4 bulan sebelumnya.
Walau kecepatan tumbuh kembang setiap balita itu tidak sama, Moms selalu bisa menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan WHO sebagai acuan.
Perkembangan Motorik Balita
Nah, Moms, gangguan perkembangan motorik balita memang bisa saja terjadi. Tapi, untuk menghindarinya perlu adanya usaha orang tua dalam mencegahnya yaitu dengan mengoptimalkan sistem imun anak.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas sistem imun yang baik berdampak juga terhadap motorik dan kognitif Si Kecil. Kekebalan tubuh yang baik berdampak pada kemampuan motorik balita.
“Perkembangan motorik dan kognitif berjalan searah. Ketika si Kecil belajar gerakan motorik, perkembangan kognitif juga dimulai. Bahkan bila anak mengalami keterlambatan atau defisit dalam keterampilan motorik kasarnya, maka hal ini dapat berdampak pada perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu, intervensi sejak dini sangat penting untuk memperbaiki efek gangguan motorik pada area pertumbuhan lainnya seperti pembelajaran atau perkembangan sosial anak,” kata dr. Margareta.
dr. Margareta pun menambahkan bahwa daya tahan tubuh balita yang baik dapat membantu Si Kecil untuk mengembangkan keterampilan motorik halus sebesar 26 persen lebih baik dan memiliki nilai kognitif 3 poin lebih tinggi.
Agar Moms lebih paham, berikut perbedaan motorik kasar, motorik halus, dan perkembangan kognitif.
1. Motorik Kasar
Motorik kasar berupa kegiatan-kegiatan berikut:
- Merangkak
- Duduk
- Berjalan
- Melompat
2. Motorik Halus
Motorik halus berupa kegiatan-kegiatan seperti:
- Menggambar
- Menulis
- Menggunting
- Keterampilan dengan tangan lainnya
3. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif terkait dengan semua aktivitas mental sehingga anak mampu menghubungkan serta menilai suatu peristiwa yang dihadapinya.
Untuk membantu perkembangan kognitif anak, orang tua harus memberikan bekal yang baik untuk Si Kecil, seperti pemberian nutrisi-nutrisi seimbang yang mendorong kemampuan kognitifnya.
Nutrisi yang mendorong kemampuan kognitif Si Kecil bisa berupa FOS:GOS, Omega 3, Omega 6 dan DHA.
Namun tidak hanya dari makanan dan nutrisi saja, Moms. Sebagai orang tua penting untuk memberikan stimulasi bagi Si Kecil agar ia bisa belajar mengembangkan kemampuan motoriknya sekaligus bisa terhindar dari gangguan perkembangan motorik balita.
“Kita (orang tua) perlu melakukan stimulasi sejak dini terutama mengoptimalkan periode sensitif yaitu usia 0-8 tahun dengan memberikan stimulasi yang tepat,” ungkap Saskhya Aulia Prima, M.Psi., selaku Psikolog Anak & Keluarga sekaligus Co-founder Tiga Generasi.
Ada beberapa stimulasi yang direkomendasikan nih, Moms, agar Moms bisa menstimulasi kognitif Si Kecil. Berikut beberapa stimulasinya.
- Attention, yaitu mengajarkan Si Kecil untuk memiliki kemampuan dalam mengarahkan perhatiannya terhadap sesuatu.
- Focus, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulai sampai akhir.
- Memory, yaitu kemampuan dalam mengingat sebuah peristiwa dan kejadian hingga benda atau orang.
- Languange, kemampuan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang tepat.
- Psychomotor, keterampilan jasmani yang terkait dengan kegiatan fisik Si Kecil.
- Logic, kemampuan untuk menganalisa informasi.
- Reasoning, kemampuan untuk memahami dan mengembangkan proses berpikir secara kreatif dan kritis.
- Decision making, kemampuan dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisa yang sudah dibuatnya terlebih dahulu.
Nah, itu dia Bunda informasi seputar tanda gangguan perkembangan motorik balita yang perlu Bunda ketahui beserta informasi seputar perkembangan motorik balita yang juga memliki kaitannya dengan sistem imun.