Platini tak percaya Teknologi – Presiden UEFA, Michel Platini, mengaku dirinya sangat anti terhadapa penggunaan teknologi dalam sepabola. Ia pun mengaku lebih ingin menambah jumlah wasit di dalam lapangan ketimbang menggunakan bantuan teknologi.
Sebelumnya, banyak pihak mengusulkan penggunaan teknologi agar wasit mudah membuat keputusan, terutama soal goal hantu. Naum, pada akhirnya, Platini justru melakukan penambahan wasit dalam sepakbola Eropa. Wasit wasit tambahan tersebut bekerja didekat gawang. Hasil penambahan wasit itu pun cukup bagus.
Mantan bintang Timnas Prancis ini pun mengatakan bahwa penambahan wasit lebih baik ketimbang penggunaan teknologi untuk membantu membuat keputusan keputusan penting dalam sepakbola.
“Dulu, ketika saya menjadi Presiden UEFA, saya membayangkan kita menambah jumlah wasit
Lebih banyak mata yang ada di lapangan untuk mengawasi jalannya laga. Mengapa? Kita semua bermain sepakbola. Kita tahu mustahil bagi satu orang untuk mengawasi semuanya. Pada akhirnya, sudah jelas bahwa lebih banyak mata yang ada di lapangan lebih baik. Mungkin manusia memang tak sempurna, namun sama saja dengan teknologi. Bagi saya, keduanya tak ada yang sempurna,” bebernya seperti dilansir Soccerway.
“TV tak selalu memberikan Anda pandangan yang jelas. Inilah keputusan saya. Saya anti teknologi. Saya tak percaya pada teknologi,” tegas Platini.
Presiden Federasi Sepak Bola Eropa Michel Platini tidak menganggap kemampuan striker Juventus Alessandro Del Piero dalam melakukan tendangan bebas sebagai suatu yang luar biasa.
Hampir semua gol yang dicetak Del Piero musim ini tercipta melalui bola mati, khususnya tendangan bebas. Hingga pekan ke-18, Del Piero sukses melakukan enam kali tendangan bebas, dan karya terakhirnya dilesakkan ke gawang Siena pada lanjutan Serie A, Minggu (11/1).
Namun Platini menganggap pencapaian Del Piero sebagai hal yang wajar. Mantan pemakai nomor 10 Juventus tersebut menyatakan Del Piero bisa melakukan hal tersebut karena kemajuan teknologi.
Platini percaya jika Del Piero melakukan tendangan bebas dengan menggunakan bola yang digunakan saat zaman Platini masih bermain, peluang Del Piero untuk mencetak gol sangat tipis.
“Dengan bola yang digunakan saat ini, ketika Anda bermain dengan tempo tinggi Anda akan memiliki kesulitan untuk mengontrol bola di udara. Di masa saya bermain, bola seperti itu tidak ada dan semua pelanggaran tidak pernah terjadi di sekitar area penalti,” cetus Platini.
Ketika ditanya mengenai tendangan bebas Del Piero, Platini hanya menjawab, “Apakah tendangan bebas ini spektakuler? Ya, sebuah gol tetaplah gol”.[S2]
Zurich (Antara Babel) – Komite banding FIFA, Rabu, mengurangi skors terhadap Sepp Blatter dan Michel Platini menjadi enam tahun, namun mempertahankan bahwa kedua orang itu bersalah melanggar etika.
Hasil banding ini diumumkan saat Sekretaris Jenderal UEFA, Gianni Infantino, dan pemimpin sepak bola Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa meruncingkan rivalitas mereka untuk mengambil alih posisi pemimpin di badan sepak bola dunia yang dihantam skandal ini, dalam pengambilan suara pada Jumat.
Skors terhadap Blatter, presiden FIFA selama 17 tahun, dan presiden UEFA Platini dikurangi dari delapan tahun menjadi enam tahun oleh komite banding.
Keduanya dinyatakan bersalah akibat adanya konflik kepentingan, ketika Blatter menerima pembayaran senilai dua juta euro dari Platini pada 2011 untuk pekerjaan konsultasi tanpa kontrak yang telah selesai satu dekade sebelumnya.
Legenda sepak bola Prancis Platini difavoritkan untuk mengambil alih jabatan Blatter, namun skors yang dijatuhkan menghancurkan harapannya.
“Banding Tuan Platini dan Tuan Blatter telah diselesaikan,” kata komite etik dalam pernyataannya.
Namun pihaknya menentukan bahwa pengadilan etika FIFA tidak memperhitungkan “faktor-faktor pengurang yang kuat” ketika menentukan sanksi delapan tahun.
“Komite banding mempertimbangkan bahwa aktivitas-aktivitas Tuan Platini dan Tuan Blatter dan jasa-jasa yang telah mereka berikan kepada FIFA, UEFA, dan sepak bola secara umum selama bertahun-tahun semestinya menjadi pengakuan yang layak sebagai faktor pengurang.”
Blatter dan Platini kembali membayang-bayangi upaya baru FIFA untuk membalikkan halaman dari masa lalu yang tercoreng skandal pada pemilihan Jumat.
Polisi menyerbu kongres FIFA pada Mei silam sebelum Blatter terpilih untuk masa jabatan kelimanya. Ia mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri empat hari kemudian.
Kini 39 pejabat dan eksekutif sepak bola menghadapi dakwaan di AS terkait lebih dari 200 juta dolar dalam pembayaran penyuapan untuk kesepakatan-kesepakatan sepak bol.
Dengan absennya Platini, Infantino dan Salman, presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memimpin lima kandidat pada persaingan untuk menjadi presiden baru.
Pertarungan terlihat begitu ketat pada fase-fase akhir. Namun pemilihan menghadirkan drama baru ketika Pangeran Ali bin Al Hussein menemui Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS) pada Senin, dalam upayanya meminta FIFA menerapkan bilik pengambilan suara yang transparan.
Para pengacara sang pangeran telah berkata bahwa pengambilan suara berpeluang ditunda.
CAS mengatakan permintaan pangeran Yordania itu, yang merupakan mantan wakil presiden FIFA, telah “ditolak.”
Dan Pangeran Ali, yang mengeluarkan dana pribadi untuk pengadaan bilik suara transparan untuk dikirim ke Zurich, mundur dari upaya untuk menunda pemilihan.
“Satu-satunya aspek positif dari peraturan hari ini adalah bahwa sekarang pemilihan akan berlangsung sesuai yang direncanakan, dan media akan mengamatinya secara cermat untuk bukti apapun bahwa seseorang memfoto surat suara mereka,” kata sang pengeran dalam pernyataannya.
Surat suara FIFA semestinya besifat rahasia namun Pangeran Ali dan kandidat lain. Jerome Champagne, mantan eksekutif FIFA, telah menaikkan kecurigaan bahwa sebagian delegasi akan memfoto surat suara mereka sebagai bukti mereka menepati janjinya untuk mendukung salah satu kandidat.
Suara janjikan pergeseran
AFC, dengan 47 suara, dan 54 anggota Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) menyatakan pihaknya akan mendukung Sheikh Salman, anggota senior keluarga kerajaan Bahrain berusia 50 tahun.
Namun sambil memulai lobi-lobi terakhir di Zurich, Infantino mengatakan kepada AFP bahwa ia meyakini dirinya telah mendapatkan suara dari kubu Afrika. Infantino telah melakukan kunjungan ke Afrika sebelum menghadapi kongres.
“Saya percaya diri dan saya memiliki alasan untuk semakin percaya diri,” kata Infantino. “Diskusi-diskusi yang telah saya lakukan dengan para presiden federasi Afrika sangat meyakinkan.”
Infantino mengatakan ia memiliki program reformasi dengan “proposal-proposal yang sangat kongkret, khususnya untuk Afrika.”
Infantino telah menjanjikan pendanaan lebih kepada 209 anggota FIFA menjadi lima juta dolar setiap empat tahun, dari sekarang yang berjumlah dua juta dolar AS.
Para rival termasuk Sheikh Salman mengatakan rencananya itu dapat membuat FIFA bangkrut.
Sheikh Salman dengan tegas menolak klaim-klaim yang dikeluarkan parlemen Britania pada Selasa oleh pembuat undang-undang Damian Collins, bahwa dirinya terlibat skandal “pembelian suara” ketika terpilih sebagai ketua AFC pada 2013.
Collins, anggota Partai Konservatif yang sedang berkuasa di Britania dan berkampanye untuk pemerintahan yang lebih baik dalam olahraga, mengatakan terdapat “dasar dugaan yang kuat untuk mencurigai” bahwa delegasi Republik Kirgistan memberikan suara di pemilihan AFC kepada Sheikh Salman karena meyakini bahwa mereka akan mendapatkan “dukungan keuangan yang signifikan” untuk proyek-proyek sepak bola dari Dewan Olimpiade Asia (OCA). OCA dipimpin sekutu sang sheikh.
“Sheikh Salman tidak dan tidak mengetahui apapun mengenai bujukan penawaran, atau pembayaran apapun yang dilakukan oleh OCA terhadap asosiasi sepak bola manapun dan tentu saja tidak ada bukti yang ada untuk memperlihatkan kasus ini.”
Sang sheikh juga menepis tudingan-tudingan adanya pelecehan terhadap hak asasi manusia pada protes-protes pro demokrasi di Bahrain pada 2011.
Meski hasil pada pemilihan Jumat masih meragukan, sang sheikh mendapat pukulan baru ketika komite eksekutif FIFA merekomendasikan, Rabu, Indonesia dan Kuwait tidak dapat mengikuti pengambilan suara pada Jumat. Keduanya diskors FIFA karena intervensi pemerintah di sepak bola.