Negara di Eropa yang jadi favorit investor teknologi – Britania ternyata masih menjadi tujuan utama bagi investor teknologi internasional di negara negara Eropa. Tercatat, hampir tiga kali lipat investasi yang dibenamkan oleh pemodal ventura dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Itu setidaknya hasil laporan Reuters, Senin (11/6), yang ditulis berdasarkan dari studi sebuah lembaga.
Melihat dari skala investasi yang besar itu, maka tidak bisa dimungkiri bahwa perusahaan perusahaan teknologi di London telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital nasional. Setidaknya telah ada lebih 80 % dana dari pemodal ventura yang ditanamkan disana.
Sejak keputusan untuk meninggalkan Uni Eropa, menurut angka dari London dan Partners, perusahaan teknologi disana telah menerima lebih dari 50 miliar pound sterling atau Rp 93 triliun dalam pendanaan modal ventura. Ini artinya nilai tersebut lebih tinggi dari Perancis Jerman, dan Swedia. Bahkan jika investasi dari ketiga negara itu digabungkan, masih lebih tinggi
Perusahaan-perusahaan besar asal Amerika Serikat termasuk Amazon.com, Facebook dan Google telah meningkatkan operasi mereka di Britania sejak referendum.
“Sektor teknologi di London adalah sumber penting lapangan kerja dan perkembangan ekonomi kota ini. Dan sangat penting bahwa kami harus terus memastikan dapat menarik bakat dan investasi terbaik dari seluruh dunia setelah Brexit,” ucap Walikota London Sadiq Khan.
Pada minggu depan, di sana juga akan diadakan London Tech Week 2018. Dalam acara itu, lebih dari 50.000 pengusaha, investor, dan pemimpin teknologi dunia dijadwalkan akan hadir. Beberapa ranah di sektor teknologi yang berkembang cepat di negara tersebut adalah kecerdasan buatan, keamanan siber, dan finansial teknologi.
Meskipun sudah keluar dari Uni Eropa, tetapi Britania Raya masih memikat dana dari para investor teknologi.
Dilansir Reuters, Senin (11/6/2018), Britania Raya menarik tiga kali lipat investasi pemodal ventura dibandingkan negara Eropa lain.
Para perusahaan teknologi London juga memberikan kontribusi pada ekonomi digital yang signifikan di Britania Raya.
Tercatat, secara keseluruhan 80 persen dana pemodal ventura diinvestasikan pada sektor tersebut sejak Referendum Uni Eropa pada 2016 lalu.
Menurut data London & Partners, perusahaan-perusahaan teknologi Britania memperoleh lebih dari 5 miliar poundsterling atau sekitar Rp 93 triliun. Jumlah tersebut melewati pendapatan di Jerman, Prancis, dan Swedia.
Tidak hanya pemodal ventura, perusahaan besar Amerika Serikat (AS) seperti Amazon, Facebook, dan Google juga meningkatkan operasi mereka di Britania semenjak referendum.
Beberapa ranah di sektor teknologi yang berkembang cepat di negara tersebut adalah Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence, AI), keamanan siber, dan Teknologi Finansial (Financial Technology, Fintech).
“Sektor teknologi London adalah sumber penting lapangan kerja dan perkembangan ekonomi kota ini,” ucap Walikota London Sadiq Khan.
Ia pun berkomitmen untuk terus menarik talenta terbaik serta investasi dari seluruh dunia ke kotanya setelah terjadinya Brexit.
Perindustrian Indonesia Juga Fokus pada Teknologi
Perkembangan inovasi teknologi pada Revolusi Industri 4.0 di seluruh dunia yang pesat membuat sebagian orang waswas karena pekerjaannya terancam otomatisasi.
Hal ini menjadi tugas bagi pihak pemerintah untuk memastikan rakyat dapat menikmati teknologisecara optimal. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Airlangga Hartanto mengajak publik untuk jernih menyikapi laju transformasi dunia digital di sektor pekerjaan.
“Apakah teknologi digital mengurangi lapangan kerja? Jawabannya terbalik, justru ini menciptakan lapangan kerja,” ujar Airlangga di acara Inspirato Liputan6.com.
“Di balik robot ada manusia, dibalik platform eCommerce ada call center, ada software programmer, ada customer service, dan banyak hal, sehingga totally create job.”
Airlangga sadar beredarnya berita tidak mengenakan tentang ancaman lowongan pekerjaan yang akan dicuri robot, tetapi ia mengajak agar menyongsong perkembangan dunia digital dengan semangat inovatif.
“Jangan kena stigma teknologi itu mengurangi opportunity (kesempatan untuk kerja), yang kita lihat teknologi meningkatkan produktivitas dan menambah opportunity,” jelasnya.
Lebih lanjut, Airlangga turut mengatakan kunci keberhasilan di Indonesia adalah kemampuan manusia, apalagi populasi Indonesia yang besar dapat menjadi ladang subur untuk eCommerce.
Pemerintah pun menyiapkan langkah agar lebih siap terhadap perkembangan teknologi di Revolusi Industri 4.0.
“Selain menyiapkan SDM, juga menyiapkan birokrasi, retraining, reskilling sehingga mengantisipasi perkembangan yang ada dan memanfaatkannya, dan dipersiapkan agar anak muda istilahnya menjadi digital savvy,” tukasnya.
Program Making Indonesia 4.0
Airlangga juga menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah menyiapkan roadmap untuk memperkuat posisi Indonesia di Revolusi Industri 4.0.
“Untuk roadmap industri 4.0. Kemarin sama Pak Jokowi sudah launching program sampai dengan 2030, namanya Making Indonesia 4.0,” ungkap Airlangga.
Ia menyebut akan ada beberapa sektor yang disorot, yaitu elektronik, makanan-minuman, otomotif, chemical, tekstil, clothing dan footwear.
“Kita fokus pada eCommerce yang punya program inclusive untuk e-smart UKM. Cluster-cluster industri diberi pelatihan untuk aktif di eCommerce, dan kami membantu industri mempunya standar dan kualitas,” terang Airlangga.
Bukan hanya itu, Kemenperin juga mengajak publik untuk aktif di Techno Park yang dibangung di berbagai daerah Indonesia.
“Kita punya Techno Park, ada di Batam, di Bumi Serpong Damai (BSD), kemudian di Bandung, Makassar, dan Bali. Itu silahkan dipakai,” ajaknya.
Airlangga menyebut walaupun Artificial Intelligence atau Virtual Reality sedang populer, tapi manusia tetap membutuhkan sesuatu yang bersifat fisik, seperti juga obat-obatan, berlian, dan makanan. Lalu, manusia tinggal memakai teknologi untuk menunjang hal-hal tersebut agar lebih pas dengan kebutuhan.