Basril Abbas, Periset Teknologi Radiasi Tulang Terima Anugerah Kekayaan Intelektual BRIN – Periset Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) BRIN, Basril Abbas menerima Anugerah kekayaan intelektual (AKI) dalam acara puncak hari ulang tahun BRIN yang ke dua. Dia mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang Biomaterial Iradiasi.
“Riset ini sebetulnya memang sangat panjang perjalananya ya. Sebelum tahun 2000 sudah kita mulai,” tutur Basril di Gedung BRIN jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (7/5/2023).
Menurut Brasril, riset tersebut berhasil dipatenkan setelah dalam perjalananya bergabung dalam group yang menaungi urusan radiasi untuk sterlisasi.
“Nah dari situlah perkembangannya kami meneliti bahan bahan material yang digunakan untuk kedokteran, baik dokter gigi atau ortipedi atau kulit. Jadi banyak sebetulnya produk produk yang kami kerjakan dan kembangkan,” jelas dia.
Untuk lisensi, lanjutnya, ada dua produk hasil penelitian yaitu Membran Perikardium dan pembuatan Graf Tulang atau Bone Graf Demineralisasi Steril Radiasi. Adapun untuk Bone Graf terbuat dari tulang sapi.
“Sebetulnya penelitian awalnya dengan tulang manusia, karena lebih cocok dengan manusia juga. Tetapi kami kesulitan dalam memperoleh bahan bakunya, jadi tidak ada orang yang ‘nanti kalau saya sudah meninggal ambil tulang saya’. Tetapi kalau di luar negeri banyak sebetulnya, di kita sulit mengembangkannya,” katanya.
Kemudian Membran Perikardium, lanjut Basril, merupakan produk yang berasal dari selaput jantung sapi. Dia mengatakan, produk tersebut dimanfaatkan untuk mengisi kerusakan atau defact tulang gigi.
Kalau gigi kita dicabut, kemudian ada lubang, kalau dibiarkan gigi tetangganya nanti akan goyang. Nanti cabut semua. Oleh kerena itu produknya untuk pengisi tadi, kemudian membrannya untuk membatasi antara jaringan lunak dengan jaringan kerasnya, sehingga terjadi pertumbuhan tulang baru yang kuat secara alami,” ujarnya.
Tak Kalah dengan Produk Impor
Bicara soal mutu, Basril mengulas, banyak dokter yang menyatakan bahwa produknya tidak kalah dengan produk impor dan harganya pun masih lebih terjangkau. Bekerjasama dengan PT Focustindo Cemerlang, dia akan memproduksi dan memasarkan produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Kami memang istiqomah, itu kami lakukan sampai produk itu terpakai oleh dokter-dokter, baik dokter gigi atau ortopedi,” Basril menandaskan.
Perjalanan penelitian yang panjang tidak membuat semangat periset Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) BRIN ini surut. Berkat kerja keras yang telah dilakukannya, Basril Abbas, berhasil memperoleh Anugerah Kekayaan Intelektual (AKI) sebagai bentuk apresiasi tinggi yang diberikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Minggu (07/5). Anugerah ini diberikan dalam rangka memperingati dua tahun berdirinya BRIN.
Basril selama ini telah mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang Biomaterial Iradiasi. Dedikasi tersebut membuahkan hasil, dua diantaranya sudah mendapatkan paten dan akan segera dikomersialiasi oleh pihak industri sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya bagi masyarakat.
Hasil riset Basril beserta tim telah memperoleh paten untuk dua teknologi yakni proses pembuatan produk Membran Perikardium dan pembuatan Graf Tulang Demineralisasi Steril Radiasi. Ditemui di tempat kerjanya di Kawasan BRIN Pasar Jumat, Basril menuturkan penelitian ini telah dimulai sejak 23 tahun lalu tepatnya pada tahun 2000.
Pada mulanya motivasi Basril dan tim merancang penelitian tersebut adalah untuk mendorong penggunaan produk lokal karya dalam negeri. Sebab, kedua produk tersebut masih didominasi produk import yang harganya sangat tinggi jika dibandingkan produk dalam negeri. Inspirasi untuk melakukan penelitian datang setelah dirinya mengikuti sebuah training di Amerika Serikat pada tahun 1996. Namun saat itu jaringan tubuh yang digunakan saat training berasal dari manusia, sehingga sulit untuk mendapatkan donornya di Indonesia. Tidak pendek akal, Basril pun mencoba untuk mengganti bahan jaringan yang berasal dari hewan yaitu sapi.
Membran perikardium sendiri berasal dari selaput pembungkus jantung sapi yang memiliki kandungan kolagen tinggi. Membran perikardium dapat digunakan sebagai produk yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Terutama untuk mempercepat penyembuhan jaringan pada augmentasi tulang bidang dental. Membran perikardium sangat baik untuk Guided Tissue/Bane Regeneration (GTR/GBR). Fungsinya dalam aplikasi adalah sebagai penutup atau pembatas antara jaringan lunak dan jaringan keras. Sehingga pertumbuhan jaringan lunak dan keras dapat terjadi dengan baik. Bahan ini sensitif dengan suhu, sehingga untuk mensterilkannya digunakan teknik radiasi dengan sinar gamma atau berkas elektron.
Sementara itu, paten kedua didapatkan Basril dan tim dari proses pembuatan graf tulang demineralisasi steril radiasi. Produk graft tulang telah banyak dimanfaatkan di dunia medis terutama dalam bidang dental dan ortopedi. Dalam bedah dental, graft tulang ini diaplikasikan misalnya untuk pengisi pada tulang rahang.
Dijelaskan Basril pembuatan produk ini menggunakan graf tulang yang dikurangi mineralnya sebagian (demineralisasi) supaya ada induksi yang merangsang pertumbuhan sel-sel yang ada di tulang manusia dengan lebih cepat. Dengan proses demineralisasi, jumlah per gram dari bone morphogenetic proteins (yang merangsang pertumbuhan jaringan baru tulang)akan lebih banyak dihasilkan.
Basril mengungkap bahan baku membran dan graf tulang ini sangat banyak di Indonesia, yaitu dari hewan sapi sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya. Sehingga harga produk ini bisa sangat terjangkau dibandingkan produk luar. Selain itu, produk ini juga terbilang halal sehingga aman digunakan oleh mayoritas umat muslim di Indonesia.
Setelah penelitiannya selesai, Basril dan tim berusaha untuk berhubungan dengan para pengguna yakni terutama dokter gigi dan dokter orthopedi yang kemudian menccoba mengaplikasikan produknya secara terbatas.
“Ternyata bahan yang dihasilkan itu bagus dan kami tambah bersemangat. Hasilnya tidak kalah dengan produk-produk luar. Kalau belum bisa ekspor paling tidak dapat mengurangi beban masyarakat. Karena produk luar itu mahal, saat ini harganya bisa 1-2 juta untuk satu botol 0,5cc. Kalau produk kita sendiri setelah dihitung-hitung sekitar 200-300 ribu sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan hasil kualitas produknya sama, ” jelas pria kelahiran Naras, Pariaman tersebut.
Informasi mengenai produk Basril kemudian menyebar diantara kalangan dokter. Para dokter terus berdatangan dan mencobaproduk tersebut. Hal itulah yang mendorongnya untuk berusaha mengindustrikan produk hasil risetnya. Diakui Basril proses komersialisasi produk tersebut cukup lama. Basril mengungkapkan tantangan lain yang juga sulit dari penelitiannya adalah tahap uji klinis. Dengan adanya BRIN yang merupakan integrasi dari berbagai instansi termasuk instansi kesehatan, harapannya dapat membuat proses ini lebih mudah nantinya.
Ditanya mengenai perasaannya setelah produknya berhasil dikomersialiasikan, Basril yang juga pemilik total 11 Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mengungkapkan hal tersebut sesuai dengan cita-cita awal dirinya dan tim. Perjalanan riset 23 tahun bukan waktu yang sebentar.
“Karena melihat produk ini mahal sedangkan produk ini digunakan oleh semua lapisan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah. Kalau kita bisa melayani mereka dengan harga yang lebih terjangkau, tentunya kami akan senang sekali. Jadi bukan masalah berapa jumlah uang (royalti) yang kita terima tapi berapa banyak orang yang menggunakan. Itu yang paling penting bagi kami,” pungkas pria lulusan Universitas Muhammadiyah Jakarta itu.
Basril yang akan menyongsong masa purnabaktinya 2 tahun mendatang tersebut berharap, rekan-rekan sesama penelitinya yang masih muda dapat melanjutkan penelitian-penelitian sejenis dengan bahan-bahan yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan produk lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
AKI merupakan sebuah apresiasi kepada para periset di lingkungan BRIN yang memiliki inovasi yang dimanfaatkan masyarakat, serta berkontribusi pada perkembangan iptek. BRIN memberikan AKI Tahun 2023 kepada periset di lingkungan BRIN berdasarkan capaian nilai royalti tertinggi secara akumulatif satu tahun pada 2022.
Kedua teknologi yang dihasilkan Basril mendapatkan nilai royalti masing-masing per produk senilai 1 miliar rupiah dengan metode dua kali tahap pembayaran. Tahap pertama senilai 500 juta rupiah diberikan pada tahun 2022 dan tahap kedua akan diberikan ketika izin edar produk terbit. Mitra indusri PT. Focustindo Cemerlang akan memproduksi dan memasarkan produk-produk ini melalui jaringan distribusi yang dimiliki sampai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. (aps)