Insinyur Google : Pengembangan Al Oleh Raksasa Teknologi Bisa Dikalahkan Developer Open Source – Sebuah catatan dari seorang insinyur Google bocor dan beredar di internet setelah diterbitkan disitus sebuah perusahaan riset teknologi SemiAnalysis.
Catatan itu memuat klaim yang menjadikannya berita utama di beberapa forum Al (artificial interlligence) populer, seperti HackerNews dan MachineLearning Reddit. Sang pemilik menulis bahwa keunggulan perusahaan teknologi besar dalam kecerdasan buatan menyusut dengan cepat.
Berdasarkan keteranganya yang dikutip dari BBC, Selasa (9/5/2023), teknologi Al dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh aktor jahat. Menurutnya, konten Al harus diberi label dengan jelas agar tidak menipu orang. Selain itu, sektor ini juga memerlukan regulasi yang tepat.
Pada maret lalu, pelopor komputasi ini juga menadatangi surat bersama Elon Musk untuk menyerukan pemberhentian sementara atau jeda dalam pengembangan menurut seorang juru bicara Google, memo itu asli tetapi merupakan pendapat salah satu model Al. Karyawan senior dan tidak mewakili perusahaan.
Pada catatan tersebut, pemiliknya menuliskan bahwa Google dan OpenAl tidak diposisikan untuk memenangkan perlombaan Al. Penulis menganggap para pengembang open source telah menjilat raksasa teknologi (BigTech).
Pada catatan tersebut, pemiliknya menuliskan bahwa Google dan OpenAI tidak diposisikan untuk memenangkan perlombaan AI. Penulis menganggap para pengembang open source telah menjilat raksasa teknologi (BigTech).
“Sementara model kami masih memiliki sedikit keunggulan dalam hal kualitas, kesenjangan (antara BigTech dan pengembang kecil) tersebut menutup dengan sangat cepat,” tulis memo itu, dikutip dari NBC News, Senin (15/5/2023).
Karyawan itu juga menulis bahwa Google dan Microsoft telah mengabaikan komunitas pemrograman dan perusahaan berkembang yang mengandalkan kode dan model AI open source. Komunitas dan perusahaan itu justru memanfaatkan komponen open source untuk membuat proyek kecil namun lebih efisien.
Menanggapi catatan tersebut, seorang pendiri OpenAI, Andrej Karpathy menyatakan bahwa lonjakan perusahaan kecil yang bergerak di bidang kecerdasan buatan mulai mengguncang industri teknologi.
Untuk diketahui, open source merujuk pada kode perangkat lunak yang dirilis secara publik bagi siapa saja yang ingin membangun atau menyesuaikan software tersebut. Komunitas open source biasanya berkolaborasi untuk mengembangkannya.
Tidak Semua Produk AI Membutuhkan Data yang Sangat Besar
Saat ini, pengembang open source memiliki tantangan pada seberapa banyak data yang dibutuhkan untuk melatih sistem AI.
Akan tetapi, seorang programmer dan analis teknologi, Simon Willson, mengatakan kepada NBC News bahwa tidak semua produk AI perlu dibangun dengan kumpulan data yang sangat besar. Menurutnya, model kecil yang masih memiliki manfaat merupakan hal yang diperlukan komunitas ini.
Selain itu, ilmuwan komputer dan profesor di Georgia Tech, Mark Riedl, mengatakan bahwa BigTech yang menyerahkan keunggulan AI mereka kepada pihak kecil kemungkinan akan mendemokratisasi teknologi untuk kepentingan masyarakat.
Kendati demikian, open source juga dapat disalahgunakan pemrogram tidak bertanggung jawab untuk hal yang berbahaya seperti kejahatan siber.
AI Membuat Penipuan Lebih Sulit Dikenali
Di sisi lain, salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, memperingatkan potensi bahaya yang ditimbulkan kecerdasan buatan.
Teknologi yang sedang ramai dikembangkan banyak perusahaan ini dinilai dapat membuat penipuan dan kesalahan informasi lebih sulit dikenali.
Manusia Harus Bertanggung Jawab terhadap Hasil Buatan AI
Wozniak menambahkan, manusia harus bertanggung jawab atas apa pun yang dihasilkan oleh AI dan kemudian diposting ke publik. Ia juga menginginkan regulasi yang mewajibkan pertanggungjawaban perusahaan teknologi besar.
Akan tetapi, nampaknya Wozniak tidak yakin apakah pihak regulator akan menggarap aturan yang mengatur teknologi AI ini dengan benar.
“Saya pikir kekuatan yang mendorong uang biasanya menang, yang agak menyedihkan,” ungkap Wozniak.
Di samping itu, Wozniak beranggapan pihaknya tidak dapat menghentikan teknologi. Namun, ia menyatakan, telah menyiapkan orang dengan keterampilan tertentu dan terdidik untuk menemukan penipuan dan aksi jahat yang dapat mencuri informasi pribadi.
Saat ini perusahaan raksasa teknologi berlomba-lomba mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan mengintegrasikannya ke dalam produknya.
Kesuksesan OpenAI mengembangkan chatbot AI ChatGPT cukup membuka mata para perusahaan teknologi bahwa pengembangan teknologi AI generatif memiliki peran penting di masa depan.
Salah seorang karyawan Google yang merupakan senior software engineer mengungkapkan pesaing utama Google dalam pengembangan teknologi AI bukanlah OpenAI yang mengembangkan ChatGPT.
“Kebenarannya adalah kami tidak diposisi untuk memenangkan perlombaan AI termasuk OpenAI. Di saat kami bersaing, pihak ketiga diam-diam mengambil makan siang kami,” kata Engineer Google seperti dikutip The Guardian.
Pihak ketiga yang dimaksud oleh engineer Google itu adalah komunitas open-source, mengingat teknologi open-source biasanya dirilis untuk dipakai, ditingkatkan, dan diadaptasi oleh siapa saja sesuai keinginan mereka.
“Saat ini developer AI open-source sudah melampaui kerja Google. Sejak large language model LLaMA buatan Meta hadir di pasar, alat itu membuat siapa saja bisa mengembangkan model AI,” katanya.
Dokumen itu juga mengutip sejumlah website yang dilengkapi dengan model AI open-source yang bisa menciptakan karya visual. Berbeda dengan ChatGPT dan chatbot Google Bard yang tidak menyediakan model AI mereka untuk publik.
“Meskipun model kami masih sedikit unggul dari segi kualitas, kesenjangannya mulai menutup dengan sangat cepat. Model open-source lebih cepat, lebih dapat disesuaikan dan lebih mampu,” ujarnya.